Selain itu patut dihargai pula pencapaian statistik yang tidak bisa tidak diabaikan. Ia membawa Chelsea ke panggung Liga Champions, hal mana pernah sekali gagal dicapai Mourinho, Conte, dan Roberto Di Matteo.
Di tengah tantangan Covid-19 yang tidak ringan, Ia mampu mengantar Chelsea ke final Piala FA. Belum lagi, mampu bersaing dan mengalahkan tim-tim kuat seperti Tottenham Hotspur, Manchester City, hingga Liverpool. Manchester United, Leicester, Everton, dan Arsenal pun pernah merasakan pil pahit.
Hanya saja, untuk bisa menjaga performa tim tetap berada pada level tertinggi bukan perkara mudah. Uang tidak selalu menjamin prestasi. Begitu juga bakat dan talenta sang pelatih tak otomatis selalu diterjemahkan paripurna ke dalam hasil-hasil baik.
Meski begitu keinginan dan ambisi manajemen kadang susah ditebak, meski untuk itu mereka harus rela merogoh kocek dalam-dalam untuk membayar pesangon. Coba hitung berapa anggaran yang sudah dikeluarkan Abramovich untuk membayar para pelatih yang didepak di tengah jalan? Tentu tidak sedikit!
Atau jangan-jangan ada yang salah, seperti reaksi keras sejumlah kalangan, termasuk pakar sepak bola dan mantan pemain timnas Inggris, Gary Lineker. Tak lama setelah berita pemecatan itu dirilis, Lineker langsung berkicau di twitter.
"Benar-benar menggelikan setelah penampilan buruk pertamanya. Itu akan selalu membutuhkan waktu mengingat begitu banyak pemain baru yang ingin masuk ke klub baru. Kesabaran menjadi kebajikan jarang dikenali dalam olahraga ini. Mereka tidak pernah belajar."
Apakah Chelsea terlalu tergesa-gesa memecat Lampard? Apakah mereka kurang sabar untuk menanti waktu memanen prestasi? Apakah mereka kadung berpikir pendek untuk meraih hasil instan tanpa mau terlalu lama berproses?
Biarlah aneka pertanyaan itu dijawab oleh sang waktu. Setiap perubahan memang kadang tak bisa ditebak. Tidak ada pelatih yang bisa tinggal tetap sekalipun punya masa lalu gilang gemilang. Tak ada yang langgeng selamanya dalam sepak bola yang sarat bisnis dan intrik. Sebuah keniscayaan, yang abadi, seperti kata Herakleitos, filsuf Yunani antik, hanyalah perubahan. Panta Rhei Kai Uden Menei.
Terima kasih Lampard!