Masih banyak ungkapan kehilangan. Dalam banyak bentuk dan cara: kata-kata, gambar, karikatur, hingga sekadar emoji air mata.
Itulah yang terjadi di jagad sastra Indonesia Sabtu pagi ini. Kisah sedih di akhir pekan bagi mereka yang mengenal Budi Darma, baik dekat maupun berjarak, langsung atau tidak langsung. Tanpa perlu mencari tahu lebih jauh, ungkapan-ungkapan di atas sungguh menjadi litani duka mengiringi kepergian seorang penting.
Riwayat Hidup
Sekadar mengingatkan kita tentang riwayat hidup almarhum. Budi Darma lahir di Rembang, Jawa Tengah, 25 April 1937. Putra keempat dari enam bersaudara menyelesaikan pendidikan hingga jenjang doktoral. Jurusan Sastra Barat di Fakultas Sastra UGM, lantas meraih MA dari Universitas Indiana, Bloomington, AS dan di tempat yang sama ia membawa pulang gelar Ph.D.
Selain sebagai akademisi, hingga terakhir menyandang status Guru Besar Universitas Negeri Surabaya, Budi juga dikenal sebagai sastrawan. Predikat itu diwujudkan dalam berbagai kumpulan esai, cerpen, hingga novel.
Beberapa karyanya bisa disebut. Antologi cerpen "Kritikus Adinan," tiga novel masing-masing "Olenka" (1983), "Raflus" (1998), dan "Ny.Talis" (1996). Ditambah lagi "Orang-Orang Bloomington", kumpulan esai berjudul "Solilokui" (1983), "Sejumlah Esai Sastra" (1984), dan "Harmonuium" (1995). Ada juga kumpulan cerpen "Laki-laki lain dalam Secarik Kertas."
Ia mendapat banyak apresiasi. Di bidang sastra misalnya, baik sebagai penulis, pembicara maupun peneliti. Baik berupa penghargaan sebagai warga berprestasi, pemenang sayembara, hingga penghargaan lainnya baik dari dalam maupun mancanegara.
Beberapa di antaranya adalah Penghargaan Sastra Dewan Kesenian Jakarta, SEA Write Award, dan Anugerah Seni Pemerintah RI.
Olenka dan Orang-Orang Bloomington
Sekilas riwayat kepengarangan Budi Darma di atas jelas tak menangkup seluruh sepak terjangnya. Namun mengingat Budi Darma terasa kurang afdol bila kita tak menyinggung lebih jauh tentang "Olenka" dan "Orang-Orang Bloomington."