Bagi masyarakat Lamaholot, suku bangsa terbesar yang mendiami Flores Timur, Lembata, dan Alor Pantar, jagung titi sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Itu adalah pangan lokal yang menghidupkan mereka, baik untuk dikonsumsi atau dijual untuk dinikmati oleh orang lain. Diperlakukan sebagai camilan padat atau dicampur dengan air putih hingga terlihat seperti sereal.
Ternyata, menjadi pengganti nasi sebagai sumber karbohidrat, jagung bisa diandalkan. Kita kadang memilih kentang sebagai substitusi. Tetapi jagung sebenarnya bukan pilihan yang keliru.
Menukil hellosehat.com, jagung dan kentang sama-sama menjadi sumber karbohidrat yang baik. Keduanya memiliki jumlah kandungan nutrisi berbeda. Dalam 100 gram jagung mengandung 366 kalori, 69,1 gram karbohidrat, dan 9,8 gram protein. Sementara 100 gram kentang mengandung 62 kalori, 13,5 gram karbohidrat, dan 2 gram protein.
Dalam ukuran yang sama, kentang tidak mengandung lemak. Sementara jagung mengandung 7,3 gram lemak. Keduanya mengandung serat, sejumlah vitamin dan mineral dalam jumlah berbeda. Jagung mengandung 2,2 gram serat berbanding 0,5 gram serat dalam kentang.
Dari segi nutrisi, jagung mengandung nutrisi yang kaya. Dengan kandungan karbohidrat harian sekitar 28-80 persen, nilai indeks glikemik jagung lebih baik sebagai pengganti nasi. Indeks glimekik mengacu pada ukuran seberapa cepat karbohidrat dicerna.
Mengacu tabel indeks glikemik dari Havard Medical School, nilai indeks glikemik dari 100 gram jagung adalah sekitar 46. Sementara nilai indeks glikemik dari 100 gram kentang adalah 78. Nilai indeks glikemik jagung juga lebih rendah dari nasi yaitu sekitar 73.
Memang tidak dapat dipungkiri, teknik memasak juga mempengaruhi nilai indeks glikemik. Semakin lama makanan dimasak, semakin tinggi indeks glikemik makanan itu. Tentu semakin tinggi indeks glikemik semakin tidak sehat bagi kesehatan karena semakin memicu lonjakan gula darah (glukosa).
Jagung titi yang tidak terlalu manis, tidak pula hambar dimasak sedemikian rupa sehingga tidak terlalu matang. Oleh tangan-tangan terampil diolah sedemikian rupa sehingga tetap menghasilkan tekstur yang renyah dan gurih di mulut.
Bisa jadi karena alasan kedekatan hingga keterampilan unik itu, jagung titi tetap menjadi andalan sejumlah masyarakat NTT hingga hari ini. Tidak hanya sebagai makanan ringan, tetapi menjadi sumber karbohidrat untuk menjalankan kegiatan sehari-hari. Dari sepiring jagung titi, kuliner khas itu, kita pun masih tetap bisa bercerita tentang Ramadan.