Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jelang Puncak Musim Hujan, Sudahkan Jakarta Bersiap?

5 Januari 2021   00:40 Diperbarui: 5 Januari 2021   00:54 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mitigasi saat banjir datang/http://bpbd.grobogan.go.id/

Musim hujan sudah tiba. Seperti tahun-tahun sebelumnya. Hanya saja permulaan musim hujan di masing-masing wilayah berbeda-beda. Curah hujan pun bervariasi.

Sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah membuat pemetaan awal musim hujan 2020/2021.  Dilansir dari laman resminya, BMKG menyebut awal musim hujan bervariasi di 342 Zona Musim (ZOM).

Perkiraan BMKG, umumnya musim hujan dimulai Oktober untuk 119 ZOM (34,8%). Sebanyak 131 ZOM (38,3%) akan mengawali awal musim hujan pada November 2020. Selebihnya, 56 ZOM mulai bergelut dengan musim penghujan sejak Desember 2020.

Apakah di daerah anda sudah mengalami musim hujan lebih cepat dari perkiraan itu? Bisa saja. BMKG menyebut beberapa daerah sudah mengalami sejak April, Mei, Juli, Agustus atau September 2020.

Mungkin juga ada daerah yang sampai sekarang belum disambangi hujan. BMKG memprediksi ada daerah yang baru menikmati datangnya hujan pada Maret, April, atau Mei tahun ini.

BMKG berkesimpulan, jika dibandingkan rata-rata selama 30 tahun (1981-2010), awam musim hujan 2020/2021 di sebagian besar wilayah (45%) diperkirakan mundur. Sementara itu sekitar 35,1% ZOM tidak mengalami perubahan. Nyaris 20% ZOM mengalami awal musim hujan lebih cepat.

Perjalanan musim hujan masih berlanjut. Kita masih menanti kapan musim hujan mencapai puncaknya. Kembali mengacu prediksi BMKG, sebagian besar wilayah (49,1%) akan mengalami puncaknya pada Januari 2021. Selebihnya akan terjadi pada Februari.

Prediksi terkait puncak musim hujan itu kembali dipertegas Kepala Sub Bidang Prediksi Cuaca BMKG, Muhammad Fadli pada akhir 2020.

"Sebagian besar daerah di Indonesia akan memasuki puncak musim hujan di Januari-Februari 2021," tandas Fadli dalam Youtube BNPB.

Curah hujan tinggi lebih dari 300 mili meter per bulan akan terjadi di sebagian besar Jawa, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, sebagian besar Sulawesi, sebagian Maluku dan Maluku Utara, sebagian besar Papua dan Papua Barat.

Bagaimana Jakarta?

Demikian pertanyaan yang bergelayut menjelang datangnya puncak musim hujan. Bila kita mengingat pengalaman tahun sebelumnya, hari-hari ini wilayah Jabodetabek rutin diguyur hujan dengan intensitas tinggi.

Hujan yang turun dengan lebatnya pada 31 Desember 2019 hingga 1 Januari 2020 membuat sebagian wilayah ibu kota dan daerah sekitarnya tak luput dari banjir. Banyak ruas jalan dan pemukiman warga terendam banjir dengan ketinggian bervariasi, mulai dari 20 cm hingga 3 meter.

Puluhan ribu orang harus mengungsi. Tak terhitung berapa banyak kerugian material seperti tempat tinggal, kendaraan, dan fasilitas umum. Belum lagi dampak banjir pada aspek ekonomi dan psikologi warga.  

Curah hujan saat itu seakan tak kenal kompromo. Warga Jabodetabek terus berjibaku menghadapi cuaca ekstrem itu. Hingga Februari 2020. Periode yang tak singkat. Sampai-sampai ada yang menyebut itu sebagai banjir terparah. Entahlah.

Bagaimana tahun ini? Sebagai warga, kita tentu berharap puncak musim penghujan tidak sampai menyengsarakan kita. Namun kita tak bisa berbuat banyak untuk menolak bila sampai diberikan hujan berkelimpahan, bukan?

Untuk itu langkah terbaik adalah melakukan upaya mitigasi agar bencana banjir itu tak terulang lagi. Kita bisa merujuk pada Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penggulangan Bencana.

Secara definisi, "mitigasi adalah serangkaian upaya mengurangi risiko bencana, baik melali pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana."

Tujuan mitigasi adalah mengurangi kerugian baik itu korban jiwa dan/atau kerugian harga benda, kerugian ekomoni dan kerusakan sumber daya alam.

Namun patut digarisbawahi, tindakan mitigasi ini sudah harus dilakukan jauh-jauh hari.  Tindakan preventif ini tidak dilakukan saat ancaman sudah di depan mata. Apalagi ini menyangkut aspek penyadaran pada "habitus" atau kebiasaan masyarakat yang perlu dipupuk dari waktu ke waktu.

Menukil tirto.id (29/10/2020) dan beberapa sumber lain, tindakan mitigasi banjir, bisa dibagi dalam beberapa bagian yakni sebelum, saat hingga pasca banjir. 

Pertama, penataan daerah aliran sungai (DAS), pembangunan sistem pemantauan dan peringatan banjir, tidak membangun bangunan di bantaran sungai, tidak membuang sampah sembarangan, pengerukan sungai dan penghijauan hulu sungai adalah sejumlah tindakan mitigasi sebelum banjir.

Upaya mitigasi sebelum banjir ini lebih bersifat kegiatan fisik (pembangunan sarana dan prasarana). Sebagian besar tanggung jawab berada di tangan pemerintah. Namun demikian kontribusi masyarakat atau masing-masing individu tak sedikit. Upaya mitigasi non fisik terkait sikap dan perilaku masyarakat adalah penting.

Selain itu, masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir bisa mulai mempersiapkan diri. Memiliki persediaan pelampung, menyiapkan bekal makanan dan obat-obatan, hingga mengamankan dokumen-dokumen atau surat-surat penting.

Kedua, saat banjir tiba kita perlu matikan listrik, mengungsi ke daerah aman, jangan berjalan dekat saluran air, mengutamakan bayi, anak-anak, kaum lanjut usia dan orang cacat, serta menghubungi instansi terkait dengan penanggulangan bencana.

Mitigasi saat banjir datang/http://bpbd.grobogan.go.id/
Mitigasi saat banjir datang/http://bpbd.grobogan.go.id/

Ketiga, sementara itu setelah banjir kita perlu membersihkan rumah agar tak menjadi sarang penyakit, menyiapkan air bersih untuk menghindari diare, waspada terhadap binatang berbisa atau penyebar penyakit, serta maspada terhadap banjir susulan.  

Nah, apakah warga dan pemerintah Jakart sudah mempersiapkan diri akan datangnya puncak musim penghujan? Apakah serangkaian tindakan mitigasi sudah dan sedang dilakukan secara baik dan komprehensif? Sudah bersiap bila sampai banjir datang berkunjung lagi?

Mari kita bertanya diri, melihat ke sekeliling, dan mulai bersiap.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun