Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Juliari Batubara dan Gelak Tawa Politik Kita

26 Desember 2020   22:11 Diperbarui: 26 Desember 2020   22:15 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Juliari Batubara/kolase tribunnews.com

Aksi-aksi para ibu di atas cukup mengundang tawa bukan? Ada rasa takut, ngeri, dan khawatir, bila kita berada dalam posisi sang ibu. Sementara kita yang menyaksikan kiriman gambar-gambar itu hanya bisa menghela nafas, menggeleng-geleng kepala, sambil tersenyum.

Tawa (untuk) Juliari

Selain tertawa apa adanya, tak dibuat-buat, ada juga tawa yang sengaja diciptakan karena "ada apanya". Kita tentu pernah berhadapan dengan teman atau rekan kerja yang berusaha melucu. Namun materi yang disampaikan ternyata tidak sampai mengundang tawa. Dengan terpaksa kita menyeringai, seakan memberi kesan lucunya "berhasil". Padahal kita terpaksa bertindak seakan-akan itu lucu. Kita tertawa hanya agar ia tak merasa malu.

Bagaimana sikap kita saat seorang politisi berbicara tentang antikorupsi, namun kemudian ia justru melakukan hal yang sama?

Pertengahan tahun 2019, Juliari Peter Batubara, saat diwawancarai Tribunnews, pernah berbicara tentang korupsi. "Korupsi dilandasi oleh kebutuhan dan keserakahan."

Ia pun menawarkan resep agar tak korupsi. Kuncinya adalah pengendalian diri. "Yang penting diri sendiri, yang membentengi diri ya kita sendiri, bukan irjen kita, bukan KPK, bukan jaksa agung, bukan kepolisian."

Juliari Batubara  mengenakan rompi oranye KPK/Diambil dari Kompas.com (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)
Juliari Batubara  mengenakan rompi oranye KPK/Diambil dari Kompas.com (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

Ternyata wejangan itu bak senjata makan tuan. Setahun berselang apa yang dikatakan untuk tidak dilakukan, justru ia lakukan. Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) menangkap dan menetapkannya sebagai tersangka. Sebagai Menteri Sosial, ia disebut melakukan korupsi pengadaan bantuan sosial (bansos) penanganan Covid-19 (Kompas.tv, 12 Desember 2020).

Keterangan Ketua KPK, Firli Bahuri membuat banyak orang tak percaya. Saat kita sedang berperang menghadapi Pandemi Covid-19, Juliari melakukan aksi tak terpuji. Ia terlibat kasus suap pengadaan paket sembako untuk warga miskin. Nilainya tak main-main, sekitar Rp 5,9 triliun dengan total 272 kontrak.

Untuk Juliari dan kawan-kawan yang terlibat apa reaksi yang kita berikan? Tidak sedikit yang mengutuk. Tak kurang banyak yang tersenyum, bahkan tertawa. Namun bukan tawa bahagia seperti saat melihat aksi lucu Jan Ethes. Tetapi tawa getir. Tawa jahat, untuk mengatakan tawa mengejek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun