PBSI mneggelar pertandingan simulasi beregu guna mempersiapkan diri menghadapi Piala Sudirman 2021, berikut Piala Thomas dan Piala Uber 2020.
Kedua turnamen beregu itu akan digelar dalam waktu dekat. Piala Sudirman edisi kali ini akan berlangsung pada 26 September sampai 3 Oktober di Vantaa, Finlandia. Sepekan berselang, 9-17 Oktober ajang beregu, Piala Thomas dan Uber 2020 akan berlangsung di Aarhus, Denmark.
Hemat saya, keputusan menggelar pertandingan simulasi ini tepat. Dilaksanakan di tengah minimnya turnamen. Olimpiade Tokyo 2020 menjadi panggung terakhir bagi para pebulutangkis kita. Itu pun tidak semua mengambil bagian.
Hasil yang terlihat di Olimpiade Tokyo menjadi masukan bagi PBSI untuk mempersiapkan dua turnamen beregu itu. Sebagai turnamen beregu, kekuatan tidak lagi hanya bertumpu pada segelintir pemain. Semua sektor ikut berperan menentukan nasib sebuah tim.
Dengan demikian, pertandingan simulasi ini menjadi kesempatan emas bagi PBSI untuk mengukur sejauh mana persiapan sejumlah pemain yang sebelumnya tampil di Olimpiade Tokyo, serentak melengkapi formasi tim.
Melansir badmintonindonesia.org, turnamen simulasi ini digelar selama dua hari, Selasa dan Rabu, 7-8 September. Saat tulisan ini dibuat, dua tim terakhir sedang beradu. Sehari sebelumnya, dua tim pertama saling unjuk gigi.
Simulasi ini dibuat dengan format Piala Sudirman. Para pebulutangkis dibagi dalam empat tim. Setiap tim berisi tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran. Masing-masing tim hanya sekali bertanding.
Kabid Binpres, Rionny Mainaky, mengatakan simulasi ini sejatinya menjadi kesempatan bagi para pemain pelapis menunjukkan diri. Rionny membuka ruang bagi setiap pemain untuk bersaing mendapat tempat dalam gerbong tim Indonesia.
Absennya sejumlah pemain utama semakin membuka kesempatan bagi para pemain pelapis. Mohammad Ahsan, Kevin Sanjaya, Gregoria Mariska, dan Anthony Ginting tidak ambil bagian karena kondisi fisik yang tak memungkinkan, entah karena sedang mengalami cedera ringat atau memang sedang tidak bugar.
Meski tidak diikuti beberapa nama di atas, demikian Rionny, "Tapi di sisi lain, ada juga pemain pelapis yang main. Ini sebagai ajang seleksi mereka karena beberapa nama ada diproyeksikan masuk tim."
Mencermati Febby Valencia
Salah satu nama yang cukup mencuri perhatian dalam simulasi kali ini adalah Febby Valencia. Atlet bernama lengkap Febby Valencia Dwijayanti Gani itu dipasangkan dengan Apriyani Rahayu.
Seperti kita tahu, Apri seharusnya bertandem dengan seniornya, Greysia Polii. Namun, di simulasi ini, pasangan emas Olimpiade Tokyo itu "bercerai."
PBSI, terutama pelatih ganda putri, Eng Hian, tentu memiliki pertimbangan tersendiri menduetkan Apri dan Febby Valencia. Dari sisi usia, Febby dua tahun lebih muda. Sementara dari sisi prestasi, Apri jelas jauh lebih unggul.
Febby, kelahiran Semarang, 11 Februari 2000 memiliki jam terbang yang masih terbatas. Jebolan Asia Junior Championships 2017 ini belum banyak mengukir prestasi.
Febby sebenarnya tidak hanya mampu bermain di ganda putri, tetapi juga ganda campuran. Namanya mulai dikenal luas usai menjuarai Spain Masters 2021 bersama Yulfira Barkah.
Di tingkat pelatnas, ia sudah mulai diduetkan dengan para pemain senior. Salah satunya adalah Greysia Polii. Febby mendapat banyak pelajaran saat bersama Greys di Home Tournament 2020.
Kiprah keduanya saat ini hingga babak semi final. Mereka menempati posisi ketiga usai mencatatkan kemenangan atas pasangan muda, Jesita Putri Miantoro / Lanny Tria Mayasari, 21-15, 21-8.
Perkembangan positif yang ditunjukkan Febby Valencia membuatnya kembali dipercaya bertandem dengan pemain berpengalaman lainnya di simulasi ini. Tentu kepercayaan itu tidak datang secara kebetulan.
Apri dan Febby yang memperkuat tim Rajawali mampu mengandaskan Amalia Cahaya Pratiwi/Febriana Dwipuji Kusuma dari tim Garuda. Sempat tertinggal di gim pertama, Apri dan Febby berhasil bangkit untuk memenangi pertarungan rubber set, 19-21, 21-19, 21-15.
Febby, dalam keterangannya usai pertandingan mengatakan di set pertama mereka kerap melakukan kesalahan sendiri. Namun, semangat dan dukungan positif dari Apri membuat mereka bangkit.
"Di gim pertama mainnya kami masih buang bola, banyak mati sendiri, banyak salah sendiri. Kak Apri juga kasih tahu untuk main safe dan lebih mengatur," ungkap Febby.
Sementara itu Apri mengatakan tidak mudah mendapatkan pola permainan yang sesuai. Apalagi Febby mengalami masalah pada tangannya. Tanda-tanda baik sudah mereka perlihatkan di pertandingan ini.
"Di gim kedua kami sudah mulai masuk polanya. Komunikasi juga lancar jadi tadi bisa memenangkan pertandingan. Amalia/Febriana bermain bagus, mereka punya kualitas di serangan dan pola panjangnya," sambung Apriyani.
Apri/Febby yang turun di partai kedua menyumbang poin kemenangan, membuat skor imbang setelah Rinov Rivaldi/Phita Mentari menyerah dari Zachariah J.Mumanti/Hediana Julimarbela, 21-16, 15-21, 19-21.
Di partai ketiga Marcus F. Gideon / Pramudya Kusumawardana harus mengakui keunggulan Hendra Setiawan / Reza Pahlevi Isfahani, 21-16, 18-21, 14-21.
Tim Rajawali membuat skor kembali imbang melalui Chico Aura Dwi Wardoyo. Chicho mengalahkan Christian Adinata 21-10, 21-18.
Tim Rajawali baru bisa mengunci kemenangan tipis usai memetik kemenangan di partai terakhir. Tunggal putri, Ester Nurumi Tr Wardoyo menumbangkan Saifi R. Nurhidayah, 13-21, 23-25.
Peluang Febby
Rionny Mainaky semringah melihat hasil simulasi hari pertama. Ia menilai para pemain bisa mengeluarkan kemampuan terbaik.
"Hari pertama, untuk suasana bertanding sangat baik sekali. Hasil yang mereka dapatkan saya rasa cukup memuaskan karena rata-rata mereka bisa mengeluarkan kemampuan terbaik, walau masih ada yang bermain dengan ketegangan dan banyak melakukan kesalahan sendiri yang tidak perlu. Dan itu yang harus kita evaluasi untuk latihan ke depan."
Bagaimana prospek Febby setelah pertandingan simulasi ini? Apakah langkahnya semakin dekat menjadi tandem jangka panjang Apri?
Febby mengaku senang bisa mendapat kesempatan berpasangan dengan juara Olimpiade. Ia mendapat banyak pelajaran dari kesempatan itu.
Tidak hanya itu. Seperti kata atlet jebolan PB Djarum ini, "Pelajarannya lebih banyak dari cara main, saya siap kalau nanti dipasangkan dengannya."
Tentu, untuk mewujudkan impian itu, Febby masih harus melewati serangkaian uji coba. Pertandingan ini adalah langkah awal. Hasil bagus di laga ini sekiranya mulai membuka pintu keyakinan Didi dan PBSI untuk menjadikannya sebagai pengganti Greysia Polii.
Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H