Tahun lalu, akhir Februari tepatnya, ia masih di peringkat 20 dunia. Sejak kemenangan atas Carolina Marin di final Spanyol Masters 2020, nam Pornpawee Chochuwong semakin melambung. Perjalanan kariernya pasca turnamen Super 300 itu berpelukan dengan kejutan demi kejutan.
Di awal tahun ini, ia menjadi satu dari segelintir pemain terbaik yang berlaga di BWF World Tour Finals 2020. Itu adalah turnamen elite. Penyelenggaraannya di kandang sendiri. Thailand.
Baru menginjak usia 23 tahun, Pornpawee menjadi satu dari delapan pemain terbaik yang bisa ambil bagian di ajang yang semestinya selalu digelar di penghujung tahun. Delapan pengoleksi poin terbanyak sepanjang satu kalender BWF World Tour bertarung memperebutkan total hadiah 1,5 juta dolar AS atau setara Rp 21 miliar.
Apa yang ia tunjukkan di tanah airnya? Tergabung di grup neraka dengan tiga pemain top, Pornpawee memperlihatkan mental yang kuat. Lebih lagi, pembuktiannya yang gemilang di lapangan pertandingan. Seniornya Ratchanok Intanon ia libas dalam pertarungan rubber game, 15-21, 21-11 dan 21-18.
Berikutnya, giliran Tai Tzu Ying. Intanon pernah berstatus pemain nomor satu dunia yang dalam beberapa bulan terakhir menjadi milik Tai. Sebagai pemain berperingkat teratas tak menjamin kemenangan atas pemain muda seperti Pornpawee. Buktinya, Pornpawee membuat tunggal Taiwan itu benar-benar tak berkutik. Pornpawee menang straight set, 21-17 dan 21-11.
Saat berbagai kejutan itu dibuat, posisi Pornpawee di tabel ranking dunia masih berada di urutan ke-13. Secara peringkat, jam terbang, bahkan kualitas, ia masih disebut sebagai pemain lapis tiga Thailand. Namanya baru disebut setelah Intanon dan Busanan Ongbamrungpham.
Namun apa yang terjadi dengan Pornpawee membuat kita harus meninjau lagi penyematan label di atas. Ia seakan menunjukkan peningkatan performa yang kemudian mewujud dalam statistik perolehan poin. Dari rilis BWF terkini, nama Pornpawee tidak lagi kita temukan di urutan seperti awal tahun lalu, bahkan di permulaan tahun ini. Posisinya sudah merangkak naik.
Kini ia berada di jajaran 10 besar dunia. Hanya berjarak empat tangga di belakang Intanon. Sementara Busanan kini justru bertukar tempat dengannya. Busanan berada di posisi yang ditempati juniornya beberapa bulan lalu.
Berlanjut di All England
Peringkatnya yang terus tergerek naik, tentu tidak lepas dari hasil yang diraih di dua turnamen terakhir yang diikutinya. All England dan Orleans Masters.
Turnamen yang disebutkan terakhir cuma berlevel Super 100. Saat itu, Pornpawee yang menempati unggulan pertama, terhenti di semi final. Langkahnya tersandung pada seniornya, Busanan yang mencatatkan kemenangan tiga game, 18-21 21-15 21-18. Busanan kemudian menjadi juara dengan mengalahkan pemain muda Denmark, Line Christophersen.
Sebelum itu, Pornpawee juga mencuri perhatian di All England. Tanpa para pemain tunggal putri China, absennya Carolina Marin dari Spanyol, dan tak ada nama tunggal putri Taiwan sekaligus juara bertahan, Tai Tzu Ying, Thailand menjadi satu dari sedikit negara yang diperhitungkan di All England 2021. Negeri Gajah Putih berada dalam kumpulan kecil grup unggulan bersama Jepang dan India.
Ketidakhadiran "rising star" Korea Selatan, An Se-young, para pemain muda dan senior Thailand dan Jepang bakal saling berhadap-hadapan untuk menjadi yang terbaik.
Walau dipaksa mundur dari ajang Super 1000 itu, jelas tak ada nama pemain dalam skuad tunggal putri Indonesia yang layak disebut. Sekalipun tunggal putri terbaik Merah Putih, Gregoria Mariska tetap diberangkatkan ke Birmingham Arena, namanya jelas bukan pesaing terkuat.
Kemudian saat Pornpawee Chochuwong dan Nozomi Okuhara melangkah ke final prediksi di atas bukan sesuatu yang mengagetkan. Hanya soal perlu kejelian membaca peluang dan kemungkinan dari perjalanan nama-nama potensial dari kedua kubu.
Jepang dengan Nozomi Okuhara dan Akane Yamaguchi. Ratchanok Intanon dan Pornpawee Chochuwong di tim Thailand. Pusarla V.Shindu dari India. Lima pemain ini terlihat lebih menonjol di banding kontestan yang lain.
Soal siapa yang akan berbicara banyak ditentukan oleh kesiapan di antara mereka. Tentang pertemuan satu sama lain sebagai sesuatu yang tak terhindarkan, menuntut kecermatan memaksimalkan setiap kesempatan. Sebelum menginjak angka 21, segala sesuatu masih bisa terjadi.
Itulah yang kemudian terjadi di babak semi final. Nozomi Okuhara kontra Ratchanok Intanon. Pornpawee Chochuwong versus Pusarla V Sindhu.
Okuhara yang sudah dalam posisi terjepit berhasil membalikkan keadaan. Tertinggal di set pertama, Okuhara yang ditempatkan sebagai unggulan dua berhasil memperpanjang nafas dengan mengambil game kedua.
Kemenangan di set kedua belum menjamin Okuhara bakal menang di set penentuan. Okuhara bahkan hampir tergelincir saat tertinggal 14-18 di set ketiga. Namun kesabaran dan keuletan pemain 26 tahun ini berhasil menemukan celah untuk menyerang balik.
Strategi Okuhara terbilang akurat. Ia mencari cara untuk memaksa Intanon melakukan kesalahan sendiri. Skenario tersebut berhasil. Intanon kemudian bisa dikejar kemudian ditinggal saat dirinya menutup pertandingan dengan skor akhir 16-21 21-16 21-19.
Duel keduanya tercatat sebagai yang paling menegangkan dan menguras tenaga. Durasi 1 jam dan 11 menit melebihi pertarungan antara dua pemain terbaik Denmark, Viktor Axelsen dan Anders Antonsen merebut salah satu tiket final tunggal putra.
Bagi Okuhara kemenangan ini mengandung banyak arti. Di satu sisi, melanjutkan tren positif usai kemenangan di World Tour Finals 2019 untuk memperpanjang rekor "head to head" atas pemain nomor satu Thailand itu. Keduanya sudah 17 kali bertemu. Sebanyak 10 kemenangan menjadi milik Okuhara.
Di sisi lain, lolos ke final menjadi penebusan atas kegagalan tahun lalu. Saat itu, langkahnya kandas di semi final. Ia tak mampu melewati hadangan pemain muda China, Chen Yufei yang menang straight set 21-14 dan 23-21. Di final Chen Yufei takluk dari Tai Tzu Ying dengan jumlah set yang sama, namun dengan skor yang sedikit renggang, 21-19 dan 21-15.
Tidak hanya itu, Okuhara sebenarnya sudah punya pengalaman menjadi juara di ajang tertua di dunia itu. Tahun 2016, ia menjadi satu dari empat juara baru di panggung prestisius tersebut. Okuhara berhasil menggulung Wang Shixian dari China dalam pertarungan rubber game, 21-11, 16-21, dan 21-19.
Kekalahan Intanon tidak berarti buku prestasi Thailand tertutup. Masih ada Pornpawee Chochuwong. Kala sang senior kandas, gilirannya angkat bicara. Itu terbukti saat menyingkirkan pemain senior India, Pusarla V Sindhu.
Pornpawee yang menjadi unggulan enam berhasil menunjukkan penampilan yang konsisten hingga semi final. Pemain 23 tahun ini sudah menunjukkan potensi sejak di level junior. Saat masuk ke kelas senior, ia cukup merepotkan para pemain yang lebih dulu mengenyam pengalaman di kelas utama.
Di awal tahun ini, ia sudah berusaha maksimal. Tiga seri Thailand, berturut-turut Yonex Thailand Open, Toyota Thailand Open, dan World Tour Finals 2020, ia hampir berbicara banyak bila tak dihadang Carolina Marin di pekan pertama, An Se-young di pekan kedua, dan Sindhu di pekan terakhir.
Pemain yang disebutkan terakhir itu menghentikan langkah Pornpawee di perempat final World Tour Finals, 21-18 dan 21-15. Itulah pertemuan terakhir Sindhu dan Pornpawee sebelum semi final All England 2021.
Apa yang terjadi di pertemuan keenam mereka di Arena Birmingham? Pornpawee tidak ingin kembali didikte. Walau statistik pertemuan mengunggulkan peraih perak Olimpiade 2016, skor 1-4 sebelum pertemuan ini, tak menciutkan nyalinya.
Pornpawee berhasil membalikkan keadaan. Wanita kelahiran 27 Januari 1998 itu membuat mantan juara dunia itu tak berkutik. Dalam waktu 45 menit, Pornpawee memetik tiket final. Kemenangan dua game langsung, 21-17 dan 21-9 menunjukkan bahwa ia bukan lagi "underdog."
Bila kita melihat kembali rekaman pertandingan mereka, kredit jelas kita alamatkan kepada Pornpaween. Bagaimana dalam dua set ia menunjukkan peningkatan kualitas yang signifikan. Di game kedua, Pornpaween menunjukkan bagaimana kuatnya mental dan konsisten permainannya dengan hanya memberi sembilan poin kepada Sindhu.
Kita hampir tak mendapatkan kesalahan yang dibuat Pornpawee. Permainan yang nyaris sempurna, walau untuk yang satu itu, hampir mustahil terjadi. Namun setidaknya, ia berhasil menunjukkan diri bukan lagi sebagai pemain yang sehijau usianya.
Pornpaween membuat catatan impresif Sindhu di perempat final seperti tak berbekas. Menghadapi Akane Yamaguchi, Sindhu tampil luar biasa. Duel kedua tim menghabiskan satu jam dan 16 menit. Laga yang berakhir 16-21 21-16 21-19 itu masuk dalam catatan BWF. Pertandingan itu didaulat sebagai sebagai salah satu pertandingan terbaik di All England kali ini.
Pascakemenangan itu nama Sindhu semakin difavoritkan. Termasuk menghadapi Pornpaween yang sebelumnya tanpa kesulitan meladeni Zhang Beiwan dari Amerika Serikat, 21-16 21-19.
Ternyata optimisme pada Sindhu tak serta merta mewujud di semi final. Pornpawee tidak mau menerima status lawan begitu saja.
Apa yang ditunjukkan Pornpawee saat menghadapi Sindhu membuat kita tidak bisa tidak mengalihkan perhatian kepadanya. Sebagai pemain yang lebih muda, Pornpaween begitu memaksimalkan kecepatannya.
Sindhu mencoba mengimbanginya dengan langkah kakinya yang panjang. Hanya saja Pornpawee berhasil memanfaatkan setiap peluang. Ritme positif yang sudah didapat sejak awal pertandingan, berhasil ia pertahankan hingga menutup game pertama.
Ketenangan Pornpaween terlihat semakin kentara di set kedua. Sementara itu permainan Sindhu terlihat mulai goyah. Ia lebih mudah melakukan kesalahan sendiri. Belum lagi stamina yang telah terkuras di laga sebelumnya ternyata cukup berdampak. Pornpaween bisa dengan mudah mengunci pertandingan.
