Memang sektor ini belum juga memberi Indonesia medali emas. Namun sejak Olimpiade Sydney 2000, sektor ini tak pernah absen menyumbang medali. Di tengah keterpurukan sektor-sektor lain, cabor angkat besi terdepan menjaga muka Indonesia.
Cabor ini memberi tiga medali di Sydney. Medali perak dari Raema Lisa Rumbewas dan sepasang medali perunggu, masing-masing pemberian Sri Indriyani dan Winarni Binti Slamet.
Tiga medali juga diraih di edisi Beijing 2008. Selain perunggu dari Lisa Rumbewas, Eko Yuli Irawan dan Triyatno menyumbang perunggu.
Empat tahun berselang, tiga medali kembali dibawa pulang dari London. Triyatno meraih perak, Citra Febrianti pun menyumbang perak, sementara Eko Yuli Irawan meraih perunggu.
Dua medali perak Indonesia raih di Rio 2016. Eko Yuli Irawan dan Sri Wahyuni Agustuani yang juga membawa pulang medali perak, melengkapi raihan tiga medali bagi kontingen Indonesia setelah ditambah satu medali emas dari bulutangkis.
Penerus
Bila melihat rekam jejak Rahmat Erwin dalam beberapa tahun terakhir, potensinya cukup menjanjikan. Debut manisnya di Olimpiade kali ini perlahan tetapi pasti mulai menjawab prediksi sejumlah pihak akan kemampuannya sebagai penerus kejayaan angkat besi tanah air.
Ia digadang-gadang sebagai salah satu lifter yang layak menerima tongkat estafet dari Eko Yuli Irawan (61 kg) dan Triyatno (73 kg). Medali perunggu yang melampaui target delapan besar lebih dari cukup menahbiskannya sebagai bintang baru angkat besi Indonesia.
Kita patut mengapresiasi perjuangan insan angkat besi dalam negeri. Mereka sudah berjuang dan bekerja keras menjaga konsistensi prestasi angkat besi Indonesia.
Sebelum nama Rahmat Erwin ramai disebut-sebut, Windy Cantika Aisyah sudah lebih dulu mencuri perhatian. Medali perunggu yang diraih lifter 19 tahun ini seperti membakar semangat dan membuka jalan bagi Rahmat Erwin untuk bisa meraih medali sepertinya. Ya, kedua debutan itu akhirnya kompak meraih prestasi.