Sertifikat vaksin ternyata memiliki banyak manfaat. Sebagai bukti bakti pada protokol kesehatan. Tanda mata setelah lengan ditusuk jarum dan dialiri 0,5 ml Sinovac, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, atau Pfizer, per dosis.
Setelah tubuh mendapat sejumlah dosis vaksin, hati terasa lega. Benteng perlindungan diri saat diserang Covid-19 semakin kuat terbentuk. Tidak hanya itu. Keselamatan sesama pun ikut terjaga. Sebuah upaya ikut dalam gerakan ketahanan nasional.
Sertifikat yang lengkap dengan sejumlah data pribadi itu pun berguna saat bepergian. Menjadi kartu pas memasuki gedung perkantoran dan berbagai fasilitas publik seperti pusat perbelanjaan, dan sebagainya.
Walau terkadang cuma basa-basi, petugas keamanan yang sigap di pintu masuk mall misalnya, akan menyulitkan perjalanan bila belum menyandang status sudah divaksin.
Tidak hanya itu ternyata. Pengalaman pribadiku baru saja membuktikannya.
Belum berapa lama ini aku dihubungi salah seorang yang mengaku dari salah satu lembaga keuangan. Kabar itu datang saat aku sedang bersiap untuk suatu urusan kantor yang penting. Di suatu pagi yang cukup sibuk.
Aku sempat merasa terhormat karena ia menyapa lengkap nama saya, tanpa suatu kekurangan dan kesalahan. Namaku cukup panjang. Sepanjang itu ia mengejanya dengan mantap.
Dari mana ia mendapat data pribadi saya? Apakah yang ia kantongi hanya nama dan nomor telepon saja atau ada informasi pribadi lainnya yang ia simpan?
Demikian batin saya. Berbagai informasi soal kebocoran data pribadi. Kerahasiaan informasi yang mudah ditembus dan diumbar. Semua itu kerap menghiasi kemajuan teknologi yang gilang gemilang.
Betapa pentingnya data dewasa ini. Ia disebut-sebut sebagai "new oil." Sayangnya, maksud baik untuk keperluan tertentu kadang tidak dibarengi dengan perlindungan data maksimal.