Rossi tidak mengambil keputusan seperti para pebalap di barisan depan. Rossi terbilang dalam lima pebalap yang tak memilih keputusan masuk pit.
Ia justru memanfaatkan kesempatan itu untuk memperbaiki posisi. Posisinya pun merangsek naik ke lingkaran tiga besar. Ia tepat berada di belakang wakil Red Bull KTM, Brad Binder dan pebalap Aprilia Racing, Aleix Espargaro.
Dalam bayangan saat itu, bila konstelasi ini tak berubah maka Rossi akan mendapat satu tempat di podium. Sebuah pencapaian, tentu saja. Itu akan menjadi podium ke-200 baginya di kelas utama alias MotoGP.
Sayangnya kesempatan emas di depan mata itu mulai sirna secara dramatis di lap terakhir. Satu per satu pebalap mulai mendahuluinya. Saat menginjak garis akhir, Rossi tercatat di posisi kedelapan. Posisinya lebih baik dari Espargaro di tempat ke-10.
Nasib Rossi dan Espargaro tak sebaik Binder. Bila keduanya harus terdepak dari podium, tidak demikian Binder. Binder tetap menjaga momentum itu hingga akhir. Podium tertinggi pun menjadi miliknya.
Binder finis lebih cepat dari Francesco Bagnaia dan Jorge Martin, dua pebalap yang sempat memimpin di tiga besar sebelum masuk ke pit dan membuat Rossi sempat menjaga asa kembali naik podium yang sudah dinanti sejak musim lalu.
Bagaimana Marquez? Seperti kita saksikan di layar kaca, nasibnya jauh lebih malang dari Rossi. Perlombaan tersisa dua lap, ia harus mencium aspal. Kejadian itu tak lama setelah mengganti motor. Apes.
Marquez memang masih bisa melanjutkan balapan. Tetapi ia hanya bisa meraih satu poin dari posisi ke-15 yang didapat. Apakah bila Marquez tak ganti motor maka kesialan tak menghampirinya? Entahlah.
Usai merengkuh podium tertinggi, Binder, asal Afrika Selatan, 26 tahun, Â mengatakan demikian. "Lap terakhir remnya benar-benar dingin dan begitu juga dengan ban. Saya benar-benar berjuang untuk tetap di jalur. Tapi bagaimanapun, terkadang Anda harus bertaruh dan hari ini berhasil. Saya sangat senang tentang itu."Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!