Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Tersingkir dari Liga Europa, Ibra Masih Jadi "Anggur" Istimewa Milan?

19 Maret 2021   11:35 Diperbarui: 19 Maret 2021   16:57 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zlatan Ibrahimovic: AP Photo 

Kita perlu memahami konteks di balik torehan 14 gol di Serie A musim ini. Jumlah gol yang tak terbilang sedikit di tengah perjuangan dan kerja keras menjaga kebugaran. Jumlah gol yang membuatnya kini masuk dalam grup pesepakbola 500 gol. 

Cedera ligamen di musim keduanya di Manchester pada April 2017 nyaris mengakhiri kariernya. Bila itu terjadi akan menjadi pukulan tersendiri. Sulit menerima seorang pemain harus gantung sepatu saat sedang berada di puncak karier di usia pertengahan 30-an.

Ibra kemudian hijrah ke Amerika. Bergabung dengan LA Galaxy sempat membangkitkan sejumlah tanda tanya. Salah satunya, apakah AS akan menjadi tempat penghabisannya. Namun, torehan 53 gol di kompetisi tersebut membuat tanda tanya itu mendapat jawaban berbeda.

Situasi itu membuka jalan pulang Ibra ke pentas Eropa. Ia bergabung dengan Milan. Mencetak 42 gol dalam 61 pertandingan. Ia menjadi bagian dari tim yang meraih gelar ke-18 Serie A pada 2011 dan finis kedua di tahun berikutnya.

Ternyata, delapan tahun kemudian, Ibra kembali bergabung dengan tim merah hitam. Situasi sudah jauh berbeda. Saat ia tiba di awal tahun, kondisi tim tengah terpuruk. Terperosok di posisi 11 di Serie A. Apa yang Ibra lakukan? Apakah kepulangannya ke San Siro hanya sebatas nostalgia?

Ibra menjawab dengan 10 gol dalam 16 pertandingan. Posisi Milan tergerek naik. Finis di posisi keenam dan berkesempatan tampil di pentas Eropa, meski hanya di turnamen level kedua.

"Jika saya ada di sini sejak hari pertama, kami akan memenangkan kejuaraan," Ibra bicara penuh percaya diri.

Ya, Ibra adalah sosok yang begitu yakin dengan setiap kata-kata yang dikeluarkannya.  Ia membuktikan bahwa ucapan yang keluar dari mulutnya bukan isapan jempol belaka. Sumbangsih 14 gol, sekaligus menempatkannya dalam daftar lima besar pencetak gol terbanyak Serie A, adalah bukti. Ia tetap bersaing dengan Cristiano Ronaldo, Romelu Luaku, Luis Muriel, dan Ciro Immobile yang berusia lebih muda.

Melihat Ibra hari ini, kita seakan tak percaya. Ketenangannya tak juga berubah, begitu juga dengan kepercayaan dirinya. Ketajamannya? Meski tak sedahsyat sebelumnya, ia tetaplah tampil sebagai andalan. Bila tidak bisa mencetak gol, maka ia akan menjadi pelayan, atau sekadar membantu tim untuk memenangkan pertandingan. Demikian prinsip yang ia pegang dan praktikkan.

Ternyata, Ibra tidak hanya pelengkap mesin Milan yang bergerak dinamis dan nyaris tak pernah mandek. Ibra sudah menjadi bagian penting yang tanpanya akan sangat mempengaruhi kinerja tim.

Dengan rasio 1,17 gol per pertandingan dan mencetak gol setiap 69 menit, Ibra hanya kalah dari Robert Lewandowski (Bayern Muenchen) dan Luis Muriel dari Atalanta. Nama yang disebutkan terakhir memang cukup mengejutkan. Muriel rutin mencetak gol, meski hanya tujuh gol dari 20 pertandingan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun