Kurva kasus baru masih bergerak naik. Belum menunjukkan tanda-tanda penurunan. Ancaman terjangan gelombang kedua dan mutasi virus membuat angka penderita baru bisa naik signifikan. Seperti yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir di sejumlah daerah di tanah air.
Meski begitu, baik banjir maupun Covid-19 bukan sesuatu yang terberi. Kita tidak harus menerimanya begitu saja. Kita punya pilihan untuk menghindar dengan sumber daya yang sudah Tuhan beri dalam cara yang lazim disebut pencegahan atau mitigasi. Karunia akal budi, kehendak dan perasaan, mestinya memampukan kita untuk menjaga tindak tanduk dan bersinergi satu sama lain.
Bagaimana perilaku kita untuk mencegah terjadi banjir? Menanam pohon atau tanaman di sekitar rumah dan lingkungan. Pohon dan tanaman hijau ampuh mencegah banjir. Selain itu, membuat sumur serapan atau biopori terutama di daerah dengan mayoritas permukaan tanah dilapisi aspal.
Memperbaiki dan menata kembali sistem penyaluran air. Mengeruk sungai yang dangkal, menata daerah aliran sungai, hingga penghijauan hulu sungai. Di samping itu, membangun sistem pemantau dan peringatan banjir mutakhir.
Hal lain tak kalah penting dan erat kaitan dengan perilaku individu adalah soal sampah. Di mana-mana kerap kita berjumpa tulisan, "buang sampah pada tempatnya." Namun seruan itu terkadang menjadi hiasan belaka. Perilaku sehari-hari jauh panggang dari api. Sampah dibuang sembarangan. Tong-tong sampah yang tersedia jadi pemanis saja.
Jika kita masih kekurangan teladan, kita bisa masukan Jepang dalam daftar. Ini salah satu negara terbersih di dunia. Negara dan warga kompak soal yang satu ini. Tidak ada kompromi terhadap pelanggar kebersihan.
Warga sadar setiap potongan sampah yang tak dikelola secara baik berdampak tidak hanya pada diri sendiri tapi juga orang lain. Masing-masing orang perlu bertanggung jawab atas sampah yang dihasilkan.
Tanpa perlu instruksi dan pengawasan macam-macam, setiap orang tahu apa yang harus dibuat dengan sampah. Memilah setiap sampah dan menaruhnya pada tempatnya. Entah sampah rumah tangga (sisa makanan atau bahan-bahan mudah terbakar), sampah plastik, sampah botol dan kaleng, hingga sampah besar (kasur, lemari, kursi, dll).
Masing-masing jenis sampah itu tertib dipilah dan dibuang pada tiap-tiap wadah. Biasanya dibedakan berdasarkan warna. Misalnya, plastik sampah warna biru untuk jenis sampah rumah tangga. Atau tiap jenis sampah plastik dimasukan pada tempat warna orange. Masing-masing jenis sampah memiliki jadwal pengangkutan berbeda-beda saban minggu. Tak pernah ada petugas yang alpa.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!