3. Saat menjalankan aktivitas harian di luar rumah. Olahraga bersama teman atau orang yang tidak serumah. Makan bersama teman untuk merayakan ulang tahun, sukses menjalankan proyek tertentu, atau sekadar ingin untuk berkumpul.
4. Juga saat bepergian ke tempat kerja atau ke pusat perbelanjaan: di transportasi umum, di lift dengan banyak orang, atau saat mengantre di kasir. Juga kala beribadah dan menghadiri acara pemakaman.
Rumah, sekitar rumah, tempat kerja, sekolah, dan tempat-tempat umum adalah titik-titik rawan yang karena berbagai alasan membuat kita cepat alpa untuk tetap menjaga protokol kesehatan: memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
Saat diajak berfoto bersama, kita serta merta melepas masker agar wajah kita terlihat jelas. Bertemu teman dekat, secepat kilat menyodorkan tangan untuk bersalaman. Tak ingin terlambat ke kantor, kita nekat berdesak-desakan. Tak rela anak-anak stres terkurung di rumah, membiarkan mereka berinteraksi dengan rekan sebaya tanpa kontrol. Saat makan bersama keluarga tak serumah, mau tak mau harus membuka masker. Begitu juga nyaman menjamu tamu karena terlanjur merasa aman karena hasil tesnya negatif.
"Ingat, hasil tes bersifat realtime. Jadi hanya berlaku pada detik Anda diperiksa saja. Hasil negatif tidak menjamin Anda bebas dari virus," tegas dr. RA Adaninggar, spesialis penyakit dalam.
Saat bersama orang-orang terdekat dan beraktivitas tanpa kendali itu virus corona sebenarnya sedang mencari pintu untuk masuk menerjang. Bila tidak siaga dan selalu awas, yang terjadi kemudian hanya penyesalan, yang dianggap selalu datang terlambat. Baru kemudian bertanya lirih, "saya nggak ke mana-mana, nggak ngapa-ngapain kok bisa kena ya?!".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H