Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

The Daddies ke Final World Tour Finals, Ahsan: Saya Berharap Juara untuk Putri Saya

30 Januari 2021   16:08 Diperbarui: 30 Januari 2021   16:27 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasangan muda Taiwan harus berjibaku menghadapi The Daddies: https://twitter.com/BadmintonTalk

Apakah anda, pencinta bulu tangkis tanah air, menatap layar TVRI  Sabtu (30/1) siang ini? Apakah anda memantau akun-akun bulu tangkis di sosial media dalam rentang waktu tersebut?

Bila ya, maka anda pasti sepakat, pertandingan semi final BWF World Tour Finals 2020 yang mempertemukan wakil semata wayang Indonesia menghadapi pasangan Korea Selatan sebagai pertandingan yang menguras emosi dan menguji jantung.

Pertemuan dua pasangan ganda putra, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan menghadapi Choi Solgyu/Seo SeUung-jae. Ini pertemuan sarat gengsi antara dua generasi berbeda. Hendra/Ahsan sebagai pasangan senior, tiga kali kalah dari wakil Negeri Ginseng itu.

Mula-mula di Hong Kong Open 2019, lalu dua kekalahan beruntun dialami The Daddies dalam dua pekan ini. Bila tahun lalu, Choi/Seo harus berjuang tiga game, di dua laga terakhir, mereka mampu membuat pasangan pemilik dua gelar All England itu menyerah straight set.

Kemenangan di perempat final Yonex Thailand Open dan penyisihan grup dua hari lalu, ternyata tidak otomatis menggaransi hasil serupa bagi Choi/Seo. Begitu juga rekor positif mereka yang tak pernah kalah di babak knock out super series, tak bisa begitu saja di-copy-paste. 

Yang mereka hadapai bukan pasangan sembarangan. Hendra/Ahsan yang punya jam terbang tinggi. Banyak pasangan muda tak segan mengakui The Daddies sebagai idola. Tidak hanya karena dedikasi yang tak kunjung putus di lapangan pertandingan, juga sederet prestasi yang diraih meski dalam usia dan situasi yang kurang ideal.

The Daddies yang lolos ke semi final sebagai runner up Grup B akhirnya membuktikan kapasitas mereka. Usia bukan aral untuk berprestasi. Dengan sederet pengalaman, keduanya bisa menunjukkan perbedaan di lapangan pertandingan.

Choi/Seo, juara Grup B, mengawali game pertama dengan baik. Sempat tertinggal dalam kedudukan 14-17, keduanya mampu menyamakan kedudukan. Skor imbang 18-18, hingga 20-20. Situasi ini tentu membuat jantung para fan The Daddies berdetak kencang. Apalagi Ahsan dua kali memberikan poin gratis tersebab service faults.

Namun pada titik ini, Ahsan menunjukkan diri sebagai pemain kaya pengalaman. Keduanya tetap tenang dan berusaha mengendalikan keadaan. Walau skor sempat imbang 2-21, The Daddies akhirnya mampu meraih dua poin terakhir untuk mengunci set pertama.

Kemenangan di game pertama membuat Ahsan/Hendra makin mantap. Sebaliknya, pasangan muda Korea itu terlihat mulai kehilangan fokus. Catatan sempurna di babak penyisihan ternyata belum cukup untuk mengatasi tekanan di laga hidup-mati ini.

Choi/Seo memang masih memperagakan sebagian besar dari kekuatan dan keunggulan fisik mereka yang lebih muda. Namun, The Daddies sama sekali tidak terpengaruh. Pasangan yang mulai dipertemukan Herry IP pada pertengahan 2012 itu justru semakin tenang dalam sikap, namun taktis dalam cara.

Pasangan muda Taiwan harus berjibaku menghadapi The Daddies: https://twitter.com/BadmintonTalk
Pasangan muda Taiwan harus berjibaku menghadapi The Daddies: https://twitter.com/BadmintonTalk

Pertahanan yang rapat, berpadu apik dengan serangan yang terorganisir. Ahsan yang sempat mengalami masalah pada betis kiri, tampil heroik. Sosok yang oleh netizen Indonesia disapa Babah Ahsan ini bermain agresif dengan smes-smes keras serta dropshot akurat. Sampai-sampai mereka membuat pasangan Korea itu harus tersungkur depan net untuk menjangkau kok.

"Kami mengatakan kepada diri sendiri bahwa kami harus menikmati permainan. Jika kami menikmati permainan, kami dapat mengeksekusi strategi kami. Mereka memiliki pertahanan dan drive yang baik; hari ini kami bisa mengatur serangan lebih dulu. Kami lebih baik dalam melakukan servis-balik. Pertahanan mereka adalah sangat bagus, jadi kami harus mencoba tembakan menyerang yang berbeda, "simpul Ahsan usai laga kepada situs BWF.

Sebuah penampilan yang nyaris sempurna untuk pertandingan menghadapi pasangan yang lebih muda secara usia, namun sedang dalam tren positif. Kemenangan dua game langsung 23-21 dan 21-13 menjadi sebuah pelajaran yang baik. Jangan pernah meremehkan usia dan membanggakan statistik.

Demikian juga, kemenangan berdurasi 34 menit ini tidak hanya meloloskan mereka ke final, tetapi juga menjadi sebuah balas dendam yang manis di saat yang tepat. Saat Indonesia kehabisan wakil, The Daddies tampil ke panggung.

