Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Festival Virtual "Flores The Singing Island," Lebih dari Semarak 17-an

18 Agustus 2021   07:08 Diperbarui: 18 Agustus 2021   09:35 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cuplikan dari Festival virtual "Flores the Singing Island" (Youtube/Kemenparekraf)

Ada tarian perang sekaligus permainan rakyat khas Manggarai. Namanya tarian Caci. Adu cambuk dan ketangkasan memerisai diri.

Ada juga tarian Gawi, Sodh'a, Rokatenda, dan Ja'i. Selain itu ada banyak lagu dengan irama dan syair khas masing-masing daerah, serta memiliki pesan yang mendalam.

Melalui festival ini diperkenalkan sedikit dari beragam kekayaan kultural itu. Para seniman dari Manggarai membawakan lagu "Wela Rana". Lagu ini bercerita tentang ajakan untuk mencintai alam.

Grup vokal akapela Jamaica Caf yang bermarkas di Jakarta membawakan sejumlah lagu yang sudah cukup populer seperti "Gemufamire" dan "Mogi Dheo Keze Walo." Lagu yang disebutkan pertama karya musisi asal Sikka, Nyong Franco sudah mendunia.

Tidak salah bila Flores disebut pulau (yang) bernyanyi dan pulau (yang) menari. Dari sana muncul banyak pemusik dan seniman. Keseharian masyarakatnya pun tak bisa lepas dari musik dan tari. Orang Flores seperti berbicara sambil bernyanyi. Mereka pun seakan-akan bergoyang sambil berjalan.

Istilah "Flores the Singing Island" sebenarnya tidak muncul secara tiba-tiba. Ivan Nestroman, sosok penting di balik festival ini, menyebut istilah itu pertama kali keluar dari etnomusikolog asal Belanda, Jaap Kuns.

Jaap pernah mampir di Flores pada tahun 1930. Ia mendapati kekayaan alat musik hingga ragam nyanyian dengan irama yang khas seperti dolo-dolo, bladu bladat, gawi, ja'i, mbata, ndundundake, dan lain-lain. Sebelum kembali, Jaap tak alpa mengabadikan kekayaan musik di sana.

Hingga hari ini kita masih bisa menikmati suguhan itu dalam beragam kreasi dan improvisasi. Festival ini sebenarnya adalah juga kerja mempertahankan kekayaan budaya itu agar tak sampai tergerus dan dilupakan.

Ivan menciptakan lagu utama untuk festival ini, dengan judul mengikuti sebutan Jaap itu. Seluruh syair berbahasa Inggris, bahasa yang juga dikenal masyarakat Flores. Bahasa ini bisa menjadi jalan menduniakan Flores dengan lebih cepat. Salah satu bagiannya berbunyi demikian:

I'm here in happy island/

Where we sing while we talk/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun