Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Duel Klasik Tai Tzu Ying Vs Carolina Marin di Final World Tour Finals, Siapa Menang?

30 Januari 2021   22:51 Diperbarui: 30 Januari 2021   23:04 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Viktor Axelsen dan Anders Antonsen (merah): kolase foto dari https://twitter.com/BadmintonTalk

Tai Tzu Ying dan Carolina Marin ternyata masih terlalu tangguh bagi para pebulutangkis lainnya. Belum ada pemain yang mampu menghalangi mereka. Dalam dua seri Thailand Open, keduanya bertemu di laga pamungkas tunggal putri.

Kini, keduanya kembali bertemu di final BWF World Tour Finals, Minggu (31/1/2021). Tai ke final setelah menyisihkan pemain muda Korea, An Se Young, 21-18 dan 21-12. Young yang baru berusia 18 tahun agak kesulitan meladeni pemain rangking satu dunia. Tai berhasil memanfaatkan jam terbang untuk memancing pemain muda itu melakukan kesalahan sendiri, hal mana yang cukup sulit terjadi selama ini.

"Penampilan saya hari ini tidak terlalu buruk, saya berkata pada diri saya sendiri sebelum memasuki pertandingan bahwa saya harus bermain dengan sabar karena An Se Young adalah pemain yang tidak mudah melakukan kesalahan," ungkap Tai usai laga kepada situs resmi BWF.

Meski kalah usai bertarung 37 menit, Young sukses mencuri perhatian sekaligus memberikan alarm bagi para pemain senior bahwa ia akan menjadi lebih baik di laga-laga selanjutnya.

Sementara Marin melewati hadangan pemain muda yang juga tampil baik terutama sejak babak penyisihan grup. Dia adalah Pornpawee Chochungwong. Marin kembali mendapat performa terbaik setelah kalah dari An Se Young di pertandingan terakhir fase grup. Ia juga mendapat untung dari cedera pergelangan kaki harapan tuan rumah itu. Tak heran Marin nyaris tanpa kesulitan meraih tiket final. Kemenangan atas pemain 23 tahun itu diraih dua game langsung, 21-13 21-13 berdurasi 40 menit.

Tersingkirnya dua "rising star" membuka panggung pertarungan bagi dua pemain senior. Duel Tai versus Marin nyaris menjadi klasik. Mereka sudah 17 kali bertemu. Dua pertemuan terakhir terjadi di final Thailand Open I dan II.

Carolina Marin juara Toyota Thailand Open: badmintonphoto
Carolina Marin juara Toyota Thailand Open: badmintonphoto

Marin, yang mengalami masa sulit sepanjang tahun lalu, kembali ke panggung bulu tangkis dengan semangat tinggi. Badai cedera hingga kehilangan sang ayah membuatnya kembali ke arena dengan penuh optimisme.

Ia hampir tidak memberikan kesempatan kepada setiap lawan untuk mengembangkan permainan. Sepanjang tiga pekan di awal tahun ini, ia baru sekali menelan kekalahan.

Sementara itu dalam pertemuannya dengan Tai, Marin mampu memetik dua kemenangan terakhir yang membawanya ke tangga juara. Marin kini mengincar hat-trick Super 1000 beruntun untuk menyempurnakan penampilannya di seri Thailand.

Duel final ini bisa dibilang ideal. Situasinya pun mendukung untuk terciptanya pertarungan yang ketat. Kemenangan straight set di semi final membuat keduanya bisa menyimpan tenaga untuk perebutan gelar juara.

Meski masih unggul head to head atas Marin, Tai tetap patut waspada. Situasi sulit yang dialami sepanjang babak penyisihan grup jelas membuatnya harus bersiap lebih baik untuk menghadapi Marin. Tai harus mengantisipasi salah satu titik lemah yang sudah terbaca oleh Marin. Itu adalah kebugaran.

Usai mengalahkan Pornpawee, Marin berkata, "Dia bermain bagus, tapi saya pikir itu sulit baginya karena dia kalah lebih banyak game dariku. Dia tampak agak lelah, kurasa."

Meski begitu situasi bisa berubah. Seperti dikatakan Marin, laga ini adalah laga di hari baru. Sebuah pertandingan baru yang akan menghadirkan perbedaan. Yang mampu menciptakan perbedaan itu tentu akan memetik kemenangan.

Rekor pertemuan Marin vs Tai Tzu Ying: tournamentsoftware.com
Rekor pertemuan Marin vs Tai Tzu Ying: tournamentsoftware.com

Apakah Marin akan kembali mengalahkan Tai tiga kali beruntun di partai final untuk menjadi pemain Spanyol pertama yang berjaya di World Tour Finals? Atau giliran Tai yang melakukan balas dendam manis untuk meraih gelar Superseries Finals ketiga?

Kedua pemain sama-sama mengincar gelar ketiga. Apakah hat-trick kali ini berpihak pada Marin atau Tai, akan ditentukan di pertandingan final, Minggu (31/1/2021).

"Saya harap saya bisa mempersiapkan diri dengan baik untuk final besok. Semuanya lelah karena kita berada di minggu ketiga dan saya hanya ingin fokus sekarang dan bersabar," tandas Tai.

Dominasi Korea

Sektor ganda putri Korea Selatan begitu digdaya dalam dua pekan terakhir. Pasca kehilangan gelar di seri pertama, Yonex Thailand Open, mereka langsung tancap gas di dua pekan berikutnya. Alhasil, dua pasangan Korea mampu menguasai partai final.

Kim So Yeong/Kong Hee Yong dan Lee So Hee/Shin Seung Chan menegaskan dominasi Negeri Ginseng di sektor ini. Keduanya saling bertemu di dua final, Toyota Thailand Open dan BWF World Tour Finals. Pekan lalu Kim/Kong menjadi juara setelah bertarung nyaris satu jam dengan skor akhir 21-18 21-19.

Kerja keras dan konistensi unggulan ketiga dan keempat itu kembali membawa mereka ke final pekan ini.

Lee/Shing lolos ke puncak setelah menumbangkan Chow Mei Kuan/Lee Meng Yean asal Malaysia dalam dua game 21-14 21-15. Seperti kita tahu, pasangan Negeri Jiran itulah yang memupuskan harapan andalan Indonesia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu usai memenangi pertarungan straight set di partai terakhir penyisihan grup.

Sementara itu Kim/Kong mengandaskan harapan tuan rumah, Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai. Kim/Kong menang rubber game 11-21 21-12 16-21.

Pertemuan dua pasangan Korea itu tetap menarik ditonton. Masing-masing pasangan tentu ingin berdiri di podium tertinggi. Ganjaran prize money 126 ribu USD (Rp 1,7 miliar) dan 12 ribu poin memacu mereka bermain habis-habisan.

Kim/Kong yang diunggulkan di tempat jadi juara pekan lalu. Pasangan rangking enam BWF tentu mengincar gelar kedua. Namun demikian, Lee/Chow tidak ingin kembali gagal mencapai klimaks. Kekalahan pekan sebelumnya, pasti memacu mereka untuk memperbaiki diri dan berusaha untuk tampil lebih apik. Selain mengincar gelar pertama mereka tahun ini, kemenangan ini akan memperpanjang skor pertemuan mereka menjadi 4-2.

Panggung Denmark 

Seperti di ganda putri, pertemuan pemain dari negara yang sama terjadi juga di sektor tunggal putra. Bila Korea menguasai sektor ganda putri, maka nomor tunggal putra menjadi panggung bagi para pemain Denmark. Betapa tidak, dua pekan beruntun terjadi final sesama pemain Denmark.

Usai menghadapi pemain Hong Kong, Ng Ka Long Angus, di seri pertama, Axelsen kemudian bergantian menghadapi rekan senegara dari generasi berbeda. Pekan lalu ia menghadapi pemain senior Hans Kristian Vittinghus, pekan ini giliran pemain muda 23 tahun, Anders Antonsen.

Antonsen ke final setelah balas dendam atas Wang Tzu Wei yang mengalahkannya di penyisihan grup. Saat itu, Wang menang dua game langsung, 21-11 dan 21-19.

Kali ini, dengan pertarungan dua kali lebih panjang, giliran Antonsen yang memetik kemenangan, 21-18 14-21 21-16 dalam tempo nyaris satu setengah jam. Meski menang kali ini, Antonsen masih tertinggal 2-3 dalam rekor pertemuan atas pemain Taiwan berperingkat 12 BWF itu.

Antonsen akan menguji kedigdayaan tunggal terbaik Denmark yang belum mendapat hambatan saat menghadapi pemain nomor satu Taiwan, Chou Tien Chen. Seperti pertemuan pekan lalu, Axelsen kembali menggulung tunggal rangking dua dunia dalam dua set, 21-16 dan 21-19. Smes, placing, drive hingga defence solid diperagakan Axelsen dengan apik.

Viktor Axelsen dan Anders Antonsen (merah): kolase foto dari https://twitter.com/BadmintonTalk
Viktor Axelsen dan Anders Antonsen (merah): kolase foto dari https://twitter.com/BadmintonTalk

Pertandingan bertempo 45 menit itu membuat Axelsen makin jauh meninggalkan Chou dalam skor head to head. Axelsen sudah 12 kali menang dalam 14 pertemuan.

Selain itu, kemenangan ini mendekatkan Axelsen dengan gelar ketiga dalam tiga pekan beruntun. Axelsen tentu ingin menandai rekor tak terkalahkan dalam 30 pertandingan dengan triple gelar Super 1000.

Meski begitu Antonsen tidak akan menyerah begitu saja. Meski tiga tahun lebih muda, ia tidak ingin kembali menelan hasil minor seperti dua pertemuan terakhir di Barcelona Masters dan Denmark Open dua tahun silam. Ia tentu ingin menunjukkan bahwa dirinya bisa bersaing bahkan mampu mengungguli pemain 27 tahun yang kembali mendapatkan performa terbaik.

Apakah Axelsen kembali mengalahkan juniornya itu? Atau Antonsen yang mampu mematahkan catatan impresif Axelsen untuk membuat skor pertemuan mereka menjadi sama kuat 3-3?

Terlepas siapa yang akan memenangi pertemuan keenam antara keduanya, yang pasti Denmark sudah mulai kembali ke panggung elite Dunia. Axelsen dan Antonsen kini menebarkan ancaman kepada para pemain tunggal top lainnya, termasuk Kento Momota yang belum tergoyahkan di puncak rangking dunia.

Sementara itu, mencuatnya para pemain Denmark ini menjadi kaca pengilon untuk diperhatikan para pemain Indonesia. Bagaimana mengatasi setiap tekanan dan bangkit kembali untuk menjadi lebih kuat adalah salah satu pelajaran yang bisa kita petik.

Rekor wakil tuan rumah

Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai adalah pasangan ganda campuran paling konsisten sepanjang awal tahun. Satu kekalahan di fase tak merontokkan semangat mereka untuk kembali ke final ketiga dalam tiga pekan terakhir.

Thom Gicquel/Delphine Delrue asal Prancis masih belum mampu menghadang laju unggulan tiga itu. Sempat memberi perlawanan ketat, Thom dan Delphine akhirnya harus mengakui bahwa mereka masih butuh jam terbang untuk bersaing di level atas.

Kekalahan dua game langsung, 21-15 dan 21-17 mengantar Dechapol/Sapsiree ke final. Dechapol/Sapsiree yang duduk di rangking tiga BWF, begitu bersemangat menatap gelar ketiga mereka.

Setelah menjaga muka tuan rumah di dua final sebelumnya, keduanya ingin melengkapinya dengan gelar World Tour Finals. Gelar ini akan menjadikan mereka sebagai pasangan ganda campuran Thailand pertama yang mampu menjadi juara di turnamen delapan pemain terbaik dunia itu.

Dechapol/Sapsiree jadi juara Thailand Open I dengan mengalahkan Praveen/Melati: https://twitter.com/BadmintonTalk
Dechapol/Sapsiree jadi juara Thailand Open I dengan mengalahkan Praveen/Melati: https://twitter.com/BadmintonTalk

Thailand pernah memiliki Sudket Prapakamol/Sarelee Thungthongkam. Namun pencapaian terbaik pasangan itu adalah mencapai final turnamen level Super 1000 pada 2010 lalu. Usai memecahkan rekor yang sudah bertahan selama 11 tahun, Dechampol/Sapsiree pun ingin menyempurnakannya dengan gelar juara.

Namun lawan yang akan mereka hadapi, Seo Seung Jae/Chae Yu Jung, sudah pernah memberi mereka kekalahan di penyisihan grup A dua hari lalu. Saat itu mereka menyerah 21-17 dan 21-17.

Kalah dalam pertandingan 49 menit itu tentu membuat Dechampol/Sapsiree was-was. Mereka tahu pasangan Korea yang membuat Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti tak berkutik itu bukan lawan yang mudah dikalahkan. Apalagi di semi final, Seo/Chae membuat harapan Malaysia, Goh Soon Huat/Shevon Jemie Lai tak berdaya.

Berharap pada The Daddies

Secara keseluruhan, Korea meloloskan wakil terbanyak ke partai final. Dua pasangan ganda putri plus sepasang ganda campuran. Sementara itu Taiwan mengirim dua utusan dari sektor tunggal putri dan ganda putra. Seperti Taiwan, jumlah yang sama untuk Denmark yang memastikan gelar tunggal putra. Indonesia dan Spanyol melengkapi kontestan final dengan masing-masing satu wakil.

Bila dua gelar sudah jatuh ke tangan Korea Selatan dan Denmark, tiga gelar lainnya masih berpeluang diraih negara berbeda. Harapan Merah Putih, Mohamad Ahsan/Hendra Setiawan akan bertarung dengan Lee Yang/Wang Chi-Lin.

Pasangan muda Taiwan itu baru saja mengalahkan The Daddies di semi final Toyota Thailand Open pekan lalu. Selain itu, dua gelar dalam dua pekan terakhir memotivasi pasangan nomor tujuh dunia itu untuk mendapatkan gelar terakhir di seri Thailand kali ini.

Namun The Daddies masih memimpin 6-3 dalam rekor pertemuan. Pasangan senior sudah makan asam garam di berbagai level turnamen akan menguji apakah pasangan muda Asia Timur itu pantas meraih hat-trick atau tidak. The Daddies pun tidak ingin medali emas juara yang sudah di depan mata dibiarkan begitu saja.

Final BWF World Tour Finals 2020, Minggu (31/1) dimulai pukul 13.00 WIB, live TVRI:

Sumber: tournamentsoftware.com
Sumber: tournamentsoftware.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun