Ni Ketut dan Tania bertandem di sektor ganda putri. Sebelumnya, Ni Ketut berpasangan dengan Anggia Shitta Awanda. Bersama Tania, keduanya bukan tanpa prestasi. Mereka menjadi juara Russian Open 2019. Sementara itu bersama Anggia, keduanya berhasil membawa pulang gelar dari Chinese Taipei Masters 2015.
Ketut juga ikut berkontribusi di ajang SEA Games. Ia meraih satu perak dan dua perunggu. Ia menjadi bagian dari medali perunggu tim Indonesia di Asia Team Championships. Belum lagi di event Asian Games, Piala Sudirman, dan Asia Mixed Team Championships.
Tentu sejumlah prestasi itu dicapai sebelum pandemi menerjang. Pemain 26 tahun ini mengalami tantangan yang tidak ringan dalam setahun terakhir. Ia harus naik meja operasi karena bermasalah dengan lututnya.
Namun namanya masih ada dalam daftar pemain Indonesia di Leg Asia awal tahun ini. Bedanya, ia tidak bermain di sektor yang menjadi andalannya. Ia justru diturunkan di sektor ganda campuran, berpasangan dengan pemain non-pelatnas.
Situasi ini tentu membuatnya bertanya-tanya. Berbagai firasat pun menyeruak. Hanya saja segalanya baru menjadi jelas di awal pekan ini.
Ada yang menilai Ni Ketut masih punya potensi. Hanya saja, bersama Tania saat ini posisi ranking mereka berada di urutan 64. Sebagai pasangan, mereka masih berada di belakang, Yulfira Barkah/Jauza Fadhila Sugiarto (ranking 57), Siti Fadia/Ribka Sugiarto (ranking 34), Della Destiara Haris/Rizki Amalia Pradipta (ranking 22), dan jauh di belakang Greysia Polii/Apriyani Rahayu yang berada di posisi enam dunia.
Selain Ni Ketut, hilangnya nama Fitriani juga menjadi pembicaraan. Ada yang beranggapan potensi Fitriani tidak lebih buruk dari pemain lain yang kembali dipanggil. Tentu, soal ini perlu dilihat secara objektif.
Saat ini Fitriani berada di ranking 37 dunia. Namun ia begitu sulit mempertahankan semangat dan performa seperti saat menjuarai Thailand Masters 2019. Penampilannya bahkan sempat mencapai puncak saat menduduki posisi sembilan dunia.
Penurunan ini bisa jadi membuat PBSI akhirnya mengambil sikap untuk memulangkannya ke klub. Tujuannya, agar pemain tersebut bisa kembali mengisi semangat dan memantapkan tekad untuk mengoptimalkan potensi besar yang dimiliki.