Keduanya bersepakat untuk memanfaatkan kesempatan makan malam itu sebagai momen untuk tidak berbicara tentang ketiksepakatan yang dipertahankan sebelumnya. Keduanya saling memuji. Kung disanjung karena menghidupkan kembali dialog antar iman dan ilmu alam. Sementara itu, Kung pun mengapresiasi paus karena membuka diri dan menjalin relasi yang mesra dengan agama lain.
Ketiga, satu dari banyak bukunya yang fenomenal adalah Existiert Gott? Sejak diterbitkan tahun 1978, buku yang kemudian dialihbahasakan dengan judul Does God Exist? An answer for today menarik perhatian tidak hanya bagi para teolog, filsuf, peminat filsafat ketuhanan, hingga masyarakat luas.
Pertanyaan besar apakah Tuhan ada itu menggentarkan, tetapi serentak menggugat dan memukau banyak orang. Ia menghadirkan refleksi filosofis dan teologis tentang apa yang telah menjadi keyakinan atau ketidakyakinan orang-orang akan realitas yang Maha Tinggi itu.
Tentu orang yang membacanya akan terguncang, tetapi juga tercerahkan. Selain itu, para pembaca tertantang untuk melakukan refleksi lanjutan atas kepercayaan atau ketidakpercayaan, termasuk dalam laku keagamaan sehari-hari.
Etika global
Keempat, soal kemanusiaan itu kemudian menjadi salah satu perhatian penting Kung belakangan ini. Bahkan konsentrasinya untuk menjalankan sebuah proyek besar bernama "etika global" (Weltethos) dicurahkan sepanjang beberapa tahun terakhir.
Dalam sebuah pertemuan besar Parlemen Agama-agama Dunia pada 28 Agustus 1993 di Chichago, Kung menawarkan proposal "etika global". Proposal ini coba menarik keluar kesamaan agama di dunia, dan bukannya memperuncing dalam unsur-unsur yang memisahkan atau membedakan.
Rancangan proposal itu mendapat sambutan positif. Tidak ada keberatan dari sekitar 6500 peserta dan pemimpin agama dan spiritual dari seluruh dunia untuk membubuhkan tanda tangan.
Semua sepakat tentang pentingnya etika global demi terciptanya perdamaian dunia dan terbentuknya tatanan ekonomi dunia yang lebih adil. Kemanusiaan adalah kata kunci. Sulit berbicara tentang keadilan dan kedamaian bila kemanusiaan dalam setiap aspek tidak mendapat perhatian.
Selain itu, ia menghidupkan kembali prinsil universal yang dikenal dengan the Golden Rule. Apa yang bisa diterjemahkan dengan Kaidah Emas ini sejatinya ada dalam setiap agama. "Jangan lakukan terhadap orang lain apa yang anda tidak ingin orang lain lakukan terhadapmu".