Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Dari All England Rasa Jepang, 5 Pelajaran demi Prestasi Indonesia di Olimpiade Tokyo

22 Maret 2021   23:38 Diperbarui: 24 Maret 2021   08:49 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nozomi Okuhara juara All England 2021: https://twitter.com/BadmintonTalk

Perhelatan All England 2021 baru saja usai. Turnamen Super 1000 yang digelar di tengah pandemi dan kemudian meninggalkan luka menganga bagi bulutangkis Indonesia.

Bersusah payah mempersiapkan diri, fisik prima, dan status kesehatan negatif, ternyata tidak cukup untuk tidak dipaksa mundur karena suatu alasan yang hingga hari ini masih menjadi tanda tanya.

Walau tak masuk hitungan poin kualifikasi Olimpiade, prestise All England yang telah dicederai, patut kita garis bawahi. Walau sakit, turnamen tertua di dunia yang membara itu, patut kita jadikan tanur pemurnian setiap rencana masa depan.

Kepulangan tim Indonesia atas cara dan sebab yang mengecewakan harus membuat kepala kita tetap tegak. All England kali ini bukan segalanya. Masih banyak alasan melangkah maju. Ada agenda besar yang menanti. Olimpiade Tokyo. Maka, kita perlu segera "move on". Beralih.

Foto dari AFP
Foto dari AFP

Alarm Jepang

Apa pelajaran yang bisa kita petik? Pertama, Jepang begitu superior di All England 2021. Tanpa Indonesia, China, Korea Selatan, dan sejumlah pemain unggulan dari Taiwan, Hong Kong, Spanyol, dan Thailand, mereka seperti tak mendapat lawan sepadan.

Dari lima partai final, Minggu (21/2/2021), Jepang mendominasi. Tujuh wakil mereka, berbanding tiga slot sisa yang dibagi Denmark, Thailand, dan Malaysia.

Final sesama pasangan Jepang terjadi di sektor ganda putri: https://twitter.com/BadmintonTalk
Final sesama pasangan Jepang terjadi di sektor ganda putri: https://twitter.com/BadmintonTalk

Sebelum partai final digelar, Negeri Matahari Terbit sudah mengklaim tiga gelar. "All Japan" final terjadi di sektor ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran. All England sontak berubah jadi All Japan.

Dominasi Jepang di sektor ganda hampir tak terhindarkan setelah negara-negara kuat di sektor itu tak ambil bagian. 

Indonesia memiliki dua pasangan ganda putra di urutan teratas. "Minions", Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo dan senior mereka, "The Daddies", Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.

Sementara itu, di sektor ganda campuran, Indonesia juga memiliki pasangan juara bertahan sekaligus unggulan pertama, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti.

Praveen/Melati merangsek jadi unggulan teratas setelah jagoan China, Zheng Siwei/Huang Yaqiong, serta pemilik "hattrick" Leg Asia, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai memutuskan absen.

Greysia Polii/Apriyani Rahayu, walau bukan unggulan teratas, tetap layak diperhitungkan di ganda putri. Berikut sejumlah pasangan kuat Korea Selatan, Kim So Yeong/Kong Hee Yong dan Lee So Hee/Shin Seung Chan. Ketiga pasangan itu saling berbagi gelar di tiga seri Super 100 pada awal tahun ini di Thailand.

Tanpa Minions dan Daddies sebagai unggulan pertama dan kedua, Jepang bisa memaksimalkan dua wakilnya di unggulan tiga dan empat untuk bertemu di partai pamungkas. Pasangan senior Takeshi Kamura/Keigo Sonoda menghadapi Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe. 

Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe back to back juara All England: https://twitter.com/BadmintonTalk
Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe back to back juara All England: https://twitter.com/BadmintonTalk

Endo/Watanabe adalah juara bertahan. Keduanya juga memiliki catatan tiga kemenangan dari lima pertemuan sebelumnya atas senior mereka. 

