Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Lee Zii Jia Bungkam Kento Momota, Malaysia Harus Bersyukur Punya Hendrawan

20 Maret 2021   06:36 Diperbarui: 21 Maret 2021   12:23 18972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Head to head Kento Momota vs Lee Zii Jia sebelum pertemuan di All England 2021: www.tournamentsoftware.com

 

Tanpa para pemain terbaik Indonesia, Jepang menjadi salah satu kandidat untuk mendulang banyak gelar di All England 2021. Hampir di semua sektor, tim Matahari Terbit memiliki pemain jempolan. Bila edisi sebelumnya mereka mampu membawa pulang dua gelar, kali ini kans untuk mendapat lebih banyak trofi sepertinya terbuka lebar.

Di ganda putra, ada pasangan senior yang ditempatkan sebagai unggulan ketiga, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda, berikut juara bertahan, Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe sebagai unggulan keempat.

Barisan ganda putri Jepang menguasai daftar unggulan. Pemenang tahun lalu, Yuki Fukushima/Sayaka Hirota kembali difavoritkan di tempat teratas. 

Di belakangnya, ada Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara dengan kualitas sepadan. Pasangan muda, Nami Matsuyama/Chiharu Shida sepertinya tidak ingin berada di balik bayang-bayang para senior mereka. Unggulan lima ini pun memiliki potensi membuat kejutan.

Bagaimana ganda campuran? Ada Yuta Watanabe/Arisa Higashino. Terdepaknya Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti secara menyakitkan membuat pasangan ini menjadi unggulan teratas. 

Tanpa kehadiran pemegang tiga gelar Super 100 di awal tahun, Dechapol Puavaranukhor/Sapsiree Taerattanachai, berikut dua jagoan China, membuka jalan lebar bagi Yuta/Arisa menuju podium tertinggi. Bila Yuta/Arisa tersandung, Jepang masih memiliki Yuki Kaneko/Misaki Matsutomo.

Kekuatan Jepang di sektor tunggal pun dahsyat. Nozomi Okuhara menjadi kandidat kuat setelah Carolina Marin yang bermain sangat baik di tiga turnamen awal tahun ini tak bisa ambil bagian. Tanpa Chen Yufei asal China yang mengandaskan langkahnya di semi final tahun lalu membuat Okuhara bisa menebusnya kali ini secara tuntas.

Tidak hanya Okuhara. Akane Yamaguchi pun layak diperhitungkan. Bersama Okuhara, perempatfinalis tahun lalu sepertinya hanya perlu melewati hadangan Ratchanok Intanon dan Pusarla V Shindu untuk merengkuh gelar juara.

Di balik Kanta Tsuneyama sebagai pelapis, kembalinya Kento Momota membuat kekuatan Jepang semakin merata. Absen cukup lama tak menggusurnya dari kandidat terkuat. Ia masih tetap menjadi yang terbaik di tunggal putra.

Tanpa Jonatan Christie dan Anthony Ginting, fokus Momota bisa lebih tertuju pada duo Denmark yang merajai seri Asia tahun ini, Viktor Axelsen dan Anders Antonsen.

Kento Momota: bwfworldtour.bwfbadminton.com
Kento Momota: bwfworldtour.bwfbadminton.com

Momota kandas 

Prediksi tidak sama dengan hasil. Yang dikira tak menjamin bakal sepenuhnya terjadi. Yang terjadi di lapangan pertandingan bisa saja berbeda dari apa yang tertulis di atas kertas. Itulah yang kemudian terjadi pada Kento Momota.

Setelah lama absen dari bulutangkis, "comeback" Momota ternyata tak berjalan mulus. Langkah juara All England 2019 itu harus terhenti di perempat final. Lee Zii Jia yang tak pernah menang dalam enam pertemuan sebelumnya akhirnya bisa memutusnya di panggung akbar ini.

Pemain muda Malaysia ini mampu meruntuhkan kedigadayaan Momota. Kemenangan straight set, 21-16 dan 21-19 menjadi pencapaian istimewa pemuda 22 tahun itu. Pertandingan berdurasi 55 menit mempertontonkan banyak hal.

