Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Statistik Jomplang Messi dan Ronaldo di Awal Musim: Akankah Pengalaman Awal Ronaldo di Juve Terjadi pada Messi?

22 September 2021   10:54 Diperbarui: 24 September 2021   19:27 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Statistik penampilan Ronaldo bersama Setan Merah: Dailymail.co.uk

Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo selalu bersaing, baik langsung atau tidak langsung, di lapangan pertandingan. Sepanjang lebih dari satu dekade, keberadaan keduanya selalu ditempatkan di kedua kutub berbeda. Messi dan Ronaldo dianggap sebagai rival yang saling bersaing untuk memupuk gelar dan rekor.

Tidak mengherankan saat kedua bintang itu tak lagi berhadap-hadapan di LaLiga, aroma persaingan itu tetap tercium. Ke mana mereka pergi, pertautan oposisi biner itu selalu membayang.

Messi yang kini berseragam Paris Saint-Germain tetap dibandingkan dengan Ronaldo yang kembali berseragam Manchester Merah. Mengikuti alur seperti itu, keduanya selalu dihubung-hubungkan untuk kemudian dibuat perbandingan.

Siapa masih menjadi yang terbaik di awal musim ini? Siapa yang masih memiliki daya magis walau berganti klub? Singkatnya, bagaimana kedua pemain top itu mengawali musim baru?

Ronaldo mencengangkan

Saat kembali ke klub di usia yang tidak muda lagi, seribu satu pertanyaan mengemuka. Ronaldo kembali ke Old Trafford di usia 36 tahun. Setelah satu dekade merantau, CR7 itu pulang ke klub yang telah membesarkannya.

Kepulangan Ronaldo ke klub yang mengorbitkannya menjadi pemain kelas dunia mulai ditanggai bermacam-macam. Tidak hanya menganggap kehadiran Ronaldo baik untuk mengangkat kembali klub yang sedang kewalahan bersaing di pentas domestik dan Eropa.

Statistik penampilan Ronaldo bersama Setan Merah: Dailymail.co.uk
Statistik penampilan Ronaldo bersama Setan Merah: Dailymail.co.uk

Ada juga yang melihat kembalinya Ronaldo semata-mata untuk kepentingan personal dan emosional belaka. Ronaldo kembali karena memang hanya di tempat itu ia masih mendapat tempat yang pantas.

Namun, beberapa pekan berlalu, Ronaldo menunjukkan bahwa ia tidak kembali untuk bernostalgia saja. Kembali memakai seragam merah bukan semata-mata untuk napak tilas. Ronaldo membuktikan dirinya memang pantas disambut hangat oleh para penggemar United.

Tidak butuh waktu bagi CR7 untuk membungkam suara-suara miring. Tiga pertanidngan dilalui, tak pernah alpa Ronaldo mencatatkan namanya di papan skor.

Ronaldo yang mencetak 36 gol dalam 44 pertandingan bersama Juventus musim lalu, tetap bertaji walau berganti klub.

Tiga pertandingan pertama sukses ia jalani. Ia menjadi pembeda. Kehadirannya begitu berpengaruh. Bila musim-musim sebelumnya United terlihat kesulitan melewati tantangan di awal musim, bersama Ronaldo segalanya terlihat lebih mudah.

Ronaldo mencetak gol pembuka saat menghadapi Newcsatle United. Hanya butuh 13 detik bagi Ronaldo untuk mencetak gol melawan Young Boys di matchday pertama penyisihan grup Liga Champions Eropa. Ronaldo kemudian ditarik keluar di babak kedua yang kemudian berujung dengan kekalahan mengejutkan di Swiss.

Ronaldo sudah mencetak empat gol dari tiga pertandingan sejak kembali berseragam Man United: Dailymail.co.uk
Ronaldo sudah mencetak empat gol dari tiga pertandingan sejak kembali berseragam Man United: Dailymail.co.uk

Menghadapi West Ham United di Liga Inggris beberapa waktu kemudian, Ronaldo mencetak gol keempatnya dalam tiga pertandingan. Ronaldo mencetak gol untuk menyamakan kedudukan sebelum Jesse Lingard tampil sebagai pahlawan berkat golnya jelang bubaran.

Apakah performa ciamik Ronaldo di awal musim karena ia masih mempertahankan kualitas seperti 12 tahun silam? Tentu, dibanding saat ini, situasi saat itu berbeda dalam banyak hal. Rekan setim berbeda, begitu juga pelatih.

