Tuhan sepertinya mendengar keluh kesah mereka. Keduanya bisa melangkah hingga partai final. Hadiah sekitar 35 ribu dollar AS atau setara Rp 493 juta menjadi milik mereka.
Andai saja mampu mengatasi pasangan Taiwan, Lee Yang/Wang Chi-Lin di laga pamungkas, keduanya bisa membawa pulang uang lebih banyak: 74 ribu dollar AS atau ekuivalen dengan Rp 1,01 miliar. Meski bermain antiklimaks, nominal tersebut lebih dari cukup menambal kebutuhan finansial peraih perak Olimpiade Rio 2016 itu.
Kehilangan Orang Tersayang
Berbeda halnya bagi Carolina Marin dan Viktor Axelsen yang menandai tahun baru dengan gelar juara tunggal putri dan tunggal putra.
Marin tampil begitu ciamik. Tai Tzu Ying dibuat tak berkutik. Marin hanya memberi enam poin kepada unggulan pertama asal Taiwan di game pertama. Pemain Spanyol itu menutup pertandingan dua game langsung, 21-9, 21-16 tidak sampai 55 menit.
Hasil ini menjadi bukti perjuangan wanita kelahiran Huelva, 27 tahun lalu itu, mengatasi berbagai rintangan sejak tahun lalu. Ia kehilangan ayahnya tahun lalu. Menjalani tujuh turnamen tanpa gelar. Performanya di lapangan pun terlihat kurang meyakinkan. Banyak kesalahan yang ia perbuat seperti di Denmark Open Oktober lalu.
Ia membayar lunas di awal tahun. Di partai final, ia bermain begitu taktis, penuh semangat, dan percaya diri. Langkahnya mantap menggapai kok yang diarahkan Tai di setiap sudut sulit. Ia cepat bergerak ke semua sisi lapangan.
Dengan tangkas ia menangkis dan mengembalikan pukulan keras unggulan pertama itu. Ia tak segan membalas dengan penempatan bola yang merepotkan Tai. Kecepatan, kekuatan, dan akurasi Marin adalah beberapa faktor yang membuatnya nyaris bermain sempurna di partai final.
Tanda-tanda kebangkitan Marin sebenarnya sudah bisa dilihat sejak pertandingan pertama. Qi Xuefei diladeni tanpa kesulitan. Empat lawan berikutnya, yang semuanya sudah pernah mengalahkannya lebih dari sekali, dihadapi dengan baik.
Pornpawee Chochuwong, yang pernah memberinya kekalahan di kandang sendiri Februari lalu, dibalas tuntas. Begitu juga pemain Thailand lainnya, Supanida Katethong yang menyulitkannya di Vietnam pada September 2019 berhasil diatasi.
An Se Young, penakluknya di Prancis Terbuka dua tahun lalu? Ia sisihkan di semi final! Patut diakui An Se Young adalah pemain muda yang tengah mencuri perhatian. Pemain Korea 18 tahun itu sempat merepotkannya. Bisa dibilang ini menjadi ujian pendahuluan bagi Marin menuju laga pamungkas. Marin kemudian berhasil memanfaatkan kesalahan rising star itu untuk melesat ke final.