Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Larson, Akinradewo, dan Sejumlah Alasan AS Bakal Raih Emas Voli Putri Olimpiade Tokyo

7 Agustus 2021   16:17 Diperbarui: 7 Agustus 2021   16:43 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foluke Akinradewo: https://www.wesh.com/

Memainkan pertandingan final terakhir setelah beberapa kesempatan sebelumnya selalu berakhir antiklimaks bakal mendatangkan perasaan tersendiri bagi seorang pemain. Bayangkan, Olimpiade Tokyo adalah kesempatan terakhir meraih emas. Dan kesempatan itu kini ada di depan mata.

Foluke Akinradewo Gunderson (33 tahun) dan Jordan Larson (34 tahun) sudah merasakan sakit berkali-kali lantaran gagal meraih medali emas. Keduanya sudah menjadi bagian dari skuad AS sejak 2012 di London.

Dalam dua edisi terakhir, London 2012 dan Rio 2016, mereka belum bisa menjadi yang terbaik. Di London, mereka hanya sanggup meraih medali perak. Empat tahun berselang, mereka harus puas dengan medali perunggu.

Sebenarnya sejak 2008, tim putri AS selalu lolos hingga ke semi final. Begitulah sekuat-kuatnya mereka berjuang, masih ada tim-tim lain yang lebih baik. Tiga edisi terakhir selalu berakhir dengan kecewa. Dua medali perka dan satu medali perunggu. Padahal mereka punya kesempatan dan ambisi untuk membawa pulang keping emas.

Hadapi Tekanan

Akinradewo dan Larson memiliki kesempatan terakhir untuk mewujudkan impian emas. Ini momen terakhir bagi keduanya untuk bisa menjadi juara. Sebuah perpisahan manis yang menanti untuk ditandai dengan medali emas.

Penampilan AS sejak penyisihan grup cukup memuaskan. Mereka hanya menderita satu kekalahan. Tergabung di Pool B, AS mampu membungkam Argentina (3-0), Tiongkok (3-0), Turki (3-2), dan Italia (3-2). AS hanya sekali kalah saat berharapan dengan ROC (0-3).

Di babak perempat final mereka menyingkirkan Republik Dominka dengan skor telak, 3-0. Skor serupa kembali ditorehkan di semi final. Serbia yang menjadi salah satu kandidat peraih medali emas dibuat tak berdaya. Kegigihan Tijana Bosokovic dan kawan-kawan mampu diredam dengan kemenangan, 25-19, 25-15, 25-23.

Kemenangan telak pada Jumat, 7 Juni lalu menjadi balas dendam sempurna. Lima tahun lalu di Brasil, Serbia menghentikan langkah AS ke final. AS yang sangat berambisi meraih emas pun akhirnya harus puas dengan perunggu.

Foluke Akinradewo: https://www.wesh.com/
Foluke Akinradewo: https://www.wesh.com/

Selanjutnya mereka akan menghadapi Brasil di final. Pertandingan ini dipastikan akan memberikan tekanan tersendiri bagi AS.

Di satu sisi, sepak terjang Brasil yang tak kalah ciamik sejak penyisihan grup. Hingga di babak semi final, Brasil nyaris tanpa hambatan melewati hadangan Korea Selatan. Kemenangan 25-16, 25-16, dan 25-16 menjadi bukti.

Di sisi lain, AS pun tidak ingin kegagalan di tiga edisi sebalumnya kembali berlanjut. Apalagi bagi Akinradewo dan Larson yang tidak ingin kembali menelan pil pahit.

Larson, menukil situs resmi Olimpiade Tokyo, menyadari hal itu. Ia seperti membaca apa yang juga dipikirkan banyak orang. Namun Larson justru merasa sebaliknya. Karena mereka tidak pernah merasakan manisnya medali emas membuat mereka bisa tampil lebih lepas.

Larson seakan menempatkan mereka dalam posisi bebas tekanan. Dan mengarahkan anggapan tersebut ke kubu Brasil, tim yang dua kali mengalahkan mereka di final, masing-masing di Beijing dan London.

"Orang-orang mengatakan kami akan berada di bawah begitu banyak tekanan karena kami tidak pernah memenangkan medali emas. Tapi kami tidak berada di bawah tekanan karena kami belum pernah melakukannya."

Modal AS

Oh ya, Larson berstatus kapten AS saat ini. Ia sudah menyandang status tersebut sejak 2017, setelah menjadi bagian dari tim bola voli nasional pada 2009.

Sepanjang itu, seperti rekannya, Akinradewo yang setahun lebih muda, mereka seakan tak pernah lelah memburu emas.

Apakah penantian panjang itu akan berakhir di Tokyo? Apakah Olimpiade kali ini menjadi momen perpisahan manis bagi keduanya, terlebih bagi Larson sebagai pemimpin tim?

Jordan Larson (nomor 10) memimpin rekan-rekannya di Olimpiade Tokyo: https://usavolleyball.org/
Jordan Larson (nomor 10) memimpin rekan-rekannya di Olimpiade Tokyo: https://usavolleyball.org/

AS memiliki kesempatan untuk emas. Ada beberapa alasan. Pertama, kehadiran Larson dan Akinradewo memberikan suntikan semangat bagi para pemain muda lainnya. Setelah dua kali gagal menghadapi Brasil di final, ini menjadi kesempatan bagi mereka untuk balas dendam.

Kedua, adanya pemain senior seperti Larson memberikan motivasi bagi para pemain lainnya. Larson sendiri sudah merasakan pahit dan manis bersama tim AS. Ia pernah mengantar AS menjadi juara dunia pada 2014. Begitu juga, bersama AS ia merasakan bagaimana terdampar di tubir kekecewaan setelah gagal meraih emas di Brasil dua tahun berselang.

Ketiga, kemenangan atas Serbia di semi final menjadi pelecut semangat bagi AS untuk menghadapi partai final. Dibanding Brasil kontra Korea Selatan, pertandingan AS menghadapi Serbia diprediksi bakal berjalan alot.

Tidak sedikit yang mengunggulkan Serbia, finalis Olimpiade Rio. Di partai final saat itu, Serbia harus mengakui ketangguhan China, yang justru tampil tak memuaskan kali ini. Kemenangna itu tidak lepas dari penampilan apik Larson. Blok, smes, dan servisnya menghasilkan sejumlah poin.

Keempat, kemenangan atas Serbia menjadi tanda bahwa AS memiliki strategi yang jitu. Selain itu para pemain membuktikan diri bisa bekerja sama menerjemahkan setiap arahan Karch Kiraly di lapangan pertandingan.

Karch Kiraly: https://www.fivb.com/
Karch Kiraly: https://www.fivb.com/

Permainan cepat dan cekatan, juga sabar dan hati-hati menjadi ciri khas AS. Ini menjadi modal penting bagi mereka untuk beradu dengan Brasil, tim favorit lainnya yang juga tengah memburu emas.

Karch Kiraly bakal menjadi kunci penting. Pria 60 tahun itu memiliki rekam jejak ciamik sebagai pemain voli profesional. Ia pernah memenangi medali emas Olimpiade baik di voli indoor (edisi Olimpiade Los Angeles 1984 dan Seoul 1988) maupun voli pantai (Atlanta 1996).

Sebagai pelatih, ia pun diakui. Para pemain AS memujinya sebagai pelatih yang jenius. Tentang Kiraly, Akinradewo bersaksi, "Dia membaca permainan ... saya akan mengatakan mungkin lebih baik daripada siapa pun di dunia."

Sukses sebagai pemain, juga turut menanggung sedih di Rio 2016, membuat Kiraly tak akan tinggal diam. Seperti Akinradewo dan Larson, ia juga menginginkan emas.

Apakah harapan itu akan berakhir manis? Ariake Arena, Minggu, (8/8/2021), 11.30 WIB akan menjadi saksi. Selamat menanti dan menjadi saksi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun