Walau begitu David tidak menyerah. Atlet yang juga berstatus karyawan di Departemen Olahraga Nasional membuktikan bahwa kekalahan saat itu bukanlah akhir dari segalanya.
Ia masih tetap bisa berlatih dan bertanding. Ia masih bisa diandalkan oleh Indonesia. Buktinya, sosok yang juga menjadi pelatih tenis meja berpengalaman ini, bisa mengharumkan Indonesia di Paralimpiade Tokyo.
Ia tentu sungguh sadar. Hasil yang ia petik selama ini hingga berusia lewat kepala empat tidak semata-mata karena kesanggupannya. Begitu juga tidak terutama karena sokongan pelatih dan anggota keluarga sejak ia kecil.
Kita coba mencermati komentar David usai mengklaim medali perunggu. Menukil Kompas.id (Minggu, 29/8/2021), David mengatakan seperti ini.
"Target saya sebenarnya melakukan yang terbaik saja dalam Paralimpiade ini. Dengan usia yang sudah 44 tahun, saya cuma berusaha melakukan yang terbaik dalam latihan ataupun tanding. Tetapi, ketika bisa tembus semifinal, dalam hati pasti saya ingin berusaha lebih. Jadi, puji Tuhan kepada Tuhan Yesus, perunggu ini saya syukuri sekali."
Kekuatan utama David sebenarnya sudah ia deklarasikan sejak sebelum mengayunkan bet di Tokyo. Postingan terakhirnya di akun instagram lima hari silam adalah maklumat spiritualitasnya.
Sumber utama kekuatan yang ia yakini telah memberikan keadilan kepada setiap makhluk tanpa memandang kekurangan dan kelebihannya, memberikan kebaikan yang membuatnya bisa bermadah gembira bersama segenap rakyat Indonesia. Siapa lagi kalau bukan Dia, Sang Pemberi Hidup. Sumber segala kebaikan. Sumber segala keadilan.Â
Terima kasih David!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H