"Makanan enak dan murah memang banyak, tetapi yang memiliki cita rasa Jepang dan Indonesia dengan harga mahasiswa belum banyak," sambung Diah yang masih berstatus pegawai swasta.
Untuk seporsi Karai Chikin Karagge seharga Rp 22.000. Begitu juga Super Karai Chikin Karaage, dan Teriyaki Chikin Karaage Mayo. Sementara itu satu porsi Karai Biifu Yakiniku, Super Karai Biifu Yakiniku, dan Teriyaki Bifu Mayo seharga Rp 28.000.
Tantangan pandemi
Sektor UMKM tak luput dari hempasan pandemi. Banyak cerita sedih usaha-usaha mikro, kecil, dan menenhah jatuh sekarat, bahkan tak sedikit gulung tikar.
Tantangan itu pun dialami Rizki dan Diah. Mobilitas masyarakat yang dibatasi oleh aturan PPKM turut berdampak pada jumlah pesanan. Saat ini mahasiswa dianjurkan kuliah dari rumah. Ruang gerak masyarakat pun dibatasi. Jalanan yang biasanya ramai berubah sepi.
Namun, usaha makanan menjadi salah satu yang bisa bertahan di tengah pandemi. Â Makan adalah kebutuhan primer yang tidak bisa tidak dipenuhi. Hanya saja di tengah situasi pandemi, pemenuhan kebutuhan itu lebih banyak terjadi di rumah.
Dalam sehari ada paling sedikit 10 pesanan Kochikochikin. Jumlah itu tentu masih jauh dari target. Namun Rizky dan Diah mafhum. Situasi sedang tidak kondusif.
Keduanya terus berupaya untuk memperkenalkan "anak" mereka yang baru saja lahir. Harapannya, semakin dikenal orang, terutama orang-orang di sekitar.
Berbagai strategi dilakukan. Di antaranya pemberlakukan sistem kartu poin untuk memberikan hadiah gratis bagi pesanan dalam jumlah tertentu.
"Bila tiga kali pesan dapat gratis mini size Chikin Mayo. Kalau delapan kali pesan, akan mendapat bonus satu menu apa saja," tegas Rizky.