Ia yakin keduanya bisa membagi waktu secara adil. Rangkap jabatan di dua institusi berbeda bukan halangan. Tidak ada alasan sibuk. Mereka dipilih bukan tanpa seleksi terlebihdahulu sehingga kococokan mereka pada posisi tersebut tak perlu diragukan lagi.
Apalagi ia menilai ada faktor lain yang membuat penunjukkan keduanya bisa diterima secara positif. Intensitas olahraga bulu tangkis di organisasi kepolisian yang makin tinggi di satu pihak, serta dukungan dari aparat hukum yang lebih kuat untuk kelancaran setiap event PBSI di sisi lain.
"Kami juga ingin mendapat dukungan dari aparat hukum agar semua event PBSI lancar ke depannya. Jadi, tidak ada masalah," ungkap Agung Firman, menukil Kompas.com (23/12/2020).
Kita tentu bisa bertanya lebih lanjut. Misalnya, mengapa popularitas bulu tangkis di institusi polri diangkat sebagai tolak ukur? Apakah selama ini penyelenggaraan turnamen bulu tangkis kurang mendapat sokongan dari pihak keamanan?
Kita bisa bertanya lebih jauh. Apakah tidak ada sosok lain yang bisa menempati dua posisi itu agar tak terjadi rangkap jabatan? Mengapa harus mereka sementara Indonesia memiliki begitu banyak figur bulu tangkis yang bisa diberi tanggung jawab itu? Mengapa tidak mempertahankan staf sebelumnya yang sudah tahu seluk beluk bulu tangkis Indonesia dengan lebih baik?
Selain munculnya kedua nama itu, ada nama-nama lain yang bergabung. Tentu, kehadiran nama-nama baru sekaligus berarti terdepaknya nama-nama sebelumnya di pos-pos itu.
Taufik Hidayat menjadi Staf Ahli Pembinaan dan Prestasi dengan Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi ditempati Rionny Mainaky. Rionny, pelatih tunggal putri, yang lama mengabdi untuk bulu tangkis Jepang, mengisi pos yang sebelumnya diduduki, Susy Susanti.
Dibanding Listyo dan Muhammad Fadil, kemunculan Taufik dan pengangkatan Rionny tak akan menimbulkan keraguan besar. Pengalaman Taufik dan Rionny di dunia bulu tangkis jelas tak diragukan lagi. Bila Susy harus lengser dari jabatan Kabid Binpres, mengapa mantan ratu bulu tangkis ini tidak dipindahkan ke pos Sekjen PBSI, misalnya, atau sekurang-kurangnya diberi kepercayaan menjadi staf ahli Ketum PBSI?
Saat ini Listyo sudah naik jabatan. Tugas dan tanggung jawabnya sudah semakin besar. Otomatis sebagian besar fokus dan konsentrasi akan dicurahkan ke institusi Polri. Bila masih bertahan di PBSI, bisa jadi de jure Listyo adalah Sekjen PBSI. Namun de facto tugasnya akan dijalankan oleh Edi Sukarno S selaku wakil Sekjen.
Pengurus PBSI ini baru terbentuk. Mereka baru mulai bekerja. Sementara itu pembinaan bulu tangkis terus berlanjut. Kompetisi terus bergulir. Selain Pelatnas PBSI, pembinaan bulu tangkis di daerah juga menuntut perhatian.
Tanda tanya besar kini mengarah pada Agung Firman dan tim. Ke mana mereka membawa biduk bulu tangkis Indonesia? Apakah mereka mampu melewati badai kompetisi dan persaingan bulu tangkis dunia yang makin bergelora? Apakah mereka mampu membangkitkan gairah tunggal putri untuk menghadapi setiap tantangan? Apakah di tangan mereka bulu tangkis Indonesia akan berlabuh di nusa penuh prestasi?