Selama sepekan ini, Palacio de los Deportes Carolina Marin akan sering disebut para penggemar bulu tangkis dunia. Pemberitaan dunia bulu tangkis tidak bisa tidak menyebut nama itu.
Pasalnya, di tempat di selatan Spanyol itu, turnamen Spain Masters 2021 tengah berlangsung. Sudah dimulai sejak awal pekan, 18 Mei dan berakhir pada Minggu, 23 Mei nanti.
Walau bukan turnamen level atas, perhelatan kelas Super 300 di wilayah Andalusia itu tetap menarik. Setidaknya, menjadi panggung bagi para pemain muda dan pelapis unjug gigi mencari pengalaman dan menambah jam terbang sambil berjuang memperebutkan total hadiah 140.000 dollar AS. Sejumlah 15 wakil Indonesia pun tak ketinggalan.
Sesuai namanya, tempat itu bisa kita sebut "Istana Olahraga Carolina Marin." Nama itu tidak hanya menggambarkan tempat dan fungsi, tetapi juga sosok yang dilekatkan pada tempat itu. Ya, siapa lagi kalau bukan Carolina Marin.
Dari sumber yang terbatas, kompleks olahraga itu dibangun pada tahun 1999. Kapasitas dasar 3.660 penonton. Daya tampungnya bisa ditambah 1.204 lebih banyak dengan bangku teleskopik di permukaan lintasan.
Kompleks itu memiliki sejumlah gedung, fasilitas utama untuk beberapa cabang olahraga dan sarana pendukung seperti tempat parkir yang luas. Dalam perjalanan waktu kompleks itu terus dikembangkan untuk mememenuhi sejumlah kebutuhan.
Sang Pahlawan
Marin bukan sosok asing di kancah bulu tangkis dunia. Ia menjadi satu dari segelintir pemain tunggal putri dunia dengan sederet prestasi mentereng.
Wanita 27 tahun itu telah menekuni cabang tepok bulu dunia sejak belia. Perjuangan dan kerja keras, juga jatuh dan bangun, menjadi bagian tak terpisahkan dari berbagai prestasi yang diukir.
Ia tidak hanya mengagumkan secara pencapaian, tetapi juga memberikan banyak inspirasi bagi para pebulutangkis. Kelahiran 15 Juni 1993 itu adalah cermin, tempat banyak pemain dan berbagai negara berkaca. Kepadanya para pemain muda belajar bagaimana menggapai mimpi yang bagi banyak orang dianggap mustahil.
Bagaimana dari sebuah negara yang tidak memiliki tradisi bulu tangkis yang kuat bisa lahir seorang juara dunia, bahkan tidak hanya sekali. Bagaimana bisa negara non Asia menjadi pemenang bulu tangkis di gelanggang Olimpiade. Marin sukses menjawab berbagai ketidakmungkinan itu.
Medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016 menjadi puncak pencapaiannya. Bagi setiap pebulutangkis, Olimpiade adalah panggung impian. Medali emas adalah target paripurna.
Marin mencetak sejarah di Brasil lima tahun silam. Ia mengalahkan pebulutangkis India, Pusarla Venkata melaui pertarungan rubber game, 21-19, 12-21, dan 21-15.
Kemenangan ini sekaligus meruntuhkan dominasi China khususnya dan Asia umumnya di sektor tersebut. Sejak pertama kali dipertandingkan di Olimpiade Barcelona, medali emas tunggal putri tidak pernah digondol ke luar Asia.
China menjadi penguasa di sektor ini. Selain Susy Susanti dan Bang Soo-hyun dari Korea, masing-masing sekali menduduki podium tertinggi, selebihnya medali emas tak pernah lepas dari China.
Sejak Olimpiade Sydney 2000, medali emas selalu diraih pemain dari Negeri Tirai Bambu. Mulai dari Gong Zhichao, Zhang Ning yang dua kali meraih emas di edisi Athena 2004 dan Beijing 2008, serta Li Xuerui empat tahun berselang.
Sebelum Marin, Camilla Martin asal Denmark menjadi satu-satunya pemain non-Eropa yang sanggup bersaing memperebutkan medali emas. Momen itu terjadi di Sydney, 16 tahun sebelum itu.
Marin meruntuhkan berbagai dominasi itu. Ia membuat China dan negara-negara Asia mati kutu. China saat itu memang sedang tidak beruntung-untuk mengatakan tak sedigdaya edisi sebelumnya. Namun, Marin memang sedang bagus-bagusnya. Ia memang layak menjadi kampiun.
Spanyol memang pantas berbangga pada Marin. Sejarah baru bagi negara dengan bulu tangkis bukan sebagai olahraga populer. Tunggal putri non-Asia pertama yang meraih medali emas Olimpiade. Pemain pertama dari Negeri Matador yang sanggup meraih medali emas di sektor bulu tangkis.
Huelva, kota kelahiran Marin kemudian memberinya penghargaan khusus. Gelanggang olahraga terbesar di daerah dan provinsi Andalusia tersebut diganti namanya dari Palacio de Deportes de Huelva menjadi Palacio de Deportes Carolina Marin. Nama kota berganti nama sang pahlawan.
Kejuaraan Dunia 2021
Saat ini para pemain muda dari berbagai negara sedang berjuang menaklukkan markas Carolina Marin.  Selain mendapat kesempatan menjajal venue istimewa itu, para pemain masa depan pun bisa mencerap semangat juara dari sang ratu bulu tangkis  yang terpatri di sana.Â
Saat tulisan ini dibuat, pertandingan sudah memasuki babak perempat final. Para pemain Indonesia begitu mendominasi. Hampir semua sektor berhasil meloloskan wakilnya. Peluang Merah Putih panen gelar sepertinya terbuka lebar.