Begitu juga posisi dalam tim. Ronaldo bukan pemain sayap seperti sebelum meninggalkan Manchester pada 2009 silam. Ronaldo dalam formasi Ole Gunnar Solskjaer saat ini adalah penyerang tengah. Berbeda posisi tetapi ketajaman Ronaldo tetap terlihat. Ronaldo memperlihatkan diri seperti saat menghadapi momen-momen besar lebih dari sepuluh tahun lalu.

Ronaldo tidak hanya membuat perbedaan di lapangan pertandingan. Ia juga fajar harapan yang membangkitkan semangat para pemain muda untuk terlibat persaingan memperebutkan gelar Liga Primer Inggris dengan tim-tim unggulan seperti Chelsea, Liverpool, dan Manchester City.

Tidak hanya dalam urusan mencetak gol, Ronaldo menjadi panutan bagaimana membawa diri baik di dalam maupun di luar lapangan. Ronaldo seperti menjadi mercusuar tempat para pemain muda melihat bagaimana menjadi pemain profesional dan meraih prestasi hingga usia lewat kepala tiga.

Keteladanan Ronaldo itu sungguh terasa di luar lapangan. Melansir Dailymail.co.uk, penjaga gawang pelapis David De Gea, Lee Anderson Grant, bersaksi bagaimana Ronaldo menjaga pola makan. Seusai pertandingan kontra Newcastle, Ronaldo memilih mengkonsumsi alpukat dan beberapa telur rebus.

Ronaldo tidak memilih makanan penutup yang berat. Tetapi justru memilih buah-buahan dan beberapa sumber protein seperti telur rebus. Hal ini ternyata menyihir para pemain lain. Tidak ada satu pemain pun yang memilih hidangan yang jauh berbeda dan bertolak belakang dengan pilihan Ronaldo.

Messi kesulitan

Situasi berbeda dialami Messi. Setelah mengalami kenyamanan selama lebih dari dua dekade di Nou Camp, La Pulga atau Si Kutu itu harus menjalani awal yang baru di Paris. Banyak hal yang harus dimulai dari titik nol.

Tak mengherankan, proses adaptasi Messi berjalan lamban. Hal ini terlihat dari bagaimana Messi menyatu dengan rekan-rekan setim di lapangan pertandingan. Messi terlihat masih menjadi orang asing dalam skuad bertabur bintang itu.

Messi belum menyatu misalnya dengan Kylian Mbappe dan Neymar Junior di lini serang. Harapan melihat trio MNM menjadi trisula maut masih jauh panggang dari api. Bayangan publik akan sebuah "tim impian" masih belum sesuai harapan.

Pemain berusia 34 tahun yang terpaksa hijrah karena kemelut finansial Barca, belum merasa nyaman berseragam Les Parisien. Bila Ronaldo langsung mengisi "starting line-up" tak lama setelah bergabung dengan United, tidak demikian dengan Messi.

Mauricio Pochettino justru memberi waktu bagi Messi untuk mendapatkan kembali kebugaran sambal melihat tim dari luar lapangan. Messi menjadi pemain pengganti di pertandingan pertamanya brsama Reims. Bermain 24 menit dalam kemenangan 2-0. Berbeda dengan yang biasa dilakukan di Barca, Messi tidak mencetak gol di laga itu.

Messi masih kesulitan mendapatkan performa terbaik dan menyatu dengan Neymar dan Mbappe: Dailymail.co.uk
Messi masih kesulitan mendapatkan performa terbaik dan menyatu dengan Neymar dan Mbappe: Dailymail.co.uk

Selanjutnya, Messi mengisi daftar 11 pemain utama dan pertama bersama Mbappe dan Neymar saat menghadapi Club Brugges di Liga Champions. Debut Messi bersama PSG di kompetisi elite Eropa itu diharapkan bisa membuat kejutan.

Namun, bintang timnas Argentina itu terlihat kesulitan untuk bisa memberikan dampak signifikan. Selain peluang mengenai mistar gawang, Messi kembali didera paceklik gol. Duel menghadapi klub Belgia itu berakhir 1-1 yang membuat Messi menjadi sasaran.

Messi kemudian diturunkan saat menghadapi Lyon. Pertandingan kontra musuh bebuyutan itu, Messi kembali mengisi formula MNM. Namun, Pochettino kemudian membuat keputusan berani. Sesama warga Argentina itu menarik Messi keluar pada menit ke-76.

Keputusan itu ternyata menuai reaksi keras dari Messi. Ia terlihat berang. Kebakaran jenggot. Tatapan tajam dilayangkan ke mantan pelatih Tottenham Hotspur itu. Menolak berjabat tangan sambil menunjukkan gerak tubuh mempertanyakan keputusan sang pelatih.

Sepanjang pertandingan tatapan Messi dari bangku cadangan sungguh tak bersahabat. Namun, Messi masih tetap memperlihatkan sedikit keceriaan saat Mauro Icardi mencetak gol penentu bagi kemenangan timnya. Ia bangkit perlahan dari tempat duduk dan bertepuk tangan dengan lunglai.

Reaksi itu sedikit banyak menggambarkan Messi bisa menguasai diri. Lebih dari itu, Messi memang harus bertanya diri. Pochettino, dalam keterangannya usai pertandingan itu mengatakan, keputusan itu ia ambil semata-mata untuk kepentingan tim.

Ya, situasi PSG saat itu memang sedang terjepit. Pochettino tidak bisa tinggal diam. Perubahan besar itu ternyata berdampak. Walau Messi berang, tetapi PSG kemudian bisa memetik kemenangan atas seterunya itu.

Messi belum juga cetak gol dalam tiga laga bersama klub barunya, PSG: Dailymail.co.uk
Messi belum juga cetak gol dalam tiga laga bersama klub barunya, PSG: Dailymail.co.uk

Pengalaman Ronaldo

Ronaldo sedang dalam tren positif. Sementara Messi masih berjuang. Pengalaman Messi sebagai pemain kelas dunia tentu membantunya untuk bisa kembali mendapatkan magisnya.

Messi terlihat mulai berkembang walau tak secepat Ronaldo. Dibanding saat menghadapi Brugge, Messi terlihat lebih hidup saat menghadapi Lyon. Beberapa kali Messi membuat Anthony Lopes ketar-ketir.

Berada di kompetisi yang dianggap lebih lemah dibanding Liga Primer, LaLiga dan Serie A, Messi seharusnya bisa lebih bersinar tanpa harus menunggu beberapa pertandingan. Namun, hal tersebut kemudian justru terlihat lebih sebagai asumsi yang sulit dibuktikan.

Ronaldo bisa tetap moncer antara lain karena kompetisi tersebut sudah pernah mengisi memori dan pengalamannya. Liga Primer Inggris, walau dianggap paling sulit dan kompetitif itu, tetap bisa Ronaldo taklukkan tanpa butuh waktu adaptasi.

Situasi Messi di PSG mengingatkan kita saat Ronaldo baru bergabung dengan Juventus pada 2018. Ronaldo tak mampu mencetak gol di tiga pertandingan pertama, sementara ia datang sebagai pemain paling subur yang diandalkan Real Madrid.

Tidak hanya itu. Nasib Ronaldo bersama Juve di pertandingan awal Liga Champions lebih miris dari Messi.  Menghadapi Valencia, Ronaldo harus meninggalkan lapangan pertandingan.

Namun, Ronaldo kemudian bisa mengatasi hambatan di awal. Ia mencetak 21 gol di musim perdana. Walau itu menjadi rekor terendah sejak meninggalkan United, jumlah gol tersebut menempatkannya sebagai salah satu pemain paling produktif di klub dan kompetisi domestik.

Musim berganti, Ronaldo berhasil mendapatkan kembali kecemerlangannya. Dua musim beruntun, Ronaldo mampu memperbaiki produktivitasnya. Torehan 31 dan 29 gol di dua musim terakhir menjadi bukti.

Kompetisi masih panjang. Masih banyak pertandingan menanti. Melihat tren yang terjadi, perjalanan Messi di Prancis bisa jadi akan seperti Ronaldo di Italia. Sulit di awal, tetapi bersinar kemudian. Messi tentu bisa mengimbangi awal bagus Ronaldo dan menebus statistik sementara yang menempatkannya dalam posisi inferior. 

Terlepas dari data dan angka, selama kedua pemain itu merumput, publik masih tetap akan dihibur. Termasuk juga membumbuinya dengan berbagai perbandingan dikotomis di antara kedua kelompok penggemar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun