Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Budi Darma, Penulis "Olenka" dan "Orang-Orang Bloomington" Itu Telah Pergi

21 Agustus 2021   13:05 Diperbarui: 21 Agustus 2021   13:16 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kedua, "Orang-Orang Bloomington" berisi tujuh cerita pendek. Kumpulan cerpen ini terbit sebelum "Olenka." Mula-mula oleh Penerbit Sinar Harapan pada 1980, lalu diterbitkan ulang oleh Penerbit Metafor pada 2004, dan Noura Books pada 2016.

Kemunculannya pun tak lepas dari kehidupannya saat menimba pendidikan master dan doktoral di Indiana. Hanya saja, sebagiannya ditulis saat ia berkeliling Amerika dan Eropa di masa jeda studi.

Karya yang ikut mengantarnya meraih SEA Write Award 1984 dari Pemerintah Thailand, mengajak pembaca untuk tidak terbang ke dunia abstrak, tetapi juga melihat sesama dan alam sekitar.

Buku
Buku "Orang-Orang Bloomington": https://twitter.com/ReadmenID

Kesan yang diberikan sejumlah kritikus menyebut karya ini berbeda dari kebanyakan cerpen Budi sebelum periode Bloomington. Bila sebelumnya cenderung bergaya absurd, yang ini lebih realistis.

Entah seperti apa gayanya, "Orez", "Joshua Karabish", "Keluarga M", "Yorrick", "Ny.Elberhart", "Charles Lebourne," dan "Laki-Laki Tua Tanpa Nama" memberi tahu kita bahwa diri dan orang lain tidak selamanya terang dan jelas. Kita tetap perlu memahami, walau kadang sulit.

Ketiga, tentang Budi Darma dan karya-karyanya tidak akan pernah tandas dibicarakan. Banyak hal yang ia tinggalkan di balik hidup dan kerja-kerja kreatifnya.

Bagaimana kita terpukau dengan kemampuannya yang menulis tanpa perencanaan. Proses kreatif yang dibuat tiba-tiba dan selesai dalam waktu singkat. Budi mengaku Olenka lahir tiba-tiba. Novel itu ditulis dalam tiga pekan.

"Orang-Orang Bloomington" pun tak jauh berbeda. Ditulis begitu saja dan mengalir dengan sendirinya. Tanpa harus menulis dua kali. Ia mengaku dalam buku itu, "Semuanya seolah-olah saya tulis di luar kesadaran saya sendiri. Dan memang, proses semacam inilah yang saya alami setiap kali saya menulis cerpen."

Percaya atau tidak percaya itulah Budi Darma. Kepergiannya tentu kehilangan besar bagi kita. Tetapi seperti ketidakpastiaan yang sudah diisyaratkan dalam karya-karyanya, hidup manusia pun demikian. Kita tidak pernah tahu kapan akan berakhir. Kita tak bisa memastikan kapan harus berhenti menulis.

Walau demikian, Budi Darma sudah mewarisi kita banyak hal. Seperti tulisan lanjutan Gramedia Pustaka Utama, "Cerpen, novel, prosa, esai, dan berbagai karya tulis Pak Budi Darma merupakan warisan tak ternilai bagi kesusastraan Indonesia, beliau merupakan sosok yang tak tergantikan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun