Kedua, kepada pelatih berilah tepuk tangan, bukan koreksi belaka. Ted mengutip penelitian psikolog olahraga Christian Cook. Menurut laporan Christian, seseorang akan tampil lebih baik dan cederung tidak mengulangi kesalahan saat mereka mendapat umpan balik positif. Alasannya, saat mendapat masukan positif, hormon testosterone bakal meningkat.
Situasi ini tentu dilematis. Seorang pelatih, demikian Epistein, secara alami mengidentifikasi apa yang salah dan menginstruksikan atlet bagaimana memperbaiki.
"Jika Anda harus memilih antara membutuhkan umpan balik ketika melakukan sesuatu yang salah atau ketika melakukan sesuatu yang benar, saya yakin sekarang saatnya melakukan sesuatu yang benar. Dan saat itulah orang tidak memberikan umpan balik. Mereka memperhatikan apa yang salah," simpul Devid Epstein.
Refleksi diri
Ketiga, bermain lalu pikirkan. Demikian kesimpulan untuk anak-anak. Epstein menekankan kepada anak-anak untuk dibekali kemampuan dan kebiasaan refleksi.
Kemampuan refleksi sangat penting. Seorang atlet akan dengan sendirinya mengaluasi sendiri apa yang sudah, sedang, dan akan dilakukan. Apa yang seharusnya dibuat dan bagaimana meningkatkannya. Semua itu lahir dari kemampuan refleksi.
Memang kerja ini terkesan filosofis dan rumit. Namun kemamuan itu bisa muncul secara alami atau bisa diajarkan.
Salah satu caranya dengan mendorong setiap anak atau atlet muda untuk bertanya pada diri sendiri dengan sejumlah pertanyaan dasar. Apa yang saya lakukan dengan baik? Apa kekurangan saya? Siapa orang-orang yang bisa membantu saya untuk mencapai suatu titik?
Epistein, mengutip Marije Elferink-Gemser asal Belanda, mengatakan, pelatih memang berperan penting bagi prestasi seorang atlet. Namun mereka hanya akan sampai pada tahap melihat dan mengidentifikasi kelemahan dan memberikan masukan untuk memperbaiki.
Tugas utama ada pada atlet bersangkutan. "Atlet adalah pengatur perkembangan mereka sendiri, terutama karena mereka semua menjadi lebih baik dan lebih baik."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H