Ketiga, sejak mendarat di Bandara Internasional Baghdad, Paus Fransiskus mendapat sambutan dan pelayanan yang tak kalah istimewa dari pemerintah Irak. Negara republik itu memberikan perhatian yang tak kurang istimewa seperti yang diberikan kepada orang-orang penting lainnya.
Perdana Menteri Irak Mustafa Al Kadhemi menyambut kedatangan Paus Fransiskus di bandara. Sebanyak 10 ribu personel Pasukan Keamanan Irak dikerahkan untuk melindungi Paus selama berada di negara itu.
Paus Fransiskus pun bertemu dengan sejumlah ulama, termasuk menyambangi kediaman Ayatollah Sayyid Ali Al-Husayni Al-Sistani di kota suci Najaf. Tokoh spiritual berusia 90 tahun itu terlihat menyambut Paus Fransiskus dengan hangat. Mereka menghabiskan waktu 50 menit tanpa masker wajah.
Kardinal Miguel Angel Ayuso Guixot yang mendampingi Paus Fransiskus untuk semua acara perjalanan apostolik di Irak mengkonfirmasi kesan tersebut. Presiden Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama berbinar-binar saat bersaksi dalam wawancara singkat dengan Vatican News.
Kardinal Miguel mengatakan dirinya bisa menangkap dengan jelas keramahan yang luar biasa dari sang ulama besar Syiah itu. Membuka pintu rumahnya untuk Paus lantas terlibat percakapan menunjukkan menunjukkan banyak hal.
Tidak hanya berbagi perspektif yang hanya dipahami keduanya dan orang-orang terdekat, pertemuan itu memberikan pesan luas tentang pentingnya persabahatan, saling menghormati dan membangun dialog lintasagama, etnis, dan budaya.
Sambutan hangat pemerintah, pertemuan lintas agama dan kunjungan bersejarah pada ulama besar tentu memberikan banyak pesan. Kehadiran Paus Fransiskus pun ingin menunjukkan bahwa perdamaian bukan sesuatu yang mustahil.
Membangun hidup bersama dalam persaudaraan dan perdamaian bukanlah kerja sia-sia. Bukan hanya antara "menara kubah dan lonceng gereja," seperti tulisan di salah satu spanduk di Najaf, tetapi untuk semua makhluk dan golongan di muka bumi.Â
Harapan dari Eufrat danTigris
Keempat, ikhtiar perdamaian yang ditampilkan dari perjalanan internasional Paus itu kembali ditegaskan saat mengunjungi dan terlibat dialog antaragama di situs kota kuno Ur. Di situ diyakini sebagai tempat kelahiran Nabi Ibrahim yang dihormati dalam Yudaisme, Kristen, dan Islam.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!