Sempat diimbangi di game kedua, Endo/Watanabe akhirnya berhasil merebut set penentuan. Kemenangan 21-15, 17-21, dan 21-11 dalam tempo lebih dari satu jam kembali mengantar mereka ke podium tertinggi. Back-to-back champions!

Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara memenangi ganda putri. Unggulan tiga ini berhasil mengandaskan asa "brace" All England, Yuki Fukushima/Sayaka Hirota.

Hanya dalam dua set, 21-18 dan 21-16. Berbeda dengan tiga pertemuan sebelumnya, selalu berakhir rubber game. Termasuk, pertemuan mereka di final Kejuaraan Dunia 2019 yang dimenangi Mayu/Wakana.

Pertandingan dua game ini jauh dari harapan. Pertarungan panjang yang diharapkan dari duel dua unggulan teratas ini tidak terjadi. Tontonan antiklimaks dalam 56 menit!

Walau demikian, Mayu/Wakana kini memperlebar keunggulan dari 12 pertemuan atas unggulan pertama. Kehilangan kesempatan di Denmark Open 2020 akhirnya dibayar dengan gelar All England. Ini jadi kemenangan ketujuh, sekaligus gelar pertama All England mereka.

All England rasa Jepang juga mewarnai ganda campuran. Yuki Kaneko/Misaki Matsutomo dan Yuta Watanabe/Arisa Higashino berduel menjadi yang terbaik.  Sebagai unggulan dua, Yuta/Arisa masih terlalu tangguh.

Kemenangan 14-23 dan 13-21 berdurasi 40 menit membawa pasangan nomor enam dunia ke tangga juara. 

Menariknya, Yuta berhasil mengawinkan gelar ganda putra dan ganda campuran. Pemain 23 tahun itu menjadi pemain pria pertama yang memenangi gelar ganda di edisi All England yang sama sejak Kim Dong Moon asal Korea melakukannya pada 2000 silam.

Yuta Watanabe meraih gelar di dua nomor: https://twitter.com/champ_together
Yuta Watanabe meraih gelar di dua nomor: https://twitter.com/champ_together

Kemenangan Nozomi Okuhara atas Pornpawee Chochuwong sekaligus memastikan Jepang membawa pulang empat gelar. Okuhara yang ditempatkan sebagai unggulan dua butuh 44 menit untuk menutup laga, 12-21 dan 16-21. Okuhara memperpanjang catatan kemenangan menjadi lima dari enam pertemuan.

Lebih dari itu, bagi Okuhara, gelar ini menjadi penebusan atas kegagalan edisi sebelumnya. Kala itu, ia tersingkir di tangan Chen Yufei di semi final. Chen asal China kemudian gagal mencapai klimaks. Ia takul dari Tai Tzu Ying, 21-19 dan 21-15.

Nozomi Okuhara juara All England 2021: https://twitter.com/BadmintonTalk
Nozomi Okuhara juara All England 2021: https://twitter.com/BadmintonTalk

Jepang nyaris menyapu bersih gelar juara. Andai saja unggulan teratas tunggal putra, Kento Momota tak tersandung di perempat final. Bila saja pemuncak ranking BWF bisa "menjinakkan" pemain muda Malaysia, Lee Zii Jia, maka Momota tidak hanya berpeluang mengulangi pencapaian 2019, tetapi juga menjadikan All England kali in benar-benar All Japan!

Dominasi Jepang di All England ini tentu menjadi pengingat bagi timnas Indonesia. Hasil ini membuat mereka semakin percaya diri untuk menghadapi Olimpiade yang digelar di kandang sendiri.

Indonesia tentu perlu mempersiapkan diri lebih giat. Gagal tampil di All England sebagai salah satu pemanasan penting jelang Olimpiade harus ditebus dengan latihan dan persiapan maksimal agar rasa kecewa itu terbayar tuntas.

Mewaspadai Lee Zii Jia

Kedua, kemenangan Lee Zii Jia di sektor tunggal putra memantik apresiasi luas. Pemuda 22 tahun berhasil menjungkalkan unggulan dua, sekaligus favorit juara, Viktor Axelsen. Pemain masa depan Malaysia mampu menyudahi perlawanan panjang lebih dari satu jam dengan skor akhir, 30-29, 20-22, 21-9.

Gelar juara itu memberi kepercayaan diri tambahan bagi pemain kelahiran Kedah itu. Sebagai pemain muda sekaligus orang Malaysia kedua yang jadi juara All England di era Superseries pasca Lee Chong Wei, hasil tersebut menyemangatinya.

Ia perlahan tetapi pasti menjawab berbagai ekpektasi dan kritik. Tahun lalu sebagai debutan ia menjadi semifinalis. Lantas, ia bayar kontan dengan gelar juara di edisi kedua keikutsertaannya.

Kemenangan pemain yang akan merangsek dari 10 besar dunia menjadi awasan bagi para pemain tunggal putra lainnya. Merontokkan dua unggulan teratas, setelah sebelumnya Kento Momota di perempat final, membuat para lawan, tersentak sekaligus tergerak untuk meladeninya.

Lee Zii Jia di panggung juara All Englang 2021: https://twitter.com/BadmintonTalk
Lee Zii Jia di panggung juara All Englang 2021: https://twitter.com/BadmintonTalk

Tentu untuk menghadapi Lee, tidak bisa tidak melengkapi diri dengan senjata terbaik. Performa impresifnya di panggung All England menunjukkan potensi luar biasa yang bakal merepotkan setiap lawan. Kini ia tak lagi dipandang sebelah mata. Ia sudah masuk jajaran elite.

Lee akan terus bersaing dengan Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie, dua dari beberapa pemain muda yang kini berada di papan atas. Dua pemain tunggal terbaik Indonesia itu tentu terpacu untuk menjadi lebih baik.

Setelah Hariyanto Arbi tahun 1994, Indonesia belum lagi berjaya. Tersingkirnya skuad Garuda dari All England secara menyakitkan, semoga bisa mengkirstal menjadi tekad baja untuk bisa berprestasi di perhelatan akbar lainnya.

Jojo dan Ginting pasti termotivasi melihat Lee Zii Jia. Ginting misalnya, selalu menang dalam tiga pertemuan mereka. Sebagai wujud nyata, mereka diharapkan bisa terus mengasah diri untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.

Bila tunggal putra Malaysia bisa berprestasi di All England, semoga giliran Merah Putih yang berkumandang di Tokyo.

Mitigasi

Ketiga, BWF sudah memaklumkan perpanjangan periode kualifikasi Olimpiade hingga 15 Juni 2021 nanti. Singapore Open akan menjadi pamungkas.

Saat ini sejumlah wakil Indonesia sudah berada di posisi aman. Beberapa dari antaranya masih harus berjuang untuk memastikan tempatnya di pesta akbar itu. Dengan demikian sejumlah pertandingan kualifikasi masih mungkin dijadikan sebagai persiapan sekaligus momentum meraih tiket ke The Musashino Forest Sports Plaza, Tokyo. 

Gagal tampil di All England juga menjadi kesempatan mengoreksi diri. Di tengah situasi pandemi yang entah kapan berujung, Indonesia tidak hanya fokus pada persiapan fisik dan kesehatan para atlet semata. Juga memastikan segala protokol kesehatan di negara tujuan sudah dikuasai dengan baik. Hal ini penting agar Indonesia bisa mengambil langkah-langkah antisipatif.

Bila Indonesia bisa datang lebih awal ke Birmingham tentu kita tidak akan sekecewa ini. Pertanyaan mengapa BWF tidak meminta peserta datang lebih awal sudah tidak pada waktunya. Demikian juga, tanya mengapa ada sejumlah orang dalam tim yang sama tidak mendapat pemberitahun dari NHS sudah tinggal kenangan.

Aturan pemerintah Inggris mengharuskan isolasi mandiri 10 hari setelah tanggal kedatangan manakala terjadi "kontak dekat" dengan salah satu penumpang yang terkonfirmasi positif Covid-19 tidak bisa dibantah. BWF selaku penyelenggara tentu tunduk pada otoritas setempat yang berdalih kesehatan dan keselamatan sebagai yang utama.

Untuk itu, penting kita memahami ketentuan yang berlaku di negara tujuan. Kita bisa menekan aneka syak wasangka, manakala penyelenggara bertindak sesuati protokol kesehatan, ke titik nol.

Hal yang sama diharapkan dilakukan pemerintah Indonesia dan PBSI untuk terus memonitor kebijakan yang berlaku di negara tujuan.

Pedoman dan aturan dari pemerintah setempat dalam mempersiapkan dan menyelenggarakan turnamen perlu dipahami lebih dini. Untuk itu, kita harus mempelajari bagaimana aturan dan regulasi protokol Covid-19 di setiap negara penyelenggara kualifikasi Olimpiade.

Keempat, saya kira, Jepang akan serius belajar dari All England 2021. Drama gagal tampil Indonesia, disusul Turki, sudah menjadi keprihatinan dunia. Sebagai tuan rumah Olimpiade, Jepang tentu belajar untuk menjadi lebih baik.

Salah satunya adalah mengadopsi kebijakan Federasi Badminton Asia (BAC) dan Thailand yang sukses menyelenggarakan tiga seri turnamen bergengsi awal tahun ini. 

Protokol ketat tetap menjadi nomor satu. Peraturan pemerintah setempat tetap dijunjung tinggi. Namun segala sesuatu tetap bisa disiasati dengan baik tanpa menimbulkan kegaduhan.

Salah satu kebijakan yang diterapkan panitia adalah mengharuskan peserta tiba paling lambat satu minggu sebelum turnamen. Hal ini membuat para peserta masih memiliki waktu untuk menjalani karantina atau isolasi mandiri. Belum lagi sistem "bubble" yang diterapkan dengan baik untuk menjaga kesehatan dan keselamatan para peserta.

Sewa pesawat

Kelima, bagian dari mitigasi, Indonesia mestinya sudah mulai memikirkan opsi untuk menggunakan pesawat sewaan bagi para pemain yang akan dikirim ke sejumlah turnamen. Memang memakai pesawat carter membuat PBSI harus merogoh kocek lebih dalam.

Menggunakan pesawat komersial sangat berisiko. Apalagi untuk penerbangan jarak jauh dengan waktu tempuh puluhan jam dan harus melakukan persinggahan. Kontak dengan para penumpang tak terhindarkan. Risiko tertular Covid-19 terbuka lebar.

Saat leg Asia, Indonesia memilih menyewa pesawat untuk transportasi Hendra Setiawan dan kawan-kawan. Jarak Indonesia ke Bangkok tentu lebih dekat, ketimbang Denmark, yang kemudian membuat Indonesia urung ambil bagian.

Bila memilih menyewa pesawat, maka harus menyiapkan dana lebih banyak. Jangan ada lagi kata efisiensi bila harus demikian. Berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk carter pesawat untuk penerbangan berdurasi lebih dari 20 jam misalnya? Bagi para pemain profesional non pelatnas seperti The Daddies, berapa ongkos yang harus mereka tanggung?

Hal-hal teknis seperti ini jelas harus masuk perhitungan. PBSI perlu mempelajari profil setiap negara dan urgensi tiap turnamen. Atau diberangkatkan dengan pesawat komersial tapi lebih awal dari jadwal pertandingan, atau tidak perlu ikut serta bila terlalu berisiko dan butuh banyak dana untuk menggunakan pesawaat sewaan.

Akhirnya, Olimpiade masih beberapa bulan lagi. Ada sejumlah turnamen kualifikasi yang mungkin diikuti. Kita sudah harus mempersiapkan rencana alternatif dalam penanganan darurat sehingga kekecewaan di All England 2021 tidak berulang. Sebagai balasannya, kita bisa berjaya di Olimpiade Tokyo!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun