Tidak hanya pertahanan kokoh dan serangan Shi yang mematikan, Jojo pun memberikan banyak poin gratis kepada lawan. Dalam hal menyeberangkan kok, Jojo tercatat tak kurang mengalami 10 kegagalan. Tak heran, pertarungan itu menjadi antiklimaks bagi Jojo. Ia menyerah dalam 34 menit.
Sementara itu permainan Ginting hampir tanpa cela. Kanta berkali-kali dibuat mati langkah. Banyak kali pula Ginting membuat Kanta hanya bisa meratapi kegagalannya membaca arah bola dan mengantisipasi pukulan lawan.
Tentu kita berharap Ginting bisa menjaga tren positif ini di laga selanjutnya. Ia akan menghadapi Anders Antonsen. Pebulutangkis asal Denmark itu menyingkirkan Toby Prenty dari Britania Raya dalam dua gim langsung, 21-10 dan 21-15.
Menghadapi Antonsen, Ginting memiliki sejumlah modal bagus. Selain kepercayaan diri yang membuncah pasca-bermain apik kontra Kanta, Ginting belum sekali pun kalah dalam tiga pertemuan mereka.
Peringkat dunia Ginting berada di belakang Antonsen. Namun Ginting sudah membuktikan bahwa ranking bukan ukuran. Saatnya, ia membuktikan sekali lagi, bahwa status Antonsen sebagai pemilik urutan tiga dunia, tak menjaminya bisa melangkahinya ke semi final Olimpiade.
Kita berharap Ginting bisa menjaga momentum baik. Tanda-tanda baik sudah terlihat. Ginting sudah mengikuti jejak yang sudah lama ditinggalkan Soni Dwi Kuncoro di Olimpiade Beijing 2008. Setelah sekian tahun, Indonesia bisa mengirim lagi tunggal putra ke babak delapan besar.
Kita pun bisa berharap lebih pada Ginting. Bila saat itu Soni hanya berstatus perempatfinalis setelah langkahnya dihadang Lee Chong Wei, 9-21 dan 11-21, Ginting sekiranya bisa melangkah lebih jauh.
Melihat performa Ginting hari ini, tidak ada salahnya kita bermimpi tinggi, melambung jauh ke belakang menuju Olimpiade Barcelona 1992, saat Alan Budikusuma memberi Indonesia medali emas.
Semangat Greys/Apri