Soal talenta dan potensi, kualitas pebulutangkis Indonesia jelas tak kalah. Marin dan para pebulutangksi lainnya pun mengakui itu. Gregoria Mariska dan Fitriani, misalnya. Namun ada faktor-faktor lain yang membuat pemain seperti Marin bisa sedemikian berkembang dan melesat meninggalkan para pemain kita jauh di belakang.
Faktor-faktor pembeda itu sebenarnya mudah kita lihat dan tangkap, baik dalam diri Marin maupun pebulutangkis top lainnya. Agar sektor putri tak lagi menjadi bulan-bulanan dan mimpi meraih gelar tak ubahnya pungguk merindukan bulan, maka sudah saatnya mereplikasi formula Marin: menjadi pemain baru dengan pola pikir baru.
Pemain baru yang melepaskan segala beban dan pengalaman pahit masa lalu. Pemain baru dengan semangat untuk berlatih lebih keras dari biasanya. Pemain baru untuk lebih fokus dan konsentrasi pada permainan ketimbang memikirkan suara-suara miring yang datang silih berganti dan hal-hal di luar lapangan permainan.Â
Pemain baru yang tidak lekas menyerah di lapangan pertandingan. Pemain baru yang siap berjuang sebisa-bisanya dan sehormat-hormatnya untuk memenangkan setiap tantangan.Â
Pemain baru yang siap mengasah mental, taktik, teknik, dan visi bermain tanpa kenal lelah. Pemain baru yang bersinergi lebih intens dan padu dengan dan didukung penuh oleh tim pelatih.
Pun menjadi pemain baru dengan pola pikir mutakhir bahwa bila Marin bisa tersenyum lebar berkali-kali di podium juara mengapa kita hanya cuma menjadi penonton setia? Merunut Friedrich Schiller, bila Marin bisa mempertaruhkan hidupnya untuk kemudian memenangkan gelar-gelar, mengapa kita masih enggan melakukan hal yang sama?
Saatnya, pebulutangkis putri Indonesia bangkit!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H