Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Menanti Ginting Runtuhkan Dominasi Axelsen di World Tour Finals

26 Januari 2021   18:29 Diperbarui: 26 Januari 2021   18:39 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anthony Ginting: badmintonindonesia.org

Viktor Axelsen menjadi salah satu pemain yang paling mencuri perhatian sepanjang dua seri pertama BWF World Tour 2021. Tunggal putra Denmark itu sukses merebut dua gelar dari turnamen Level Super 100 yang digelar di Impact Arena, Bangkok, Thailand.

Ditambah gelar All England tahun lalu menjadikannya sebagai pemain tunggal pertama yang mampu meraih tiga gelar Super 1000 dalam satu musim.  Jumlah pemain atau pasangan yang bisa seciamik itu tidak banyak.  Baru pasangan ganda campuran China, Zheng Siwei dan Huang Yaqiong yang mengukir rekor itu pada 2019 silam.

Kini Axelsen menatap BWF World Tour Finals 2020 dengan penuh percaya diri. Ia tentu ingin menambah koleksi gelar untuk membuat tiga seri awal menjadi sempurna. Peluang untuk itu sepertinya terbuka lebar.

Sepanjang gelaran Yonex dan Toyota Thailand Open, Axelsen sepertinya tidak mendapatkan tantangan berarti. Tak ada lawan sepadan yang bisa menghentikan rekor tak terkalahkan dalam 28 pertandingan.

Meski begitu, alur cerita Axelsen hampir berubah. Adalah Anthony Sinisuka Ginting yang sempat menjadi tokoh antagonis yang merusak jalannya kisah pebulutangkis 27 tahun itu menuju tangga juara dua pekan lalu. Saat itu mereka bersua di babak semi final. Bila saat itu Ginting tak kehilangan fokus di game ketiga, maka cerita Axelsen pasti berakhir sedih.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Ginting justru bermain antiklimaks di game penentu. Sempat kalah di game pertama, Ginting berusaha bangkit di set kedua. Ginting mampu unggul beberapa poin di set ketiga, sebelum ia kehilangan kendali atas dirinya. Axelsen memanfaatkan saat-saat itu sebagai berkah untuk melaju kencang menuju penghabisan dengan skor akhir 21-19,21-13,21-13.

Ginting dan Axelsen: badmintonindonesia.org
Ginting dan Axelsen: badmintonindonesia.org

Kekalahan Ginting itu menuai banyak komentar. Tidak hanya dari publik bulu tangkis tanah air. Legenda hidup bulu tangkis Denmark, Morten Frost Hansen yang mendampingi Gill Clark sebagai komentator, tak terkecuali. 

Morten yang pernah melatih di sejumlah negara mengakui bahwa dari sekian banyak pemain yang tampil di Thailand, hanya Ginting seorang yang bisa menandingi Axelsen. Dan memang, sepanjang dua minggu kejuaraan, Ginting seorang yang mampu merepotkannya.

Hanya Ginting yang bisa merebut satu set dan memaksa pertandingan berlangsung lebih daru satu jam. Sementara para pemain lain bisa Axelsen atasi dalam dua game. Unggulan dua, Chou Tien Chen, hingga Jonatan Christie masih sulit membendungnya.

Undian BWF World Tour Finals 2020 dilaksanakan dengan penerapan prokes Covid-19: bwfbadminton.com
Undian BWF World Tour Finals 2020 dilaksanakan dengan penerapan prokes Covid-19: bwfbadminton.com

Grup neraka

Pihak BWF didampingi pejabat Asosiasi Bulutangkis Thailand (BAT) sudah menggelar undian grup BWF World Tour Finals. Acara digelar secara terbatas di Bangkok pada Selasa, (26/1/2021) pagi dengan memperhatikan protokol Covid-19. Tidak ada Gala Dinner dan Annual Awards seperti tahun-tahun sebelumnya.

Laiknya undian, tidak ada yang bisa memastikan hasilnya. Meski penempatan pemain berdasarkan rangking terkini dalam beberapa grup kecil sudah bisa memberikan sedikit gambaran, namun hasil akhir tetap menjadi tanda tanya.

Kemungkinan terbaik dan terburuk akhirnya terjawab. Delapan pemain atau pasangan terbaik dibagi ke dalam dua grup. Mereka adalah pengoleksi jumlah poin terbanyak sejak India Open 2019, Malaysia Masters 2020, Indonesia Masters 2020, Thailand Masters 2020, Spain Masters 2020, All England 2020, Denmark Open 2020, hingga dua turnamen awal tahun di Thailand.

Masing-masing akan saling berhadapan dengan sisten "round robin." Setiap pemain atau pasangan di masing-masing grup akan saling berhadapan tanpa terkecuali selama tiga hari babak grup. Mereka akan bertarung merebut dua posisi teratas untuk lolos ke babak gugur sekaligus semi final.

Lima jagoan Indonesia pun sudah mengetahui siapa lawan yang akan dihadapi di fase grup. Pertarungan akan dimulai pada Rabu, 27/1/2021. Apakah hasil undian itu menguntungkan tim Indonesia? Apakah hasil tersebut memungkinkan Indonesia berjaya di turnamen dengan total hadiah 1,5 juta USD atau lebih dari Rp 21 miliar itu?

Undian fase grup BWF World Tour Finals 2020: https://twitter.com/bwfmedia
Undian fase grup BWF World Tour Finals 2020: https://twitter.com/bwfmedia

Pertama, di sektor tunggal putri, yang mana tak ada wakil Merah Putih, peluang Carolina Marin untuk mengukir hat-trick terbuka lebar. Juara Yonex dan Thailand Open itu berada di grup A. Pebulutangkis Spanyol ini menghadapi lawan-lawan yang relatif mudah. Ada Michelle Li dari Kanada dan debutan Rusia, Evgeniya Kosetskaya.

Satu lawan lainnya yakni An Se Young. Pemain 18 tahun asal Korea Selatan ini bisa sedikit merepotkan Marin. Untuk bisa mengalahkan Marin, An harus belajar dari kesalahan dan tampil lebih baik daru dua pertemuan dalam dua minggu terakhir.  Bila tidak, An akan kembali menuai hasil negatif dan membuat Marin melenggang mudah ke semi final.

Persaingan di Grup B lebih sengit. Unggulan pertama sekaligus rangking satu dunia, Tai Tzu Ying akan beradu dengan favorit tuan rumah, Ratchanok Intanon dan Pornpawee Chochungwong. Selain itu, ada juara dunia dari India, Pusarla V Shindu.

Kedua, kecuali di sektor tunggal putri, Indonesia mengirim wakil di empat sektor lainnya. Wakil di ganda putra, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan berada di Grup B, bersama Aaron Chia/Soh Wooi Yik (Malaysia), Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov (Rusia), dan Choi Sol-gyu/Seo Seung-jae (Korea Selatan).

Di pool atas ada unggulan pertama yang sedang naik daun, Lee Yang / Wang Chi-Lin. Pasangan Taiwan ini akan menghadapi Ong Yew Sin / Teo Ee Yi (Malaysia), dan dua pasangan Inggris, Ben Lane/Sean Vendy dan Marcus Ellis / Chris Langridge.

Usai tak mencapai target di Thailand Open I dan II, "The Daddies" tentu berusaha untuk tampil lebih baik pekan ini. Riwayat cedera betis kiri Ahsan, stamina, dan usia, menjadi faktor-faktor non teknis yang perlu diantisipasi dengan taktik dan strategi bila ingin mengatasi pasangan-pasangan yang lebih muda.

The Daddies diharapkan bisa jadi juara:badmintonindonesia.org
The Daddies diharapkan bisa jadi juara:badmintonindonesia.org

Ketiga, kemenangan di seri pertama tentu memotivasi Greysia Polii/Apriyani Rahayu mengulangi pencapaian serupa sekaligus mengukir sejarah sebagai pasangan pertama dari tanah air yang berjaya di World Tour Finals. Unggulan pertama ini berada di Grup A. Keduanya akan bersua pasangan kuat dari Korea, Lee So Heen/Shin Seung Chan yang menjadi runner-up Toyota Thailand Open. Plus duo Malaysia, Chow Mei Kuan/Lee Meng Yean dan Vivian Hoo/Yap Cheng Wen.

Bila mampu mengatasi lawan-lawannya di fase grup dan semi final, Greysia/Apri berpeluang balas dendam atas kekalahan mereka di semi final pekan lalu dari Kim So Yeong/Kong Hee Yong. Hanya saja di fase grup, juara seri kedua itu harus menyisihkan dua dari antara Chloe Birch/Lauren Smith (Inggris), Linda Efler/Isabel Herttrich (Jerman) dan wakil tuan rumah, Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai.

Setelah menikmati waktu istirahat, Greysia/Apri diharapkan bisa tampil fresh. Ini mutlak diperlukan untuk menunjang pergerakan di lapangan. Selain menjaga pergerakan dan kualitas pukulan bola, soal konsentrasi dan konsistensi juga penting. Kesalahan-kesalahan yang tidak perlu harus dikurangi, termasuk juga membenahi urusan servise dari Greysia Polii yang kerap menjadi sasaran empuk lawan.

Greysia Polii/Apriyani Rahayu juara Yonex Thailand Open 2021: badmintonindonesia.org
Greysia Polii/Apriyani Rahayu juara Yonex Thailand Open 2021: badmintonindonesia.org

Keempat, sektor ganda campuran menempatkan salah satu pasangan Indonesia di grup neraka. Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti yang berada di Grup A, akan beradu dengan Marcus Ellis/Lauren Smith (Inggris), Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai (Thailand), dan Seo Seung Jae/Chae Yujung (Korea Selatan).

Undian ini menjadi ujian sekaligus kesempatan bagi Jordan/Melati untuk menebus hasil kurang maksimal di dua pekan sebelumnya. Kesalahan sendiri yang kerap terjadi, komunikasi yang kurang terjalin apik, serta determinisme dan agresitivitas yang kurang terlihat, mutlak diperlukan.

Praveen/Melati diharapkan bisa tampil seperti saat jadi juara All England 2020: badmintonindonesia.org
Praveen/Melati diharapkan bisa tampil seperti saat jadi juara All England 2020: badmintonindonesia.org

Kita tentu merindukan penampilan mereka seperti saat menjadi juara All England 2020. Saat itu setiap lawan berhasil disikat. Dechapol/Sapsiree yang dijumpai di partai final tak bisa berbuat apa-apa. Namun saat bertemu kembali di final seri pertama musim ini, situasi seakan berbanding terbalik.

Bila kembali tampil kurang greget maka Praveen/Melati akan sulit melewati fase grup. Padahal bila lolos dari grup maut ini maka pintu juara akan terbuka lebar. Lawan-lawan yang akan dihadapi di Grup B, bisa mereka atasi. Sejatinya level Mark Lamsfu/Isabel Herttrich (Jerman), Thom Gicquel/Delphine Delrue (Prancis), Goh Soon Huat/Shevon Jemie Lai (Malaysia), juga Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja (Indonesia) masih berada di belakang mereka. Apakah dengan berada di grup berbeda, justru Hafiz dan Gloria yang bakal ambil untung?

Runtuhkan dominasi

Kelima, tunggal putra juga menghadirkan persaingan sengit sejak fase grup. Grup A tak ubahnya grup neraka. Betapa tidak, Axelsen, Chou Tien Chen, dan Ginting berada di grup tersebut. Ada juga pemain muda Malaysia, Lee Zii Jia.  

Di grup berbeda ada Anders Antonsen (Denmark), Wang Tzu Wei (Taiwan), Srikanth Kidambi (India), dan Angus Ng Ka Long (Hong Kong).

Publik tentu menantikan sejumlah final dini. Misalnya, Axelsen kontra Chou yang baru bertemu di semi final pekan lalu, juga pertemuan kembali Ginting dan Axelsen.

Ginting, lagi-lagi, diharapkan bisa tampil lebih baik. Secara teknik sudah tak diragukan lagi. Sebelum menelan pil pahit dua pekan lalu, Ginting pernah memberi kekalahan pada Axelsen di Indonesia Masters 2020. Akumulasi head to head, Ginting masih unggul, 4-3. Begitu juga dengan Chou. Ginting menang 6 kali dari 11 perjumpaan.

Viktor Axelsen juara Toyota Thailand Open 2021: https://twitter.com/bwfmedia
Viktor Axelsen juara Toyota Thailand Open 2021: https://twitter.com/bwfmedia

Hanya saja Ginting perlu memberikan perhatian lebih pada hal-hal nonteknis. Jika Ginting bisa mengatasi dirinya sendiri maka kita tak hanya melihat reruntuhan puing dominasi Axelsen di Impact Arena tetapi juga senyum mengembang kala berdiri di podium pada Minggu (31/1) nanti. Ginting pun akan masuk buku rekor bulu tangkis Indonesia sebagai pemain tunggal pertama yang jadi juara di ajang itu.

Sebaliknya, seandainya Ginting kembali tak maksimal, maka karpet merah akan kembali digelar untuk Axelsen. Begitu juga di sektor-sektor lain. Carolina Marin, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai, serta Lee Yang/Wang Chi-Lin akan sapu bersih tiga seri pertama tahun ini.

Selamat berjuang guys !!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun