"Saya merasa sangat tidak beruntung karena saya membuat banyak kesalahan hari ini. Saya tahu bahwa Marin cepat, jadi saya berusaha untuk mengimbangi kecepatannya, tetapi Marin bermain agresif hari ini. Saya tidak dapat menahan diri untuk tidak melakukan kesalahan sendiri."
Marin sebenarnya mengharapkan sesuatu yang berbeda dari minggu lalu. Saat itu ia nyaris tanpa perlawanan. Ia tahu, Tai bukan pemain sembarangan. Tai tentu mengevaluasi hasil tersebut dan bersiap lebih baik.
Usai pertandingan ini, Marin mengakui bahwa untuk bisa mengalahkannya Tai harus mengubah strategi dan hal-hal lain yang menjadi titik lemahnya pekan lalu. Bila tidak hasilnya bakal setali tiga uang.
Alasannya? Marin pun sudah mempersiapkan final ini dengan baik. Ia sudah mengantisipasi bila sampai Tai benar-benar menampilkan sesuatu yang berbeda.
"Jadi persiapan saya untuk hari ini adalah terus berlanjut, terus menekannya, mempertahankan reli, tidak membuat kesalahan yang mudah."
Dan ternyata, Tai masih mau beradu reli panjang dengan Marin. Padahal, Tai baru melewatkan pertandingan melelahkan di babak semi final saat mengalahkan Ratchanok Intanon. Ia harus bermain nyaris satu jam sebelum menyingkirkan andalan tuan rumah itu dengan skor akhir 12-21 21-12 23-21.
Sementara Marin, belum mendapat perlawanan sepadan dari An Se Young, pemain muda Korea yang juga dihadapinya pekan lalu. Marin kembali menang dua game langsung. Kali ini dengan skor 21-19 dan 21-15.
Saat Tai beradu reli panjang, Marin meladeninya dengan senang hati. Marin tahu, inilah salah satu titik keunggulan yang bisa ia maksimalkan untuk memetik poin demi poin.
Memenangkan pertaruhan
Apa yang dicapai Marin selama dua pekan ini, tidak lepas dari kerja kerasnya selama setahun terakhir. Petaka yang datang bertubi-tubi, mulai dari cedera, lantas-yang terberat-kehilangan sang ayah tahun lalu, menguras cukup banyak energi dan menyita sebagian besar konsentrasi.