Untuk hal yang terakhir itu, UECL tak ubahnya turnamen "buangan" bagi tim-tim gagal di kompetisi di atasnya. Kehadiran UECL sekaligus menjadi pengingat bagi tim-tim elite. Ada UECL yang siap menampung kalau sampai gagal.
Melihat jalur dan kuota yang tersedia maka jelaslah UECL adalah kompetisi menantang. Berbaur dengan klub-klub dari berbagai asosiasi hingga tim-tim yang pernah berpengalaman di kompetisi-kompetisi di atasnya membuat persaingan di UECL pun tetap tinggi.
Apakah nantinya UECL akan bergerak dalam semangat keterbukaan dan menjadi ruang bagi lebih banyak klub untuk menggapai impiannya bersaing di pentas Eropa?
Sepertinya urusan tidak sesederhana itu. Untuk bisa bersaing, apalagi merangsek naik, tetap harus melewati berbagai anak tangga yang mensyaratkan kekuatan berbagai sumber daya baik pemain, dan lebih lagi finansial.
Ini kompetisi Eropa dan sepak bola sudah menjadi industri besar. Ada fulus, maka akan mulus.
Jalan panjang
Format UECL tak jauh berbeda dengan dua kompetisi di atasnya. Pintu masuk ke UECL melalui jalur Champions dan jalur liga.
Walau terbuka untuk semua asosiasi, tidak semua negara bakal mengirim wakil sama banyak. Lagi-lagi berlaku ketentuan koefisien negara UEFA untuk menentukan jatah di jalur liga UECL. Bagaimana ketentuannya?
Negara peringkat 1 sampai 5 akan memiliki satu tim;
Negara peringkat 6 sampai 15 akan memiliki dua tim;