Waktu sepuluh tahun tentu tak singkat. Kerinduan akan makanan Indonesia tak bisa selalu terpuaskan. Tidak hanya sulit mendapat makanan yang diincar, untuk memasak sendiri pun tantangan sama beratnya.
"Bumbu-bumbu Indonesia sulit didapat. Kalau ada pun mahal," kenang Diah.
Pengalaman itu kemudian melecut ide untuk menciptakan makanan Jepang, namun dengan cita rasa nusantara. Makanan ala Jepang, tetapi ada rasa Indonesia di dalamanya. Eureka...
Hobi jadi cuan
Diah berkisah suaminya memiliki hobi memasak. Kemampuan Rizky sebagai koki tidak hanya terbukti di rumah. Di Jepang pun Rizky sempat mengambil kerja sampingan di restoran.
"Dia kalau masak enak. Pernah aku bilang makanan kamu enak," seloroh Diah.
Hobi itu semakin mempertebal keyakinan mereka untuk bergerak ke tahap selanjutnya. Mengubah hobi jadi usaha. Dari hobi jadi cuan.Â
Namun langkah ke arah sana tidak semudah membalikkan telapak tangan. Keduanya sangat menyadari itu. Walau semangat menggebu-gebu dan keputusan seakan sudah dalam genggaman, tetapi urusan eksekusi adalah soal lain yang harus dipecahkan.
Membayangkan modal yang tidak sedikit, produk yang akan dijual, berikut nasib usaha apakah diterima pasar atau tidak, sempat membuat keduanya bimbang. Ingin berusaha, tetapi bayangan akan seperti apa jadinya membuat keduanya harus berpikir berkali-kali.
Mengaku diri sebagai orang yang tidak gegabah, Rizky mengatakan mereka harus memikirkan masak-masak setiap detail. Keberanian yang sudah meletup masih harus dibarengi dengan modal, produk yang tepat, strategi penjualan, serta berbagai tetek bengek lainnya.