Demikian pertanyaan besar sekaligus harapan publik Malaysia usai Aaron Chia/Soh Wooi Yik menggebrak Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Jepang, Kamis (29/7/2021) pagi WIB.
Pasangan muda Negeri Jiran ini berhasil menggasak jagoan Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukalumjo untuk meraih satu tiket semi final. Medali Olimpiade Tokyo pun sudah di depan mata.
Sementara itu para penggemar bulutangkis Indonesia harus menerima hasil negatif itu dengan lapang dada. Patut diakui, Minions tidak tampil maksimal. Kekalahan straight set 14-21 dan 17-21 tak bisa dielak dengan seribu satu alasan pembenaran.
Sepanjang 33 menit bertanding, versi terbaik Minions tak mengemuka. Kekuatan Gideon sebagai tukang gebuk tak maksimal. Ditambah sihir Kevin di depan net yang meredup.
Kevin malah mudah menyerah saat harus beradu drive cepat. Belum lagai kesalahan sendiri yang sering mereka buat. Pertahanan kokoh yang biasanya menjadi salah satu andalan tak terlihat.
Minions mengawali pertandingan kurang meyakinkan. Tertinggal 1-4, berlanjut 2-8.
Tertinggal jauh bukan sesuatu yang aneh. Minions sepertinya tahu bagaimana mengejar. Lima poin beruntun diraih melalui smes-smes keras. Kedudukan pun terpaut tipis, 7-8.
Sayangnya, momentum baik itu tak bisa dipertahankan. Beberapa kesalahan ditambah serangan wakil Malaysia yang menggebu-gebu membuat Minions kembali terjepit. Tertinggal 8-11 di interval gim pertama, terus melebar menjadi 10-15.
Pengembalian Minions yang kurang akurat membuat Chia/Soh semakin percaya diri. Pasangan muda Malaysia itu pun bisa menutup set pertama.
Tak seperti gim pertama, Minions tak memberi ruang bagi Chia/Soh di awal set kedua. Skor sempat ketat, 3-3, lantas merenggang menjadi 3-6 setelah serangan lawan tak bisa dibendung Minions.
Persaingan semakin ketat setelah jeda interval kedua. Minions mendapat momentum baik setelah menyamakan kedudukan 16-16.
Sayangnya, pendulum baik kemudian berbalik arah ke pihak Malaysia yang benar-benar mengerahkan segenap tenaga untuk merobohkan pertahanan Minions. Chia/Soh meraih match point dan sempat kehilangan satu angka sebelum mengunci kemenangan, 21-17.
Chia/Soh tidak punya pilihan lain selain bermain lepas. Keduanya tahu, posisi mereka kurang diunggulkan di hadapan Minions.
Catatan tujuh kekalahan beruntun cukup menjadi acuan. Ditambah lagi, keduanya tak bisa berkutik menghadapi ganda nomor dua Indonesia, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di laga penutup penyisihan grup.
Namun tekad mereka kuat. Seperti dikatakan sebelum laga ini, mereka sama sekali tidak ingin terpenjara pada rekor head to head. Mereka akan siap menghadapi siapapun lawan, tidak terkecuali yang berstatus unggulan pertama.
"Saya pikir kami akan memasuki pertandingan dengan kondisi yang sama. Bagaimanapun ini adalah Olimpiade, semua hal bisa terjadi," tutur Aaron Chia kepada salah satu media setempat.
Kekalahan Kento Momota, tunggal nomor satu dunia beberapa jam sebelumnya memberi mereka tambahan semangat. Status unggulan tak menjadi jaminan. Segala sesuatu bisa terjadi di panggung besar Olimpiade.
Itulah yang kemudian terjadi. Kedigdayaan Minions pun rontok. Pertahanan rapat yang biasanya sulit ditembus justru terlihat rapuh sehingga bisa dibobol Chia/Soh berkali-kali.
"Saya benar-benar tidak percaya kami menang, terutama di Olimpiade. Kami tidak pernah mengalahkan mereka. Ini adalah pertandingan terbaik dalam karir saya," ungkap Soh kepada BWF usai laga.
Kemenangan itu mereka raih dengan keyakinan untuk mengubah ketidakmungkinan. Kepercayaan diri yang mampu mengatasi status mereka sebagai underdog.Â
"Komunikasi kami di lapangan memberi kami banyak kepercayaan diri. Kami mendiskusikan setiap poin, sisi mentalnya sangat jelas untuk memainkan setiap pukulan," sambung pemain 23 tahun itu.
Gideon mengakui performa mereka tak maksimal. Situasi ini menempatkan mereka dalam tekanan. Pasangan Malaysia itu mampu memaksimalkan situasi buruk Minions.
"Saya pikir hari ini kami berada di bawah tekanan dari awal pertandingan. Kami harus mengevaluasi. Kami hanya sedang tidak enak badan," aku Gideon.
Tuah Flandy Limpele
Selain rakyat Malaysia, pihak lain yang ikut bergembira bersama Chia/Soh adalah Flandy Limpele. Ia setia menemani kedua pemuda itu. Ia memberi mereka arahan dan dukungan dari bangku pelatih.
Hasil ini tentu menyenangkan Flandy. Ia belum lama menyandang status kepala pelatih ganda putra Malaysia. Tugas yang diemban sejak Juni lalu mulai menunjukkan hasil baik. Melangkah ke semi final dengan merontokkan unggulan teratas adalah prestasi besar.
Sebelum menangani tim Malaysia, Flandy mengabdi di India. Menjadi pelatih timnas India sejak awal 2019 lalu membuatnya bisa melahirkan sejumlah pasangan ganda putra dengan penampilan yang semakin meroket.
Flandy memiliki banyak alasan berpaling ke Malaysia. Ada sejumlah faktor yang membuatnya tak menolak menerima tantangan Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia (BAM). Selain lebih dekat dari tanah air, ia menilai antusiasme, atmosfer, hingga gaya bermain negara tetangga itu tak jauh berbeda dengan tanah kelahirannya.
Selain itu, ia melihat Chia/Soh berpotensi membuat kejutan. Ia pernah berkata demikian, "Saya tidak bisa jamin itu. Meski begitu, saya akan katakan bahwa Aaron dan Wooi Yik punya peluang memenangi medali. Yang bisa saya pastikan sekarang ini adalah melakukan apapun untuk menolong mereka semakin tampil bagus, karena saya adalah pelatih mereka."
Rekam jejak kepelatihan itu menjadi modal bagi Flandy untuk memikul tanggung jawab besar BAM untuk mengorbitkan Chia/Soh di lintasan Olimpiade Tokyo.
Tangan dingin Flandy yang semakin mencolok tentu tidak lepas dari pengalamannya sebagai pemain. Ia adalah pelatih berlatarbelakang pemain. Bersama Eng Hian, kepala pelatih ganda putri Indonesia, mereka berhasil meraih medali perunggu Olimpiade Athena 2004.
Sebelum laga ini, Chia/Soh mengakui betapa penting peran Flandy bagi mereka. Kepada pelatih asal Manado itu, mereka meminta masukan. Pria 47 tahun itu adalah teman diskusi utama bagi Chia/Soh. Betapapun hebat kualitas individu, peran penting pelatih tetap tak bisa ditepis.
Entah apa yang disampaikan Flandy kepada Chia/Soh sebelum menghadapi Minions. Motivasi macam apa yang diberikan Flandy kepada kedua anak asuhnya itu dari sisi lapangan sepanjang pertandingan.
Yang pasti, Chia/Soh berhasil meruntuhkan dominasi Minions. Bersama Flandy mereka mampu meredam keperkasaan andalan Indonesia yang seakan tak tersentuh dalam beberapa tahun terakhir.
Baru bersama Flandy, Chia/Soh bisa membalikkan setiap prediksi. Selanjutnya mereka mengincar medali bagi Malaysia.
Apakah tuah Flandy akan berbuah medali bagi pasangan berperingkat sembilan dunia itu? Apakah setelah meredam taktik Herry IP, sang Naga Api, jalan Flandy untuk meraih emas pertama dalam sejarah bulutangis Malaysia semakin terbuka lebar?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H