Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makna di Balik Perjalanan Berisiko Paus Fransiskus ke Irak

7 Maret 2021   18:48 Diperbarui: 7 Maret 2021   20:21 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ur, tempat kelahiran Nabi Ibrahim yang dihormati agama Samawi: www.bbc.com

Kekuatan Cinta

Paus tentu tidak datang untuk menuai sambutan dan penghormatan. Harga perjalanan penuh risiko ini terlalu murah untuk dibayar oleh histeria semata. Justru ia datang untuk menjalankan sejumlah misi mulia tidak hanya untuk umat Kristen setempat, tetapi lebih dari itu untuk harmoni lintas batas agama, kepercayaan, dan kepentingan politik.

Pertama, mayoritas penduduk Irak beragama Islam. Namun demikian salah satu komunitas Kristen tertua di dunia ada di tempat yang dulu dikenal dengan Mesopotamia. Jumlahnya tentu tak banyak, malah terus menyusut.

Menukil BBC.com (7/3/2021), dalam dua dekade terakhir anggota komunitas Kristen berkurang drastis dari 1,4 juta menjadi sekitar 250 ribu orang. Dibanding pemeluk agama lain, persentasenya tak lebih dari 1 persen.

Tentu ada banyak faktor dan alasan di balik pengurangan jumlah pemeluk itu. Tidak sedikit yang melarikan diri ke luar negeri untuk menghindari kekerasan yang sudah akrab dengan negara itu sejak invasi AS untuk menggulingkan Saddam Hussein.

Belum lagi, penderitaan yang dialami saat ISIS mulai menyerbu Irak Utara pada 2014. Tidak hanya nyawa yang menjadi korban. Gedung-gedung gereja bersejarah pun ikut terkena imbas. Harta benda raib dijarah. Di hadapan puing-puing kehancuran, mereka diberikan pilihan dilematis nan pelik: membayar pajak, berpindah agama, melarikan diri, atau memilih menjadi martir.

Menurut departemen luar negeri AS, sebagian besar populasi komunitas Kristen saat ini, sekitar 200 ribu orang, menempati Dataran Niniwe dan Wilayah Kurdistan di utara negara itu.

Dari jumlah tersebut, sebagian besar, sekitar 67 persen, adalah pemeluk Katolik Khaldea. Kelompok ini menjalankan liturgi dan tradisi sendiri, namun tetap mengakui otoritas paus di Roma. Sebanyak 20 persen lainnya merupakan anggota Gereja Timur Asiria yang diyakini sebagai yang tertua di Irak.

Sisanya adalah Ortodoks Suriah, Katolik Suriah, Katolik Armenia, Apostolik Armenia, Anglikan, Injili, dan denominasi Protestan lainnya.

Dalam situasi seperti ini kehadiran Paus sangat penting. Kedatangannya untuk memberikan kekuatan. Spiritualitas kehadiran justru terasa maknanya dalam situasi-situasi krisis seperti ini. Itulah yang dibuat Sri Paus melalui kehadiran, kunjungan, pertemuan, dan seruan-seruan langsung dari dan di tempat itu.

Saat merayakan liturgi bersama umat Katolik Khaldea di Katedral Santo Yosep di Baghdad pada Sabtu (6/3/2021), Paus memberikan sejumlah pesan. Dalam homili, melansir vaticannews.va, Paus Fransiskus merevitalisasi semangat menjadi pengikut Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun