Selama beberapa waktu, trio Minarti, Jeffer Rosobin dan Herly Jaenudin bahu membahu menangani sektor tunggal putri. Saat itu, sektor tunggal putri yang menjadi "underdog" dibanding sektor-sektor lain tengah mengalami euforia prestasi sejumlah bintang muda seperti Gregoria Mariska yang menjadi juara dunia junior di tahun 2017.
Minarti tidak hanya kehilangan posisi pelatih di jejang utama, tetapi juga pratama. Beberapa nama baru, walaupun tidak sepenuhnya asing, kini mengisi sejumlah pos di kelas pratama. Asep Suharno (tunggal putri pratama), George Rimarcdi (asisten tunggal putra pratama), Enroe Suryanto (ganda putri pratama), Prasetyo Restu Basuki (asisten ganda putri pratama), dan Muhammad Rijal (asisten ganda campuran pratama) adalah nama-nama dimaksud.
Sepak terjang Minarti dan Vita memang tidak bisa disepelehkan. Peran keduanya cukup diperhitungkan saat menangani kelas pratama. Menghadirkan prestasi di kelas junior dan membantu mencetak pemain muda potensial.
Tantangan sebagai pelatih utama tunggal putri sungguh berat. Sektor ini menjadi yang paling tertinggal dibanding sektor lain. Walau begitu, ia masih sempat tersenyum saat Fitriani menjadi juara Thailand Masters 2019.
Selebihnya, para pemain tunggal putri Indonesia harus terseok-seok di sejumlah gelanggang turnamen. Pandemi yang menerjang selama setahun terakhir membuat para pemain kehilangan kesempatan bertanding.
Saat berlaga di dua dari tiga turnamen Super 1000 di awal tahun ini di Thailand, para pemain tunggal putri Indonesia masih kesulitan bersaing dengan para pemain lain. Patut diakui, dari daftar peringkat BWF, tidak ada satu pemain tunggal putri yang berada di lingkaran 10 besar dunia.
Jorji, demikian Gregoria Mariska disapa, tercecer di urutan 21. Fitriani yang pernah bertengger di posisi sembilan kini melorot ke posisi ke-36. Ruselli Hartawan di tempat ke-42 sekaligus menjadi pemain Indonesia terakhir di jajaran 50 dunia.
Para pemain tunggal putri Indonesia masih harus bekerja keras dan lebih keras lagi agar bisa bersaing di papan atas. Para pemain Tiongkok, Taiwan, Jepang, Korea Selatan, Thailand, dan India begitu dominan. Bahkan ada pebulutangkis Kanada (berdarah Tiongkok) dan Rusia menempati posisi di depan para pebulutangkis tanah air.
Bagaimana posisi Vita dan alasan yang membuatnya harus terdepak dari pelatnas PBSI? Sulit memang melihat sepak terjang Vita secara objektif. Tidak banyak turnamen yang bisa mengorbitkan para pemain muda.