Kedua, jumlah penghuni pelatnas tahun ini berkurang. PBSI memangkas dari jatah 105 tahun sebelumnya menjadi 87. Dengan demikian ada lebih dari 10 slot yang hilang. Tidak dijelaskan mengapa memangkas sejumlah kuota itu.
Rionny Mainaky mengatakan tidak banyak perubahan susunan atlet pelatnas. Ia tahu bahwa minimnya turnamen sepanjang tahun 2020 membuat pihaknya tak bisa mengambil penilaian secara komprehensif. Susah mengukur sejauh mana perkembangan setiap atlet di tengah kesempatan bermain yang minim.
Namuan, berkurangnya slot di atas cukup mempengaruhi kesempatan para pemain lain yang masih berharap berada di pelatnas. Begitu juga menutup pintu bagi para pemain potensial lain untuk mendapat tempat di Cipayung. Singkatnya, bila sulit dan tidak ingin banyak mengubah susunan, mengapa tidak mempertahankan daftar seperti tahun sebelumnya?
Ketiga, dari 87 pemain, sebagian besar masih didominasi muka-muka lama. Anthony Sinisuka Ginting (SGS), Jonatan Christie (Tangkas), Shesar Hiren Rhustavito (Djarum), dan Chico Aura Dwi Wardoyo (Exist) kembali dipanggil untuk memperkuat "line up" tunggal putra Utama.
Sementara itu, Bobby Setiabudi (Djarum), Syabda Perkasa Belawa (Djarum), Tegar Sulistio (Exist), Alvi Wijaya Chairullah (Mutiara), dan Yohanes Saut Marcellyno (Jaya Raya) masih mendapat kesempatan untuk ditempat di kelas pratama.
Sektor-sektor lain pun setali tiga uang. Tidak banyak perubahan. Nama-nama seperti Kevin Sanjaya Sukamuljo (Djarum), Marcus Fernaldi Gideon (Jaya Raya), Fajar Alfian (SGS), Muhammad Rian Ardianto (Jaya Raya), Leo Rolly Carnando (Djarum), dan Daniel Marthin (Djarum) tak diragukan lagi kembali mengisi daftar ganda putra utama.
Muhammad Rayhan Nur Fadillah (Djarum), Rahmat Hidayat (Djarum), dan Amri Syahnawi (Jaya Raya) masih belum bisa naik kelas. Trio ini masih mengisi kelas pratama ganda putra. Sementara sejumlah rekannya yang tahun lalu di kelas pratama kini bisa merasakan atmosfer sebagai pemain utama. Mereka adalah Pramudya Kusumawardana (Djarum) dan Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan (Exist).
Apa seba kelas pratama hanya diisi tega pemain saja? Apakah Rayhan, Rahmat Hidayat, dan Amri belum cukup berkembang untuk bisa naik kelas? Apa yang membuat Pramudya Kusumawardana dan Yeremic Erich patut mendapat kesempatan di kelas pratama?
Keempat, dari sejumlah nama yang harus meninggalkan pelatnas ada beberapa yang menyita perhatian publik. Tidak sedikit reaksi bermunculan, terutama di jagad maya pasca-pengumuman tersebut.
Beberapa nama yang disorot adalah Ni Ketut Mahadewi Istarani, Tania Oktaviani Kusumah, dan Fitriani. Dengan tanpa menyepelehkan pemain lain yang terdepak, tak ada nama ketiga pemain ini cukup memantik sejumlah pertanyaan.