Dengan demikian, dalam dua laga terakhir, Depay sudah mengemas lima gol. Sebuah statistik yang jelas tidak bisa dipandang sebelah mata. Ini menjadi tanda bahwa Depay memang sedang "on fire."
Pelatih Belanda, Louis van Gaal yang baru saja kembali menangani tim Belanda pada awal Agustus ini, tidak ragu memberi kepercayaan kepada Depay. Van Gaal tampaknya yakin dengan kemampuan Depay, sama seperti pendahulunya Frank de Boer.
De Boer mundur usai Belanda tersingkir di babak 16 besar EURO 2020 dengan Depay sebagai salah satu amunisi yang diandalkan. Depay mencetak dua gol dan memberikan dua assist dalam empat pertandingan sebelum Belanda angkat koper.
Di pertandingan ini, Van Gaal memberi waktu penuh kepada Depay. Ia menjadi satu dari sedikit pemain Belanda yang bermain sepanjang 90 menit, termasuk tandemnya di lini depan Steven Berghuis.
Sementara itu Steven Bergwijn harus berbagi kesempatan dengan Donyell Malen yang kemudian mampu menyumbang gol terakhir Belanda. Guus Til yang masuk di menit 61, bersamaan dengan Malen, menggantikan posisi Georginio Wijnaldum. Til pun ikut mencetak gol.
Sepanjang pertandingan, Depay benar-benar menjadi momok bagi lini pertahanan Turki. Akselerasi dan pergerakannya kerap merepotkan. Selain tiga gol, ia sebenarnya memiliki satu kesempatan emas lainnya.
Tidak sampai di situ. Depay membantu terciptanya gol pertama. Sebanyak enam tembakan Depay kirim ke gawang Turki, dengan tiga di antaranya mengenai sasaran. Lima umpan kunci, berikut 44 operan sempurna ia berikan. Tak heran, Depay dinobatkan sebagai pemain terbaik di laga ini.
"Move on" dari Messi
Banyak komentar dan analisis terkait gaya bermain Depay. Salah satunya memiripkan Depay dengan Cristiano Ronaldo. Ia disebut sebagai titisan CR7. Ini dilihat dari bagaimana ia bergerak saat memegang bola, kecepatan, hingga skill olah bola lainnya.
