Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Menjadi Suami Tanggap Anemia, Istri Sehat dan Tumbuh Kembang Anak Optimal

24 Februari 2021   18:07 Diperbarui: 24 Februari 2021   18:25 1110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain aspek kognitif yang terhambat, perkembangan motorik dan mental anak pun akan terdampak. Anak yang memiliki anemia akan cenderung sulit berkonsentrasi.

Dampak jangka panjang, seperti kata dr.Diana adalah "daya tahan tubuh berkurang, infeksi berulang, dan kebugaran berkurang sehingga akan mempengaruhi prestasi dan kinerja."

Bisa dibayangkan dampaknya pada pendidikan anak di sekolah. Aspek kecerdasan terganggu membuat kemampuan berhitung, membaca, menulis dan bahasa tak akan berkembang optimal. Selain itu, perhatian dan pergaulan sosial menjadi terhambat. Tidak sampai di situ. Anak akan kurang aktif bergerak, atensi berkurang, kurang responsif, tidak ceria, dan mudah lelah.

Ketiga, di samping itu anemia yang tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan gangguan jantung. Oksiden tidak terdistribusi dengan baik ke seluruh tubuh maka akan memaksa jantung bekerja lebih keras. Akibatnya, terjadi gangguan irama jantung (aritmia), hingga gagal jantung. Pada kasus tertentu, anemia juga bisa menyebabkan kematian.

Sumber dari Danone Indonesia
Sumber dari Danone Indonesia

Pengalaman ketiga

Saat anak kami lahir, cerita tidak lantas berakhir. Tanggung jawab baru pun muncul. Mendampingi dan memberikan segalanya bagi tumbuh kembang si kecil adalah panggilan yang tidak bisa ditawar. Untuk memastikan tumbuh kembangnya, 1000 HPK bisa menjadi acuan.

Terkait anemia, penting untuk mendapat perhatian. Namun ada baiknya kita memetakan sebab terjadinya anemia sehingga bisa diantisipasi dan ditangani dengan tepat.

Anemia bisa disebabkan banyak faktor. Pertama, asupan makanan. Berdasarkan Riskesdas, konsumsi asupan pangan di Indonesia masih didominasi nabati dengan protein yang lebih rendah.

Hal ini membuat kita mudah mengalami defisit energi, protein dan makronutrien. Defisit zat besi (terutama besi heme) dan vitamin C di satu pihak diperparah dengan konsumsi fitat dan tanin (kopi, teh) berlebihan.

Pada anak dengan tipe pemilih makanan (picky eater) perlu menjadi perhatian. Pasalnya, asupanan makanan menjadi tidak bervariasi. Dampaknya, asupan gizi menjadi rendah, termasuk potensi kehilangan zat besi heme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun