Hari ini, Minggu, 16 Mei 2021, Gereja Katolik merayakan Hari Komunikasi Sosial (Komsos) Sedunia. Seperti tahun-tahun sebelumnya, World Communications Day selalu jatuh di hari Minggu Paskah VII, beberapa pekan setelah Hari Raya Paskah.
Menariknya, peringatan ke-55 tahun ini jatuh tak lama setelah umat Islam merayakan Idul Fitri. Tentu, aroma ketupat dan opor ayam Lebaran belum benar-benar lesap. Kata-kata maaf dan mohon ampun belum juga hilang dari ingatan.
Lebaran tidak hanya dirayakan oleh kaum Muslim semata. Sukacita perayaan itu menembus batas agama, budaya, status sosial, dan berbagai anasir dikotomis lainnya. Kemenangan saudara-saudari Muslim setelah sebulan penuh bergulat dengan tantangan jasmani dan rohani dirayakan bersama.
Perayaan kemenangan itu disambut dengan makan dan minum. Tidak hanya itu. Ada silaturahmi dengan maaf sebagai kata utama. Setiap orang saling meminta dan memberikan maaf. Seorang anak atau yang lebih muda meminta ampun pada orang tua atau yang dituakan. Begitu juga sebaliknya.
Maaf yang diumbar saat itu kemudian ikut merasuk setiap orang untuk ikut ambil bagian. Lini sosial media pun disarati aneka rangkaian ucapan indah dan menyentuh. Orang berlomba-lomba mengirimkannya kepada sebanyak mungkin yang dikenal.
Walau pandemi membatasi ruang gerak dan interaksi sosial fisik, tidak sedikit tetap berjuang sejauh dapat untuk menyampaikan dan mendapatkan maaf secara langsung. Betapapun canggih teknologi untuk mengantarai pertemuan virtual, tetap saja dirasa kurang afdol untuk menangkup panggilan dasariah setiap manusia untuk bertemu muka dengan muka secara lebih dekat dan intim.
Apa yang terjadi sepanjang Lebaran menunjukkan salah satu hakikat manusia: tidak hanya makhluk individu tetapi juga makhluk sosial. Kesosialan manusia ditandai di antaranya oleh relasi dan komunikasi. Lebaran tentu akan kehilangan arti dan makna bila setiap orang berdiri sendiri-sendiri sebagai sebuah pulau terasing.
Datang dan Lihatlah
Sebagai informasi, peringatan Hari Komsos sudah diperkenalkan sejak Konsili Vatikan Kedua setelah dekret Inter Mirifica disahkan Paus Paulus VI pada 4 Desember 1963.
Inter Mirifica diambil dari baris pertama dokumen. Secara harafiah beridentik artinya dengan Among the Wonderful atau Di Antara yang Mengagumkan.