Momota memang berusaha menunjukkan kualitasnya. Namun Lee rupanya tahu bagaimana harus meredamnya. Lee sama sekali tidak memberikan kesempatan kepada pemilik dua gelar juara dunia itu untuk mengembangkan permainan, hal mana membuat Momota akan dengan mudah mengendalikan laga.

Untuk itu, Lee tetap tekun menjaga momentum. Kesabaran dan konsistensi pemain masa depan Malaysia ini patut diacungi jempol. Keuletannya mengganggu konsentrasi Momota dengan penempatan bola yang presisi, serta ketetapannya untuk bertahan bermain reli, rupanya berdampak signifikan.

Momota tentu bukan pemain kemarin sore. Jam terbangnya jauh lebih tinggi dari Lee. Tentu ia menyadari apa yang terjadi dan berusaha mencari cara kembali ke jalur semestinya.

Sejumlah momen menunjukkan Momota bangkit. Kekalahan di game pertama membuat Momota begitu gigih mendapatkan kembali ritme permainannya. Momota berusaha bermain lebih tenang dan berjuang mengambil poin dari permainan reli panjang.

Namun Lee tahu bahwa bila sampai Momota bisa terus mendapat poin, maka petaka akan menghampirinya. Lee pun tetap tak mengendorkan serangan. Ia harus tetap fokus. Jangan sampai konsentrasi terganggu. Bila itu terjadi maka momentum positif di pihaknya bakal berpindah posisi.

Head to head Kento Momota vs Lee Zii Jia sebelum pertemuan di All England 2021: www.tournamentsoftware.com
Head to head Kento Momota vs Lee Zii Jia sebelum pertemuan di All England 2021: www.tournamentsoftware.com

"Anda harus fokus pada setiap bidikan dan setiap momen. Anda bisa dengan cepat kehilangan fokus, ketika itu terjadi, itu bisa membuat jarak yang besar antara saya dan dia jadi saya pikir saya mencoba untuk fokus pada setiap poin," ungkap Lee kepada BWF usai laga.

Sempat tertinggal 16-19, Momota akhirnya mampu menyamakan kedudukan 19-19. Dua poin krusial tak disia-siakan Lee. Ia memanfaatkan sedikit keberuntungan untuk membawanya ke semi final turnamen Super 1000 itu.

"Ini momen yang sangat besar dalam karier saya. Ini adalah kemenangan pertamaku melawan Momota. Kami telah bertemu enam kali dan saya tidak pernah menang dan saya sangat senang karenanya," simpul Lee.

Sementara itu Momota mengakui performanya tidak sebagus yang diharapkan. Ia kerap terburu-buru untuk segera mengumpulkan poin. Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan dengan baik oleh Lee. Lebih dari itu, "Saya tidak memiliki kesempatan untuk memikirkan permainan saya dan saya kesulitan. Saya bisa merasakan ketegangan sepanjang turnamen ini."

Lee Zii Jia: bwfworldtour.bwfbadminton.com
Lee Zii Jia: bwfworldtour.bwfbadminton.com

Peran Hendrawan

Kemenangan Lee ini memang pantas dirayakan. Sebagai pemain muda, menjungkalkan jagoan utama adalah kebanggaan. Namun pesona Lee sebenarnya bukan baru terlihat pascakemenangan penting ini.

Ia sudah mencuri perhatian sejak edisi sebelumnya. Tahun lalu, ia mampu melangkah hingga semi final sebelum dihentikan Viktor Axelsen. Kala itu, Axelsen tidak mudah mendapatkan tiket final.

Sempat tertinggal di game pertama, Axelsen baru bisa mengambil dua game berikutnya untuk menutup pertandingan rubber game, 17-21, 21-13, dan 21-19. Axelsen kemudian menang mudah 21-13 dan 21-14 atas Chou Tien Chen di partai final. Sebuah tontonan antiklimaks!

Apa yang membuat Lee seperti saat ini? Setelah Lee Chong Wei gantung raket, Lee Zii Jia harus memikul tanggung jawab berat: meneruskan estafet kejayaan tunggal putra Negeri Jiran. Namun prestasi Chong Wei terlalu besar untuk disaingi.

Bayang-bayang kebesaran Chong Wei selalu membayanginya. Ia masih terlalu muda untuk diberikan beban seberat itu. Namun ekspektasi dan harapan publik setempat seperti tak mau tahu.

