Kemenangan berdurasi 43 menit itu sekaligus memperkecil ketertinggalan dalam skor "head to head" setelah kalah empat kali menjadi 3-4.
Gelar lainnya bagi Thailand disumbangkan pemain berpengalaman, Busanan Ongbamrungphan. Pemain 25 tahun itu sempat mendapat perlawanan ketat dari pemain muda Denmark, Line Christophersen.
Busanan, berperingkat 13 dunia, mampu menyingkirkan juniornya, Pornpawee Chochuwong di semi final, harus berjuang tiga game untuk menutup pertandingan terpanjang di partai final ini dengan skor 16-21 21-15 21-19. Â
Dengan tanpa mengecilkan prestasi para pemain lain, pencapaian Toma patut digarisbawahi untuk beberapa alasan berikut. Pertama, Toma kelahiran Bulgaria 22 tahun silam, berhasil membuktikan diri sebagai yang terbaik di tunggal putra dengan melewati sejumlah rintangan berat.
Salah satu tantangan pelik yang berhasil ia lewati adalah saat mengalahkan unggulan pertama asal India, Kidambi Srikanth. Kidambi adalah pemain berpengalaman. Tidak hanya usia, tetapi juga jam terbang. Dibanding para kontestan lain, ia pantas dijagokan. Sayangnya, status unggulan pertama sama sekali tak menjamin Kidambi bisa dengan mudah mencapai klimaks.
Langkah Kidambi kemudian dihentikan Popov di perempat final. Pemain yang pernah bertengger di peringkat satu dunia selama beberapa pekan pada akhir Desember 2020 tak mampu meladeni semangat dan determinasi Popov. Pertandingan pun hanya berlangsung 41 menit dengan skor akhir 21-19 21-17.
Sebelum Kidambi, Popov lebih dahulu menghentikan wakil India lainnya di pertandingan kedua. Kashyap Parupalli, pemain India paling senior saat ini tak berkutik. Kashyap yang kini berusia 34 tahun takluk straight set 21-7 dan 21-17.
Pesona Popov di kandang sendiri semakin terlihat. Setelah membungkam unggulan pertama, Toma membuat pemain 19 tahun asal Thailand, Kunlavut Vitidsarn harus menyerahkan tiket final kepadanya. Sebelum itu, kedua pemain itu memberikan tontonan menarik dalam duel rubber set berdurasi lebih dari satu jam dengan skor akhir, 21-17 9-21 21-11.
Mengacu statistik yang dibeberkan @BadmintonTalk, sejak menapaki level senior, Toma Junior Popov belum pernah kalah. Sembilan partai final dengan sembilan gelar juara. Hasil sempurna, tentu saja.
Patut diakui Toma Junior mengukir catatan impresif itu di turnamen dengan level dan tingkat persaingan yang belum melibatkan seluruh pemain terbaik di sektor tersebut. Namun, hasil tersebut menunjukkan, Toma Junior tidak hanya memiliki mental yang baik, tetapi juga potensi untuk menjadi lebih baik. Â