Selain Spain Masters 2021, sebagai sebuah gelanggang olahraga dengan kapasitas terbesar di wilayah itu, arena tersebut juga dipakai untuk berbagai keperluan. Tidak hanya menjadi "kandang" bagi Marin, tetapi juga sejumlah tim olahraga dari Huelva.
Selain itu, berbagai kejuaraan pernah mengambil tempat di sana. Pada April 2018 menjadi tuan rumah Kejuaraan Bulutangkis Eropa. Tidak sampai di situ. Tahun ini, akhir tahun tepatnya, "Carolina Marin Stadium" akan menjadi pusat perhatian dunia. Di sana akan berlangsung Kejuaraan Dunia BWF atau World Championship, diagendakan pada 29 November hingga 5 Desember nanti.
Penunjukkan Spanyol sebagai tuan rumah sudah ditetapkan sejak akhir 2018. Namun pemberitahuan dari BWF itu belum menyertakan nama kota, apalagi venue yang akan digunakan. Dalam perjalanan waktu, FESBA, PBSI-nya Spanyol, menawarkan Huelva sebagai tuan rumah. Seiring diterimanya tawaran itu maka tidak ada pilihan lain selain mengarah pada Palacio de Deportes Carolina Marin.
Walau terlihat megah, venue tersebut memang tetap patut didandani agar memenuhi standar BWF. Pemerintah Kota Huelva pun serius mempersiapkan diri.
Melansir thesportsdoyen.com (6/2/2021), pada awal Januari, Dewan Kota Huelva dalam pertemuan internal telah mendapatkan informasi terkait kemajuan persiapan panitia setempat. Per 28 Januari, status pekerjaan mendekati 70 persen.
Tidak hanya melakukan persiapan fisik, panitia setempat juga melakukan sejumlah kegiatan. Salah satunya promosi bulu tangkis ke sekolah-sekolah dasar dan menengah. Mempertimbangkan kondisi pandemi, maka berbagai aktivitas itu dilakukan secara daring.
Sejauh ini belum ada tanda-tanda perhelatan akbar di penghujung tahun itu akan bernasib sama dengan sebagian besar turnamen sejak tahun lalu. Masa pagebluk yang entah kapan berakhir memang mencemaskan banyak orang.  Termasuk nasib Kejuaraan Dunia 2021. Namun sejauh ini  pendar lampu kuning belum juga terlihat.
Panitia setempat terus bekerja. Perhelatan Spain Masters akan menjadi bagian penting yang menentukan terselenggaranya Kejuaraan Dunia nanti. Bila Spain Masters 2021 bisa tuntas digelar, maka kita bisa berharap lebih melihat para bintang dunia kembali bertarung di kejuaraan bergengsi itu. Menurut rencana, Kejuaraan Dunia 2021 akan berlangsung tertutup, sebuah pemandangan yang sudah tak lagi asing.
Meneroka Marin
Huelva dan Spanyol rupanya tidak ingin kehilangan momentum. Mereka tidak mau sekadar menjadi tuan rumah. Kejuaraan Dunia itu dipandang sebagai kesempatan emas untuk memasyarakatkan bulu tangkis. Apalagi perhelatan itu akan digelar di tempat dari mana seorang pahlawan bulu tangkis Spanyol lahir. Sehingga tidak ingin kebanggaan Negeri Matador hanya berakhir sebagai tuan rumah dan Marin seorang.Â
Marin, Spain Masters dan Kejuaraan Dunia adalah peneroka bagi masa depan bulutangkis di negara yang kadung cinta mati dengan sepak bola, voli dan bola basket itu. Â Di sektor olahraga yang lebih individual Spanyol begitu lekat dengan balap motor dan Formula 1. Â Para jagoan MotoGP Spanyol datang dan pergi seakan tak pernah jeda. Setelah satu juara dunia mengemuka, tak butuh waktu lama untuk melahirkan juara dunia berikutnya.
Asa ini sepertinya sejalan dengan kerinduan terdalam Marin. Saat hadir di acara peresmian pengabadian namanya sebagai nama gelanggan olahraga itu pada 21 Desember 2016, Marin diberi kesempatan berbicara.
Salah satu bagian sambutan begitu menggugah. Ia tidak hanya mengutarakan rasa senang atas apresiasi besar itu. Â Lebih dari itu ia berharap pemberian nama itu sekaligus mengabadikan nilai-nilai yang diperjuangkan dan kemudian membantu membentuknya menjadi seorang juara.
"Semoga tempat ini bisa terus merepresentasikan nilai-nilai yang telah membuat saya berkembang dan menjadikan saya seperti sekarang ini, yaitu kerja keras, usaha pantang menyerah, pengorbanan, dan kerja sama tim," ungkap marin, menukil Marca (25/12/2016).
Marin tentu berharap pengabadian nama itu tidak berarti  menggali "kuburan" bagi bulu tangkis Spanyol. Namanya tidak menjadi prasasti yang hanya akan terus diingat dan dikenang. Kejayaannya tidak akan berakhir di buku sejarah dan museum rekor setempat. Tetapi lebih dari itu, ia meneroka masa depan bulu tangkis di negara tersebut.Â
Dengan kata lain, mimpi besar Marin itu bisa diganti dengan sejumlah pertanyaan utama ini. Apakah setelah Spain Masters dan Kejuaraan Dunia 2021 bulu tangkis semakin dipandang di negara itu? Adakah bibit-bibit potensial dan calon juara dunia baru yang bakal muncuat? Apakah setelah Marin, nama Spanyol di panggung bulu tangkis dunia masih bisa tetap diperhitungkan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H