Usai pertandingan, Sindhu mengatakan kemenangan tersebut memang layak didapat Pornpaween. Hari yang cerah bagi pemain muda Thailand itu. Tidak hanya itu, dari pertandingan yang telah mereka jalani, Sindhu tak ragu melihat masa depan cerah menanti Pornpawee.
"Saya tahu ini akan menjadi pertandingan yang bagus, dia bukan pemain yang mudah dan dia melakukannya dengan baik. Pukulannya sangat bagus dan dia akan menjadi pemain yang sangat bagus," ungkap Sindhu kepada situs resmi BWF.
Walau mimpinya mencapai final kandas, Sindhu tak patah arang. Sebagai seorang pemain profesional ia menunjukkan jiwa sportivitas. Kekalahan ini membuatnya harus berbenah.
"Semua orang bertujuan untuk mencapai final, sekarang sudah berakhir jadi saya harus belajar dari kesalahan saya dan mengambil sisi positifnya. Saya tidak memiliki turnamen selama sebulan lagi jadi saya punya waktu untuk bersiap dan kembali lebih kuat. "
Sementara itu Pornpaween mantap menatap final. Ia tahu kemenangan itu memberinya tambahan amunisi. Semangat dan kepercayaan diri kian tebal.
Kemenangan ini menjadi persembahan bagi Thailand. Ia sebenarnya berharap Intanon bisa ke final. Namun kegagalan Intanon berhasil ditebusnya. Selanjutnya, perjuangannya adalah untuk mewujudkan apa yang menjadi tekadnya: Thailand akan menjadi juara.
Sayangnya, di partai pamungkas, Pornpawee Chochuwong tak mampu mencapai klimaks. Final Super 1000 pertama baginya hanya berakhir dengan predikat runner-up. Nozomi Okuhara yang menjadi unggulan dua masih terlalu tangguh baginya.
Pornpawee menyerah 21-12 21-16. Memang cukup disesali, Pornpawee gagal memaksimalkan satu tangga terakhir menuju podium juara. Publik Thailand tentu berharap ia bisa memberi kekalahan kedua bagi Okuhara di pertemuan keenam mereka.
Bagaimana Indonesia?
Walau demikian, kemilau yang sudah ditunjukkan Pornpawee di ajang ini layak diperhitungkan. Ia sudah semakin dekat mengambil alih estafet prestasi dari seniornya Intanon. Bisa jadi, kepenuhannya akan terjadi di Olimpiade Tokyo nanti. Klimaksnya bakal tersaji di sana!
Indonesia harus semakin serius berbenah dan belajar, tidak terkecuali dari negara tetangga itu. Bila tidak, para penggemar badminton di tanah air hanya akan menaruh kagum pada lawan, sambil mengutuk diri sendiri. Sungut dan gerutu membuncah melihat para pemain Thailand silih berganti menempati jajaran elite dunia.
Mimpi Indonesia mendapat medali tunggal putri di Olimpiade wajar diperam dahulu. Kembali nangkring di daftar peringkat 10 besar BWF sudah lebih dari cukup untuk saat ini!
Jelas untuk bisa kembali mengirim wakil Merah Putih ke jajaran utama adalah pekerjaan rumah besar. Saat ini, Gregoria Mariska Tunjung, pemain berperingkat terbaik, masih terhempas di luar lingkaran 20 BWF.
Masih ada 12 anak tangga yang harus Gregoria tapaki untuk bisa sampai pada posisi Pornpawee saat ini. Titian itu bisa dan hanya bisa dijejaki satu demi satu dengan kerja keras pemain, tim pelatih, dan tentu, dukungan positif seluruh insan bulutangkis tanah air.
Bila bisa memberi target, kira-kira kapan kita bakal melihat utusan tunggal putri Indonesia nangkring di halaman pertama daftar peringkat dunia? Tiga bulan, enam bulan, setahun, atau untuk waktu yang tak bisa ditentukan?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI