Saat itu Praveen Jordan untuk kedua kalinya menjadi yang terbaik di turnamen tertua di dunia. Pertama ia torehkan bersama Debby Susanto pada 2016 dengan mengalahkan jagoan sekaligus pasangan senior Denmark, Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen.Â
Debby berada dalam generasi yang hampir sama dengan Liliyana kemudian memutuskan pensiun tak lama setelah pengunduran diri Butet setelah menghabiskan waktu berkarier yang sama dengan Butet, 17 tahun.
Ucok, panggilan kesayangan Praveen, meraih gelar kedua tahun lalu bersama Melati Daeva Oktavianti. Di partai pamungkas, mereka menumbangkan harapan Thailand, Popor bersama Dechapol "Bass" Puavaranukroh.Â
Bisa jadi terlalu dini kita menarik kesimpulan untuk membandingkan badminton Indonesia sebelum dan setelah era Butet. Salah satu kekurangan yang paling mendasar adalah kesimpulan ini tidak bisa ditarik di atas landasan waktu yang berbeda.
Sekalipun masih ada sejumlah irisan dalam pengalaman bertanding yang sama, saat Butet berkiprah dan mencapai puncak keemasan, belum banyak-untuk mengatakan sangat sedikit-pemain pelapis yang bisa berkiprah dengan level permainan yang sama. Butet bisa dibilang menjadi yang terbaik dari Indonesia pada masanya.
Sementara itu, para penerusnya belum juga diberikan waktu yang cukup untuk menunjukkan diri. Butet terasa baru saja pamit dari pelatnas dengan separuh kompetisi tahun lalu terhenti karena pandemi. Praktis para pemain tidak memiliki cukup kesempatan unjuk gigi.
Dengan coba menahan diri tidak lekas membuat perbandingan, apalagi penilaian, mari kita lihat apa yang dilakukan Popor belakangan ini. Popor bisa dibilang salah satu pemain senior Thailand walau usianya belum kepala tiga.
Senioritasnya lebih pada pengalaman yang ditenunnya di medan laga dibandingkan para pemain senegara lainnya dari nomor yang sama. Seperti Butet, selain bermain di sektor ganda campuran, Popor juga masih aktif di ganda putri.Â
Bisa dibilang ia spesialis ganda. Namun jangan cepat termakan predikat itu. Bila kita merunut lembaran sejarahnya, ia pernah bermain di nomor tunggal. Ia lebih dulu mengibarkan panji prestasinya di nomor itu dalam sejumlah kejuaraan. Hasilnya, ia bisa masuk jajaran 14 besar BWF pada 2013 silam.