Di tiga turnamen pertama di awal tahun ini, Lee dianggap tidak maksimal. Ia tersingkir di perempat final Yonex Thailand Open. Sepekan kemudian, nasibnya justru lebih buruk. Sameer Verma memulangkahnya di babak pertama Toyota Thailand Open.

Harapan untuk menebus dua kegagalan sebelumnya di BWF World Tour Finals 2020 di pekan ketiga seperti bertepuk sebelah tangan. Alih-alih berbicara banyak, Lee tak putus dirundung kekalahan di babak penyisihan. Tiga hasil minor beruntun tak bisa menghindarkannya dari sorotan.

Tidak hanya Lee yang menjadi sasaran. Hendrawan, sang pelatih pun ketiban kritik. Bahkan, kepada Hendrawan yang berstatus pelatih kepala tunggal putra Malaysia dianggap paling bertanggung jawab. Desakan kepada Asosiasi Badminton Malaysia (BAM) untuk mendepak Hendrawan mengemuka.

Hendrawan, mantan pemain timnas Indonesia, memang memiliki tugas berat. Setelah Datuk Misbun Sidek bergeser melatih atlet junior, Hendrawan harus mengambil alih target untuk meregenerasi sektor tunggal putra Malaysia. Saat itu Chong Wei yang sempat didampinginya sudah mulai menunjukkan tanda-tanda buruk.

Di pelatnas Malaysia, salah satu harapan penerus Chong Wei adalah Lee Zii Jia. Kepada Hendrawan Lee dititipkan untuk diasah. Target yang diberikan BAM pada Hendrawan tidak main-main. Ia harus mengantarkan Lee ke lima besar sebelum Olimpiade Tokyo.

Profil terkini Lee Zii Jia: bwfworldtour.bwfbadminton.com
Profil terkini Lee Zii Jia: bwfworldtour.bwfbadminton.com

Sebelum mengemban tugas berat itu, Hendrawan sudah cukup mengenal bulutangkis setempat. Sempat memperkuat tim pelatih Pelatnas PBSI, peraih medali perak Olumpiade Sydney itu kemudian hijrah ke negara tetangga pada 2010.

Seiring berjalannya waktu, juara dunia 2001 itu semakin mendapat kepercayaan. Hal ini tentu tidak lepas dari sentuhan tangan dinginnya untuk menempa dan terus mendampingi Lee Chong Wei, pemilik empat gelar All England dan tiga medali perak Olimpiade itu.

Bisa jadi karena rekam jejak positif itu, BAM lantas tidak cepat-cepat memenuhi desakan publik untuk membebastugaskan Hendrawan di awal tahun ini. BAM tahu apa yang bisa dilakukan Hendrawan terhadap Lee Zii Jia.

Mencopot Hendrawan bukan keputusan tepat, malah bisa menjadi kerugian. Ternyata, kesabaran BAM dan ketegaran Hendrawan seakan gayung bersambut. Hendrawan bersama Lee semakin dekat membungkam segala kritik dan keraguan dengan prestasi.

Dua kali ke semifinal secara beruntun jelas sebuah pencapaian. Hasil yang tak bisa dipandang remeh. Sepak terjang Lee yang tidak bisa tidak membangkitkan optimisme. Lee akan menghadapi Mark Caljouw, debutan semi final Super 1000 yang mengalahkan pemain 19 tahun asal India, Lakshya Sen.

Menghadapi Mark, Lee tentu lebih diunggulkan. Pengalaman kompetisi level atas Lee masih diunggulkan atas pemain 26 tahun asal Belanda. Kemenangan atas Momota menjadi bukti. Lee kini menjadi penantang terkuat, termasuk siap bila harus kembali beradu dengan Axelsen di partai puncak.  Lee semakin dekat dengan gelar juara All England. Posisi di tabel ranking BWF pun bakal terdongkrak dari posisi 10 saat ini. 

Bersama Hendrawan, berbagai misi Lee Zii Jia itu seperti menjadi lebih mudah terpenuhi. Bulutangkis Malaysia harus bersyukur memiliki mantan andalan Indonesia itu.

Selamat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun