Kita tentu akan melihat pertarungan di antara mereka yang kian ketat. Bass dan Popor sudah semakin matang sebagai pasangan dan kian percaya diri. Keduanya siap untuk meruntuhkan dominasi pasangan Negeri Tirai Bambu itu.
Walau ambisi untuk itu mulai meletup-letup, hubungan Huang dan Popor tentu tak akan pernah berubah. Seperti kata Huang, "Kami adalah lawan di lapangan dan kami berteman di luar lapangan. Hasil pertandingan tidak akan memengaruhi kehidupan normal kami. Kami juga menghargai kesempatan untuk bermain melawan satu sama lain."
Mereka akan tetap menjadi sahabat di luar lapangan. Bisa jadi, semakin sering mereka bertanding, momen untuk semakin dekat lebih terlihat.Â
Beberapa postingan memperlihatkan betapa hangatnya mereka selepas pertandingan. Mereka seakan sedang berkampanye mempertahankan pertemanan sama ketatnya dengan memperjuangkan kemenangan.
Ada satu pertanyaan menggelitik. Bagaimana mereka berkomunikasi baik saat bertemu maupun dalam percakapan via aplikasi pesan?
Saya tak yakin Popor menguasai bahasa Mandarin, begitu pula Huang memahami dengan baik bahasa Thai. Patut diakui, tak banyak pemain yang fasih berbahasa Inggris, bahasa pergaulan internasional.
Keterbatasan bahasa tentu kerap menjadi rintangan dalam berkomunikasi. Namun mereka selalu punya cara untuk mengatasinya. Keberanian mereka untuk mencoba patah kata bahasa asing adalah salah satunya.Â
Komunikasi dengan memadukan berbagai bahasa secara acakadut bahkan tak segan menggunakan gerak tangan. Apalagi kecanggihan teknologi komunikasi bisa diandalkan menerjemahkan rasa, perasaan dan intensi dalam berbagai bentuk simbol, serta mampu mengalihbahasakan kata-kata dan kalimat dengan cepat.
"Kami menggunakan beberapa bahasa untuk berkomunikasi. Campuran bahasa Mandarin, Inggris, dan gerakan tangan," simpul Popor.