Willy bersaksi masyarakat kini sudah bisa merasakan manfaatnya. Hak-hak pendidikan generasi muda Sonraen misalnya, bisa dicukupkan. Dalam bidang kesehatan, sebanyak 25 bayi yang teridentifikasi gizi buruk mendapat asupan makanan tambahan secara rutin.
"Pada tanggal 25 Desember 2018 lalu, bayi-bayi tersebut baru mendapat makanan tambahan. Pemberian kepada mereka dilakukan secara tepat sasaran karena melibatkan petugas posyiandu dan puskesmas."
Kondisi iklim ini sedikit banyak mempengaruhi pola bercocok tanam dan bertani masyarakat setempat. Kabupaten Kupang misalnya, hanya memiliki 18.787 Ha atau 3,46 persen dari luas wilayah yang menjadi tanah sawah kering. Selebihnya 96,54 persen atau sekitar 523.610 Ha merupakan tanah kering dalam pekarangan atau tegalan.
"Kehadiran dua sumur bor terasa manfaatnya. Lahan-lahan tidur sudah bisa difungsikan menjadi lahan pertanian. Hasil panen pun luar biasa. Ada yang bisa dipasarkan, ada juga yang dikonsumsi. Kebutuhan finansial para petani pun mulai terpenuhi," aku Willy.
Mungkin tidak akan ada cerita seperti hari ini bila masyarakat setempat tetap bersikukuh dengan anggapan dalam pikiran mereka. Pertama kali Astra menjajaki rencana mendirikan KBA Sonraen, mereka dihadapkan dengan tantangan yang tidak ringan. Tidak mudah bagi masyarakat setempat untuk menerima gagasan baik tersebut.
"Dalam pikiran kami Astra datang mau menawarkan kredit semacam FIF," ungkap Willy mengacu pada nama grup perusahaan yang bergerak di bidang pembiayaan konsumen, terutama pembiayaan motor dan produk-produk elektronik.
Begitu juga dalam pelaksanaan saat ini. Masih ada tantangan yang mengganjal. Salah satunya dalam menerapkan kewirausahaan dengan fokus pada tenun ikat Amarasi. Mengapa perhatian tertuju pada sektor ini?
Sebagai bekas wilayah kerajaan, masyarakat setempat masih menganut budaya dan adat istiadat yang kental. Tata cara adat, seni budaya, situs-situs budaya juga termasuk kebiasaan hidup masih dituruntemurunkan.