Ini sekadar cerita fabel. Cerita fabel ini sedikit banyak dipengaruhi oleh bacaan-bacaan dan juga pengalaman penulis. Bukan pengalaman menjadi binatang. Eits, manusia kan binatang berakal budi. Entahlah.
Konon di sebuah kota hiduplah sekawanan binatang. Masing-masing memainkan peran tersendiri. Mereka berbeda rupa, jelas. Mereka berlainan tingkah, bisa jadi. Mereka berbeda habitat, sabar dulu. Mereka suka belajar dan mengajar, itu pasti.
Tiada waktu bagi mereka tanpa belajar. Mengapa para binatang itu rajin belajar? Bisa jadi terpengaruh slogan, belajar tak mengenal usia. Belajar itu seumur hidup.
"Pagi yang indah, berbunga selepas dibuai malam, malam yang mendekap cintaku dan cintanya, satu...." Kancil mantap memasuki kelas. Langkahnya pasti.
"Menyingsinglah sang fajar cerah, mengiringi kakiku,menyinari kuntum-kuntum hatiku," ia maju beberapa langkah mendekati pot bunga. Mengangkat penuh penghayatan, "mekar laksana kembang surya di depan kelasku, amboi...."
"Weeeeeee...ujiannnnn tauuuuuuu......", seru tikus, kancil, dan kawanan lainnya. Serempak, meski tanpa komando.
"Apa? Ujian? Hari ini?"
"Capek deee.....
Tak lama kemudian terdengar bunyi lonceng. Masing-masing sigap ke tempat duduk. Lantas khusus mempersiapkan diri.
"Teman, kira-kira bahan apa saja ya yang akan diuji hari ini?," kuda memecah kesunyian.
"Memangnya kamu tidak belajar?," tanya si kancil.
"Belajar sih belajar tapi pake sistem baru gitu, hemat waktu dong..."
"Sistem baru?"
"Lagian semua materi mengandalkan hafalan."
"Hafalan? Menghafal? Jadi otak kiri saja yang bekerja sedangkan otak kanan tak ada kerja,menganggur. Â Bisa-bisa pertumbuhan kita jadi tidak seimbang. Bisa jadi orang bingung."
"Kmbali ke laptop..eh sistem apaan tu?," kancil menyerang penuh penasaran.
"Ooh aku tahu ni, sistem belajar pake komputer ya...SKS...Sistem KomputeriSasi yang biasa dipakai untuk memeriksa ujian?"
Â
"SKS bukan sistem baru, bukan juga Sistem KomputeriSasi.....tapi SKS.....SKS itu....Sistem Kebut Semalam...."
"huhhhhhhhh......basiiiiiii......"
"ujiannnnnnn...tauuuuu.."
Tak berapa lama, gajah tergopoh-gopoh melangkah masuk. Gajah, si ketua kelas. Pemilihan penuh tekanan membuatnya menang telak. Menjadi ketua kelas.
"Mminta perhatian, teman-teman ada satu informasi penting"
"Apa itu?"
"Ada pesan dari wali kelas," Gajah menarik nafas panjang.
"Ujian tau.....!!!!"
"Walikelas berpesan kepada kita semua kalau ujian hari ini dibatalkan1"
"Uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu............"
"Alasannya?"
"Mana kutahu...aku kan cuma menyampaikan apa yang dipesan walikelas..itu saja."
"Sialan. Sudah siap tempur, malah dibatalkan."
"Edan!!!! Â Tanpa alasan jelas pula."
Kelinci pun maju ke depan kelas. Bakat puitisnya meletup.
"Teman-teman seperjuangan
Teman-teman senasib
Hari ini tak bedanya dengan hari-hari kemarin
Pembatalan
Sesuka hati
Kembali terjadi
Apakah kita hanya dipersiapkan untuk menjadi alat saja?"
" nasib..nasib....nasibbbbb...."
"Dasar pendidikan kita adalah kepatuhan
Bukan pertukaran pikiran
Ilmu sekolah adalah ilmu hafalan
Dan bukan ilmu latihan menguraikan"
"Betul...betul itu kawan..."
"Kenyataan di dunia menjadi remang-remang
Gejala yang muncul lalu-lalang
Tidak bisa kita hubung-hubungkan
Kita marah pada diri sendiri
Kita sebal terhadap masa depan
Lalu akhirnya
Menikmati masa bodoh dan santai"
....
" Sttttttttttttttt.........hari gini dilarang protessssssssssss......!!!!!! Nanti tidak lulus ujiannnnn beneran......," sergah kuda, sebelum kelinci melanjutkan pembacaan karya Si Burung Merak, yang fenomenal itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H