Kita tentu menyayangkan hasil tersebut. Sepertinya kita tidak rela Ginting kalah, apalagi dengan jarak "bumi dan langit" di game kedua. Namun pertandingan tetap berada di tangan mereka. Merekalah yang menentukan nasib sendiri.
Yang bisa kita lihat adalah penampilan Ginting yang tak seperti saat mengalahkan Kento Momota di Asian Games 2018. Saat itu ia melewati pertarungan ketat sebelum menyudahinya dengan straight set, 21-18 dan 21-18.
Bila itu terlalu jauh, setidaknya kita masih bisa melihatnya membuat Chou kerepotan seperti kala memaksa Axelsen bekerja keras dua pekan lalu di Yonex Thailand Open.
Apa sebab permainan Ginting hari ini begitu menurun? Salah satu faktor pembeda adalah stamina. Terlihat, pemain kelahiran Cimahi itu cukup keteteran. Pergerakan dan kekuatan pukulan tak sesuai harapan.
Hal mendasar inilah yang akhirnya membuatnya susah mendapat poin. Tak memungkinkannya mengambil angka. Tidak membuatnya berani mengambil keputusan. Fisik. Ya fisik Ginting harus digenjot lagi.
Semoga setelah kekalahan 45 menit hari ini, Ginting bisa bangkit. Pertandingan terakhir menghadapi pemain yang dua tahun lebih muda darinya, Lee Zii Jia, Jumat (29/1/2021) menjadi pelipur lara agar bisa pulang dengan tetap tersenyum.
Lee, asal Malaysia, belum pernah menang dalam dua pertemuan. Semoga Ginting bisa memberinya kekalahan ketiga, sekaligus pulang dengan 7500 USD di rekeningnya. Tetap semangat Ginting!
The Daddies Jaga Asa
Bila Ginting sudah dipastikan tersisih, tidak demikian dengan The Daddies. Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan masih memiliki peluang lolos dari Grup B. Kekalahan atas Choi Sol Gyu/Seo Seung Jae di laga kedua, membuat pasangan gaek ini harus berjuang all out menghadapi Soh Wooi Yik/ Aaron Chia.
The Daddies menang di laga pertama atas Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov, 21-18 15-21 21-17. Namun Choi/Seo sepertinya belajar dari dua kemenangan sebelumnya, plus hasil Daddies kontra pasangan Rusia kemarin. Mereka pun mampu bermain apik hari ini, meski The Daddies sempat merepotkan mereka.