Reuni lagi

Apakah dengan ini Ahsan/Hendra boleh berkata misi selesai (mission accomplished)? Urusan mereka dengan pasangan Korea itu, ya (already). Namun masih ada satu misi terakhir yang harus mereka tunaikan. Untuk ini misi mereka belum sepenuhnya (not yet) usai. Masih ada tugas berikut yang penting: merebut gelar juara!

Untuk naik podium tertinggi, The Daddies akan menghadapi tantangan tidak mudah. Adalah Lee Yang/Wang Chi-Lin yang akan menghadang mereka. Pasangan Taiwan itu ke final usai mengalahkan pasangan Inggris yang ditaklukkan The Daddies di Toyota Thailand Open pekan lalu, Ben Lane/Sean Vendy.

Pertemuan ini tentu bakal menarik. Pasangan rangking tujuh dunia itu mengalahkan The Daddies di semi final pekan lalu. Kemenangan rubber game, 14-21 22-20 21-12 berdurasi 50 menit, kemudian mengantar mereka ke final, berlanjut ke podium juara usai membekuk Aaron Chia/Soh Wooik Yik dua game langsung.

Lee Yang/Wang Chi-Lin: indosport.com/Shi Tang/Getty Images
Lee Yang/Wang Chi-Lin: indosport.com/Shi Tang/Getty Images

Kemenangan atas pasangan muda Malaysia itu sekaligus menegaskan dominasi mereka dalam dua seri pertama. Di final pekan sebelumnya, unggulan enam kala itu, membekuk seniornya Aaron/Soh yakni Goh V Shem/Tan Wee Kiong, 21-16 21-23 21-19, melalui pertarungan panjang lebih dari satu jam.

Kembali ke duel final kali ini. The Daddies memang kalah pekan lalu. Namun rekor head to head masih berpihak pada mereka. Sebelum pertemuan pekan lalu, The Daddies mampu menjinakkan mereka dua kali di 2020, masing-masing di Malaysia Masters dan Indonesia Masters.

Padahal di dua laga itu, The Daddies lebih dulu kehilangan game pertama. Namun mereka berhasil bangkit untuk merebut dua game berikutnya.

Sejak di Malaysia Masters tahun lalu, pertemuan di antara mereka selalu berlangsung sengit. Laga berakhir usai bertarung tiga set. Tak pelak, pertemuan ke-10 ini bakal menghadirkan tontonan serupa.

Lee Wang/Wang Chi-Lin raih gelar kedua di seri Thailand: Indosport.com/Shi Tang/Getty Images
Lee Wang/Wang Chi-Lin raih gelar kedua di seri Thailand: Indosport.com/Shi Tang/Getty Images

Lee/Wang yang tak terbendung sejak awal tahun ini akan kembali beradu dengan The Daddies yang tampil baik di semi final. Kita akan menyaksikan pertarungan ketat antara pasangan berbeda generasi yang saling mengagumi itu.

"Besok kami menghadapi idola kami. Mereka memiliki kemampuan yang lebih baik dari kami. Ahsan telah memiliki seorang putri dan saya ingin mengucapkan selamat kepadanya, tetapi kami akan melawan mereka!," tandas Wang kepada BWF usai bermain 42 menit untuk menyingkirkan pasangan Inggris.

Di satu sisi, Lee/Wang akan mengandalkan kecepatan dan power. Tapi di sisi lain, mereka akan berhadapan dengan kematangan, ketenangan dan soliditas The Daddies. Tidak hanya itu. Lee/Wang mesti merekam baik-baik, bagaimana semangat dan agresivitas The Daddies yang meledak hari ini hingga meruntuhkan tembok pasangan yang jauh lebih mudah dari mereka.

Manajemen tenaga yang sangat baik dari The Daddies akan kembali diperagakan untuk mengimbangi ambisi dan gelora semangat muda pasangan Taiwan itu. Pemenang di laga ini pada akhirnya akan ditentukan oleh mental. Pasangan yang bisa mengatasi tekanan akan mendapatkan keuntungan.

Apakah The Daddies akan berada dalam situasi yang lebih diuntungkan? Bisa jadi ya. Secara pengalaman dan mental, keduanya sudah teruji. Namun di sisi lain, The Daddies mesti bisa mempertahankan momentum positif di babak semi final, agar laga final, Minggu (31/1), tidak menjadi antiklimaks.

Statistik head to head di antara kedua pasangan: tournamentsoftware.com
Statistik head to head di antara kedua pasangan: tournamentsoftware.com

Bila The Daddies mampu mempertahankan performa bagus hari ini, maka misi balas dendam sekaligus kemenangan ketujuh atas pasangan Asia Timur itu, plus gelar Super 1000 ketiga-setelah di 2013, 2015, dan 2019- akan jadi milik mereka.

Tidak cuma itu. Kemenangan itu akan menjadi pemenuhan segenap misi: meruntuhkan dominasi Lee/Wang, sekaligus menjadi kado indah bagi Indonesia, juga keluarga tercinta.

Ahsan baru saja dikaruniai anak ketiga. Putri jelita itu lahir beberapa jam sebelum Ahsan bertarung di laga penentuan grup. Usai menyingkirkan Aaron Chia/Soh Wooi Yik, Baba Ahsan berkata saat diwawancara BWF, "I hope for the champion for my daughter!! 

Ya, harapan itu kini semakin nyata. Satu langkah lagi, mission will be fully accomplished!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun