Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Nostalgia Ramadan di Waktu Kecil, Ada yang Diam-diam Makan?

19 April 2021   19:05 Diperbarui: 19 April 2021   19:17 980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang anak menanti waktu berpuasa: via suara.com

Ilustrasi anak-anak membangunkan orang untuk sahur: www.goriau.com
Ilustrasi anak-anak membangunkan orang untuk sahur: www.goriau.com

Lain cerita bila teriakan itu digaungkan di luar bulan puasa. Bukan pujian yang diterima, mereka justru bakal menuai sial. Tapi sepertinya peluang untuk itu jauh lebih kecil karena mereka akan lebih memilih untuk memeluk malam hingga matahari menyingsing.

Keceriaan sejak pukul 02.00 dini hari masih akan terjadi dalam bentuk berbeda pada petang hari. Sambil menunggu waktu berbuka, anak-anak biasanya akan kembali mencari teman bermain. Ngabuburit ala anak-anak biasanya diisi dengan aktivitas bermain.

Bagaimana pengalaman saat menjalankan puasa? Nah, soal ini tentu banyak cerita. Mulai dari sulitnya menahan godaan lapar dan haus, hingga apresiasi yang diterima setelah sukses menjalankan ujian sebulan penuh.

Temanku punya cerita. Saat itu ia diizinkan puasa setengah hari. Ia baru bisa berbuka puasa di tengah hari, tepatnya jam 12 siang. Walau berat, ia berusaha untuk tak makan dan minum. Ia pun berhasil menjalani puasa setengah hari sebulan penuh. Sebagai ganjarannya, ia diberikan hadiah. Sepeda baru. Bukan main girangnya.

Tahun berikutnya, orang tua memintanya untuk berpuasa penuh. Ia akan menjalankan kewajiban itu tak jauh berbeda dengan apa yang dijalankan orang dewasa. Mula-mula tidak ada keberatan. Apalagi bayang-bayang sepeda tahun sebelumnya muncul dalam rupa yang lebih menggiurkan.

Ia pun bisa menyesuaikan diri di pekan pertama. Namun pada suatu waktu, tantangan itu ternyata sulit ditanggung. Ia tak bisa berkompromi dengan desakan dari dalam diri. Selepas pukul 03.00 petang, rasa lapar kian tak tertanggungkan.

Saat itu, ibunya baru saja selesai membuat gorengan. Camilan itu jelas menggugah selera. Ibu menyimpannya di meja makan. Masih ada jarak yang cukup antara dapur dan tempat di mana godaan itu berada.

Dalam diam, ia pun mendekati meja makan. Diambilnya satu dan secepat kilat mendaratkannya di mulut. Dalam hitungan detik, sepotong gorengan itu lumat di mulut.

Saat waktu berpuka puasa tiba ia berlagak seperti biasa. Ia tak menunjukkan tanda-tanda telah menandaskan sepotong gorengan. Ia makan dengan penuh semangat. Bertindak seolah-olah berpuasa sehari penuh.

Apakah ada dari antara Anda yang memiliki pengalaman kocak serupa? Dalam diam membatalkan puasa. Bila diingat kembali, senyum pun merekah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun